Club Insiden

3.5K 404 15
                                    

Hidup Park Jimin berjalan dengan begitu baik dan lancar. Tidak ada masalah yang begitu berarti di hidupnya, kecuali pagi ini ia merasa kesal dengan suara alarm yang berisik, kemudian tanpa sengaja ia menjatuhkan ponselnya ke dalam gelas di samping tempat tidur.

"Aishhh. Sial." Umpatnya sembari merogoh ponselnya itu dari dalam gelas kemudian segera membuang air itu. Sebenarnya tidak masalah apa-apa ataupun rusak karena memang tahan air. Hanya saja, moodnya sudah berantakan duluan.

Lelaki yang hanya memakai boxer hitam tanpa sehelai benang di bagian atasnya itu membasuh wajahnya dengan kasar. Air itu menyiprat melalui rambutnya mengenai dinding-dinding westafel.

Pukul 08.00 pagi, saat ia melirik jam di dinding dekat televisi.

Tato di bagian dadanya, bertuliskan never mind dengan tulisan sambung yang meliuk, juga di bahu sebelah kanan, tato kecil bertuliskan you never walk alone terpajang dengan indahnya. Hasil tato yang dibuat saat ia pergi ke california saat musim panas tahun lalu.

Suara ketukan pintu itu terdengar hingga Park Jimin menoleh.

"Tuan Muda, Nona Kim datang berkunjung."

Mata Park Jimin yang sipit itu melebar karena kaget. Saat ini, calon istrinya itu sudah berani untuk mengunjunginya tanpa ada perjanjian atau pertemuan terlebih dahulu.

"Oh ya?" Sahut Jimin sambil mengusap wajahnya dengan handuk putih yang menggantung.

Anggukan dari pelayan wanita itu tertangkap mata Jimin. "Tunggu di bawah. Aku akan turun." Sahut Jimin sambil melanjutkan aktivitasnya untuk menggosok gigi.

Wanita cantik dengan dada seksi, hmm yah, Park Jimin menganalisanya. Gadis ini cukup kurus dan memiliki postur yang tinggi. Namun, memiliki dada yang besar dan indah. Jarang sekali bukan? Biasanya wanita korea itu kurus sekali bahkan semuanya terasa kecil.

Kim Yeri, gadis itu tersenyum sumringah melihat Jimin turun dari tangga dengan memakai setelan santai. Hanya kaus putih dan celana boxer hitam.

"Hey, Park Jimin." Sapa Kim Yeri yang mengenakan kaus ketat dan celana denim yang robek bagian dengkulnya. Terlihat santai namun tetap cantik.

"Kau datang pagi-pagi?" Jimin menghampiri Kim Yeri dan memeluknya singkat. Lalu ia duduk di kursi meja makan.

"Hmm, iya."

Saat ini lelaki itu mencomot roti, lalu mengunyahnya.

"Kau sudah sarapan?"

"Sudaah!"

"Jadi, apa yang membawamu kesini pagi-pagi?"

Gadis itu tersenyum malu-malu, lalu menarik kursi dan mulai bicara.

"Aku ingin pergi untuk mencari inspirasi. Kau tahu? Tugas kuliahku banyak sekali dan aku sudah mentok untuk menggambar design."

"Jadi nona ini sedang mengajakku untuk pergi berkeliling?"

"Benar sekali Tuan Park."

"Tidak gratis."

"Yaaa!"

Park Jimin terkekeh, lalu tangannya itu menggenggam tangan milik gadis itu yang kini mengembangkan senyuman.

"Tapi aku belum mandi."

"Aku akan menunggu."

"Baiklah. Tunggu sebentar, kau tidak sedang buru-buru kan?"

"Tidak."

"Oke."

Lalu Park Jimin ke lantai atas lagi untuk membersihkan tubuhnya. Rencana Minggunya untuk tidur seharian di ranjang gagal total, karena pagi ini Kim Yeri memintanya untuk pergi ke luar. Park Jimin mendesah panjang, lalu mengambil handuk yang menggantung di dibelakang pintu dan segera masuk ke dalam kamar mandi mewahnya.

LOVER [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang