Money

3.2K 364 16
                                    

Kang Seulgi's Pov

Hidupku sudah berakhir. Hidup yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya. Menjadi perempuan menyedihkan yang tengah berjuang sendirian.

Aku tidak percaya lagi bahwa lelaki baik masih ada di luar sana. Aku tidak percaya lagi akan arti dari cinta ataupun sesuatu yang membuatmu menjadi perempuan yang paling beruntung di dunia ini. Itu tidak ada sama sekali di dalam kamusku. Tidak ada, karena tidak ada pria yang menyayangi dan mencintaiku. Hal ini membuatku merasa sendirian, di dunia ini.

Aku berkali-kali menahan tangisku jika berada di depan Wendy. Dan ketika ia sedang pulang ke rumah orang tuanya sekarang, aku seperti bebas meluapkan segala tekanan dan kesedihanku. Di sudut kamar kecil ini aku menatap layar ponselku. Memandangi potret diriku dan keluarga kecilku ketika kami masih dalam formasi lengkap. Aku sedang berlari di kejar Appa, dan Kang Taejoon sedang di gendong oleh Eomma. Saat itu kami masih kecil dan belum mengenal masalah dunia ini, yang ternyata sekompleks itu. Serumit bagi orang-orang yang belum siap menghadapi kejamnya dunia sesungguhnya.

Aku tahu seharusnya aku mengerjakan skripsiku agar bisa lulus. Iya aku tahu, dan aku sedang berjuang akhir-akhir ini.

Bayangkan, kau sedang mengandung bayi dan harus berpikir keras. Belum lagi mengetik berpuluh-puluh halaman sampai badan ini lelah.

Skipsi itu hampir selesai dan aku di dalam fase dimana ingin istirahat sebentar. Menenangkan pikiran agar setidaknya waras.

Sesekali aku berpikir tentang perut ini yang semakin besar.

Hal yang paling aku takutkan adalah ketika orang-orang tahu akan kehamilanku. Bagaimana jika teman-teman di kampus mengetahui semuanya? Ku rasa aku tidak akan sanggup mendengar omongan mereka semua yang akan menyakiti hatiku. Mereka akan menjudge bahwa aku adalah gadis murahan. Bahwa aku adalah perempuan gampangan hingga bisa mengandung bayi. Tidak, itu semua tidak benar sama sekali.

Tidak ada yang tahu tentang hal ini, kecuali Wendy. Dan adikku sendiri yang tinggal di Suwon belum mengetahui kabar ini, ia pasti akan ikut hancur jika menemukan fakta bahwa kakak perempuannya dalam keadaan seperti ini.

Tubuhku kurus. Dan tidak begitu tampak aku sedang mengandung. Namun pernah sekali, tetangga flatku, yakni Halmeoni Ong begitu khawatir akan keadaanku yang begitu pucat. Pada saat itu aku sedang meniti anak tangga untuk mencapai lantai 3 dan merasa kelelahan. Bodohnya kala itu aku terus-terusan memegangi perutku.

Ya, aku masih belum jujur padanya. Padahal ia salah satu nenek yang begitu baik. Suaranya yang lembut selalu saja mengingatkanku akan nenekku yang sudah tiada. Beliau salah satu orang yang menolongku dikala aku kesusahan. Pernah saat itu aku sakit dan sendirian di flat ini, lalu beliau datang dan membawakanku makanan.

Pasti aku akan cerita padanya, mungkin nanti ketika aku sudah siap.

Usia kandunganku sudah masuk 26 weeks, itu artinya sebentar lagi bayi ini akan lahir.

Aku tidak tahu apakah aku harus senang atau sedih? Mungkin jika perempuan lain disana, mereka akan suka cita menanti kelahiran bayi ini bersama suami tercinta mereka. Sedangkan aku? Harus melalui ini semua sendirian.

Kalau ditelik ke dalam lubuk hatiku, porsi kesedihan itu nyatanya lebih besar dari porsi bahagia menanti bayi ini lahir.

Kesedihan paling mendalam adalah ketika memikirkan bahwa nanti, anak ini tidak akan merasakan kasih sayang dari seorang Ayah yang mencintainya. Aku tidak tahu akan menjawab apa jika nanti anak ini bertanya. Sungguh tidak tahu.

Dan semakin memikirkan hal itu, membuat malam ini terasa begitu nelangsa.

"Maafkan Eomma ya nak. Eomma janji, akan menjadi ibu yang baik untukmu. Maafkan Eomma pernah berpikir ingin mengakhiri hidup. Maafkan Eomma."

LOVER [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang