Fake Marriage & Love

2.5K 325 38
                                    


Tepat hari itu, Park Jimin pulang ke Seoul. Ada perasaan menjanggal sejak kemarin lebih tepatnya. Sampai detik ini ia belum bisa menghubungi Kang Seulgi, atau sekedar bertukar kabar.

Tidak pernah ada seseorang yang hidupnya akan tenang bukan? Bahkan ketika ia hanya menyembunyikan selembar uang setelah ia curi, biarpun ia adalah seorang penjahat kelas kakap. Tetap saja, ada setitik kerisauan hati, meski hanya sebentar.

Apalagi dengan Park Jimin, yang notabenenya adalah menyembunyikan hal besar dibalik orang yang paling dekat dengannya saat ini.

Dari semua itu, hal yang paling ia takutkan adalah, ketika apa yang sudah ada di hidupnya menghilang atau bahkan pergi.

Pikiran negatif muncul di benaknya, bagaimana kalau Kang Seulgi mengingat tentang memori yang hilang itu?

Bagaimana jika Kang Seulgi memutuskan pergi dari hidupnya?

Park Jimin sampai di rumah megahnya, pulang dengan perasaan khawatir serta was-was yang bercampur rindu ingin berjumpa dengan anak kesayangannya. Mereka telah berjanji jika ia sudah pulang, robot mainan yang belum terselesaikan di rakit itu akan mereka tuntaskan.

Park Jimin melangkah masuk ke dalam rumah, memanggil Kang Seulgi dan Jaehwa berulang kali. Namun sayang, rumah itu terasa hening dan kosong. Tidak ada suara yang terdengar, dan saat itu yang bisa Park Jimin dengar adalah suara detak jarum jam di dinding yang berdetak tiap detik.

Perasaannya mulai kalut. Beberapa kali ia acak rambutnya, perasaan gelisah itu menyeruak dan membuatnya berjalan mondar-mandir tanpa tujuan hanya untuk berpikir dimana Kang Seulgi dan Jaehwa kini berada.

Hal yang Park Jimin lakukan kemudian adalah menelfon Eommanya. Begitu halnya ia, Eommanya pun sama paniknya. Dan hal itu tak membantunya sama sekali, malah situasi semakin runyam.

"Kang Seulgi... Kang Seulgi, dimana kau?" Park Jimin masih berjalan mondar-mandir dengan menggigit kuku jarinya karena merasa sangat frustasi.

Dilain tempat,

Kang Seulgi tengah berada di sebuah hotel. Bermalam dengan Jaehwa setelah kemarin ia bertemu dengan Wendy sahabatnya itu, yang telah menceritakan semua hidupnya.

"Eomma?"
"Kenapa kita tidak pulang?" Tanya Jaehwa ketika mereka berdua tengah berada di atas ranjang.

Kang Seulgi masih menatap lurus sembari melamun, namun tangannya bergerak mengusap kepala anak laki-lakinya untuk mengantarkan tidur.

"Eomma? Appa dimana?"
"Aku kangen Appa." Ucapnya sambil memilin jemarinya. Kemudian tangan anak kecil itu menjamah bagian kasur lainnya dan mengambil mainan dinosaurus kecil yang ia temukan di mobil Kang Seulgi.

"Eomma?"

"Hmm?"

"Appa dimana? Aku kangen. Kenapa tidak video call?"

"Tidak Jae." Ucap Kang Seulgi.

Penolakan Kang Seulgi itu, sejujurnya membuat Jaehwa sedih. Ia ingin sekali berbicara dengan Park Jimin dan melihat Ayahnya, lalu bercanda.

Ucapan Kang Seulgi membuat Jaehwa murung. Kemudian ia terdiam, dan menangis.

"Eomma... Ayo pulang..."

"Eomma.... aku mau tidur dikasurku. Aku mau bertemu Appa. Aku mau menelfon Appa. Aku kangen Appa."

Ucapan Jaehwa tiba-tiba membuat Kang Seulgi sedih.

Entah kenapa ucapan itu begitu menyentuh hatinya. Saat ini, Kang Seulgi benar-benar marah dengan Park Jimin, kesal juga benci. Ia tidak mau bertemu dengan Park Jimin dan ingin menenangkan pikirannya terlebih dahulu. Ia butuh waktu untuk menerima semuanya, bahwa hal-hal yang ia miliki sekarang—apa yang ia punya sekarang, serta merta bukan datang begitu saja dengan jalan yang lurus. Tidak seperti orang lain, ternyata dibalik semua ini, hidupnya penuh luka. Luka yang disebabkan oleh Park Jimin, orang yang paling ia percayai selama ini.

"Jae... sekarang tidur ya sudah malam?"

"Eomma—-"

"Hmm ya sayang?"

"Kenapa dari tadi siang Eomma menangis dan melamun? Eomma sedang sedih ya?"

***
Park Jimin berhasil mendapatkan informasi dari kartu kredit yang Kang Seulgi gunakan ketika mereka check in hotel.

Siang itu, ia langsung melaju ke hotel bintang 4 yang terletak dekat pusat perbelanjaan. Baru saja Park Jimin hendak bicara dengan resepsionis dan bertanya nomor hotel—dan sedikit berargumen karena informasi pelanggan adalah sebuah privasi—saat itu Park Jimin melihat Kang Seulgi dan Jaehwa baru saja keluar dari lift dan berjalan menuju pintu keluar.

Ia melangkah, kemudian berhenti tepat di depan Kang Seulgi.

Nafas Park Jimin naik turun, seperti layaknya ia habis lari maraton keliling lapangan besar. Saat itu tatap Jaehwa begitu berbinar, ia langsung memekik senang melihat Park Jimin didepannya.

"Appa?"
"Appa!!!" Ucap Jaehwa dengan suara nyaring, ia yang tengah di gendong Kang Seulgi langsung mengulurkan tangan, hendak meminta digendong Park Jimin.

"Hello, sayang?" Ucap Park Jimin mencium berulang kali Jaehwa. "Apa kau rindu Appa?"

"Tentu saja! Aku kangen Appa." Ucap Jaehwa sembari menggelayut di leher Park Jimin.

Saat itu Park Jimin dapat merasakan aura berbeda yang di tonjolkan Kang Seulgi. Aura yang terasa menyeramkan, dan ini adalah hal baru dari satu tahun lamanya setelah mereka tinggal bersama.

Park Jimin merasakan rasa takut lagi. Rasa bersalah, kehilangan, dan penyesalan yang bercampur menjadi satu.

"Kang Seulgi." Lirih Park Jimin setelah ia menyapa Jaehwa. Kang Seulgi tidak menjawab lalu memilih berjalan meninggalkan Jimin.

"Kang Seulgi, aku tidak tahu apa yang terjadi denganmu, tapi ku mohon. Bisa kita bicarakan dirumah? Tidak disini, ataupun di depan Jaehwa." Ucap Park Jimin ketika Jaewa turun dari gendongannya dan berjalan menjauh beberapa langkah.

Kang Seulgi menatap Jimin, lalu semua ucapan Wendy kembali berputar di kepalanya dan membuat dadanya terasa sesak. Meski ia belum mengingat semuanya, tetapi rasa sakit hati itu tetap ada dan membuat sudut di hatinya ingin sekali meringis.

"Tentu Park Jimin. Aku ingin mengobrol berdua denganmu, tentu saja. Dan bertanya semua hal. Semua yang kau rahasiakan selama ini. Masa lalu kita, dan masa lalumu yang mana aku malah menemukan foto pernikahanmu dengan orang lain, bukan denganku."
"Mari kita selesaikan secepatnya. Pernikahan omong kosong ini. Pernikahan mainan yang sama sekali tidak normal dan lucunya aku begitu jatuh ke dalam hidup yang sempurna ini."
"Mungkin kau menertawakanku Park Jimin! Karena aku begitu bodoh dan malah mencintaimu dan mempercayai dirimu seutuhnya."

***
Tbc

LOVER [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang