"Yon..Aku mau ngomong sama kamu."
"Kamu lagi banyak kerjaan ya?" Kang Seulgi mengetuk pintu kamar Min Yoongi, di lihatnya lelaki itu sedang duduk di meja kerjanya dan sedang berada di depan laptop. Min Yoongi menoleh, melihat Kang Seulgi berdiri di ambang pintu sambil membawa cangkir keramik yang diatasnya terdapat asap mengepul.Min Yoongi langsung menutup laptopnya, "Nggak kok, masuk saja."
Kang Seulgi mengangguk, lalu segera menghampiri Min Yoongi.
"Teh."
"Oh, Terimakasih." Ucap Min Yoongi sembari melihat gerakan tangan Kang Seulgi menaruh cangkir itu di atas meja dekat dengan laptopnya.
Min Yoongi mengambil cangkir itu dan menyeruputnya perlahan, kemudian bertanya, "kenapa?""Yon...."
"Hmm?"
Kang Seulgi tampak bingung memulai pembicaraan, setelah bertemu dengan Park Jimin beberapa hari lalu ia benar-benar dilanda kegalauan dalam membuat keputusan hidupnya dan juga hidup Park Jaehwa. Tidak, yang paling penting adalah keputusan hidup anak kesayangannya itu.
Di sisi lain, ia sedikit menaruh perasaannya pada Min Yoongi, tapi...tapi kenapa lelaki itu tidak juga mengatakan perasaannya padanya? Setidaknya, jika Min Yoongi mengatakannya, ia tidak akan benar-benar bingung seperti ini. Memang mereka telah berciuman, tapi Seulgi rasa itu karena suasana yang mendukung saja dan juga karena mereka sama-sama tengah minum soju?
Perihal hati Yoongi ia benar-benar tidak tahu, mungkin Min Yoongi masih mencintai wanitanya itu.
"Kenapa sih kamu, Duduk deh?" Min Yoongi menarik tangan Seulgi dan membawa Seulgi duduk di tepi ranjangnya.
"Yoon, aku mau bilang sama kamu. Terimakasih atas semuanya."
Dahi Yoongi berkerut, "Hmm?"
"Iyaa, aku nggak mungkin selamanya tinggal disini."
"Hey, kenapa tiba-tiba? kamu mau pindah?"
"Iya..."
"Kemana? Memang kamu punya tujuan?" Yoongi menatap Seulgi hingga wanita itu menunduk dan menatap jemarinya yang di pilin.
"I don't know, tapi Jimin mengajak aku kerumahnya."
"Ku pikir ini keputusan yang harus ku buat, Jae membutuhkan Jimin. Ia butuh Appanya. Aku tahu aku sendiri ragu, tapi aku lelah harus bersikap egois."Yoongi memegang tangan Kang Seulgi dan sontak membuat Kang Seulgi terkejut. Lama Min Yoongi menatap Seulgi dan perlahan ia menerima keputusan wanita itu.
"Yoon?"
"Aku boleh kasih kamu pelukan?" Tanya Yoongi.
Kang Seulgi menatap dua mata sipit itu, kemudian ia mengangguk--ragu.
"Eh kok kamu nangis?"
"Nggak."
"Iyaa, itu air matanya jatuh." Seulgi menghapus airmatanya kemudian tertawa.
"Yoon, terimakasih ya? Aku nggak tahu bagaimana balas kebaikan kamu. Aku dan Jae ingin berterimakasih yang banyak."
Yoongi mengangguk kemudian tersenyum. "Bukan apa-apa. Aku senang kalian ada disini. Tapi aku juga harus menghormati keputusan kamu. Kalau kamu ingin balik lagi dengan Park Jimin, it's okey."
"Kapan karumahnya? Aku anter?""Nggak tahu, ku pikir harus memberitahunya terlebih dahulu?"
"Iyaudah, nanti aku anter ya?"
Kang Seulgi mengangguk, "Yoon aku mau tanya?"
"Hmm apa?"
"Kalau semisal Bae Irene kembali ke kamu? Kamu pasti nggak akan pikir dua kali ya?"
Yoongi terkekeh, lalu berjongkok di depan Kang Seulgi sambil menggenggam dua tangan wanita itu. "Tadinya aku pikir mungkin tidak, maksudku tidak mungkin ia kembali kepadaku. Meski rasanya setiap hari aku berharap kemungkinan itu ada?"
Kang Seulgi tiba-tiba merasakan sedih, entah karena Yoongi yang menjadi korban dari ketidakadilan akan cintanya? atau karena perasaannya yang mulai tumbuh tapi ia paksa untuk berhenti.
"Loh kok kamu nangis lagi?"
"Nggak, aku cuma kasihan sama kamu."
"Nggak apa-apa kok."
"Tapi ku rasa Bae Irene akan kembali lagi sama kamu. Percaya deh?"
"Ohiya?" Min Yoongi menatap Kang Seulgi, lalu mengangguk dengan senyum miring, "Kok kamu yang yakin? Iyaudah aku percaya."
Kang Seulgi lalu ikut tersenyum. Entah apa yang barusan ia ucapkan tapi, dalam sudut hatinya ia ingin Min Yoongi juga bahagia dalam hidupnya.
***
Park Jimin sedang berada di depan westafel sembari hendak menggosok giginya di pagi hari ini. Tangan kanannya sibuk menggerakan sikat gigi itu namun tangan kirinya sedang mengecek ponselnya. Beberapa email dan...
Dan notifikasi dari Kang Seulgi membuatnya begitu terkejut hingga ponsel itu terjatuh.
"Shit..."
Ia buru-buru menyelesaikan aktivitas nya itu lalu berkumur cepat.
Ia mengambil ponselnya dan segera melakukan panggilan. Jantungnya berdegub kencang karena begitu senang, tak menyangka bahwa Kang Seulgi bersedia tinggal bersamanya lagi.
"Halo?"
"Hmm? Halo Kang Seulgi?"
"Ya?"
"Oke. Aku akan langsung jemput kamu."
"Jimin."
"Yaa?"
"Aku sudah bilang kan aku nggak mau tinggal dirumah itu lagi?"
"Iya enggak. Aku sudah cari rumah. Tapi masih on proses. Tinggal di hotel dulu ya?"
"Iyaudah."
"Nggak usah jemput. Yoongi mau anter aku."Jimin diam sejenak, "Iyaudah. Nanti aku reservasi hotel buat kamu."
"Anak kita lagi apa?"Kang Seulgi berdehem ketika mendengar kata "anak kita."
"Lagi...." Seulgi tiba-tiba mencari keberadaan sosok anak itu yang tidak tertangkap matanya, lalu ia mencari ke dalam kamar, namun anak itu pun tidak ditemukan. Ke dapur tidak ada, ke depan televisi tidak ada. Tiba-tiba ia panik sendiri.
Setelah mencari ke kamar mandi, ternyata Anak itu sedang mengapungkan mainannya ke atas bathtub yang terisi air penuh.
"Ya ampun sayang, Eomma cari kamu."
"Kenapa bukannya mandi?"
"Ayo mandi."Jae yang sedang berjongkok dipinggir bathtub sembari memegang bebek-bebekannya menoleh ke arah Kang Seulgi sambil menyengir kuda.
"Hehe Eomma...."
"Aku mandiin Jae dulu." Kang Seulgi kembali berbicara pada Jimin.
"Ok. Ok."
"Aku nggak sekalian?""Hah?"
"Nggak."
"Aku minta kirimin foto Jae yang sedang mandi ya? Sama kamu juga boleh.""Jae aja."
"Yaudah."
"Kang Seulgi, Today ya aku kirim alamat hotel."Kang Seulgi mengangguk, "Nanti malam aku kesana. Menunggu Yoongi pulang."
Jimin terhenyak mendengar ucapan Kang Seulgi, Yoongi terus yang disebutkan. Mau bagaimana lagi, Park Jimin hanya bisa menerima. Toh, Kang Seulgi sudah mau menerima penawarannya itu sudah menjadi sebuah anugerah baginya.
"Oke. See you. Eommanya Jae."
***
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVER [complete]
FanfictionSatu kesalahan malam itu, membuat deretan masalah baru di hidup Kang Seulgi. "Apa aku mati saja?" "Dasar gila." "Jangan pernah kesini lagi." Warning ⛔️ 18+ mohon untuk bijak dalam memilih cerita.