Kalo ada typo tandain ya :*
Sinar mentari sayup-sayup masuk ke sela-sela gorden yang masih tertutup sempurna, hari sudah berganti namun si pemilik rumah nampak dengan sengaja tak membuka gorden barang sedikitpun seakan takut seseorang yang masih bergumul di atas ranjang itu terganggu, seorang wanita yang ayu namun tak membuat seluruh tingkahnya ayu, bahkan kini antara kedua kakinya sudah terpisah bak kutub utara dan kutub selatan.
Sedangkan itu si pemilik rumah sudah sibuk bertempur dengan peralatan dapur membuatkan sup pengar untuk mengurangi efek mabuk yang Suzy alami. Tinggal mandiri membuatnya terbiasa mengerjakan pekerjaan rumah seperti ini sendiri.
Karena hari masih tergolong pagi Dylan sengaja tidak membangunkan Suzy terlebih dahulu terlebih karena semalam wanita itu mabuk berat, ia yakin kepalanya pasti masih sedikit pusing sekarang. Selagi masih ada waktu dua jam sebelum waktunya bekerja dia membiarkan Suzy untuk istirahat sedikit lebih lama.
Karena kejadian semalam Dylan tidak bisa tidur, jangankan untuk tidur sekedar memejamkan matanya saja ia tak bisa. Entah kenapa dia merasa bersalah pada Suzy telah melakukan hal menjijikkan seperti kemarin terlebih ketika Suzy tidak dalam kondisi sadar, entah setan apa yang merasukinya tadi malam.
"Oppa" suara parau Suzy menginterupsi Dylan yang tengah sibuk dengan fikirannya. Mendengar suara itu wajahnya berubah sedikit kaku bahkan senyuman yang ia nampakkan terlihat seperti tidak tulus dan dipaksakan, beruntung wanita ini tergolong wanita yang memiliki tingkat kepekaan rendah.
"Sudah bangun?" menjawab pertanyaan Dylan, Suzy mengangguk lalu bergumam "emm" seraya berjalan menghampirinya.
Entahlah, di matanya wanita ini terlihat sangat menggemaskan dalam balutan baju kebesaran miliknya, tubuh kecilnya seolah tenggelam dalam bajunya, ditambah dengan wajah polos tanpa riasannya yang membuatnya semakin nampak cantik.
"Oppa, apa oppa yang mengganti bajuku" Dylan yang terkejut menghentikan gerakan tangannya yang tengah mengaduk sup, bahkan tangannya sempat bergerak tidak sesuai arah sehingga menabrak pinggiran pan menimbulkan bunyi dentingan yang lumayan nyaring.
Dia terkejut karena Suzy tiba-tiba menanyakan hal itu bahkan sesaat setelah ia bangun terlebih dengan posisinya yang sangat dekat dengan dirinya, apa Suzy ingat kejadian tadi malam?
Dylan berdehem menetralkan debaran jantungnya sebelum akhirnya menjawab.
"Maaf, Suzy___" Dylan mematikan kompornya lalu berbalik menatap Suzy yang tengah berdiri di belakangnya.
"Bajumu kemarin kotor terkena muntahanmu___jadi, maafkan aku" wanita itu memiringkan kepalanya dengan tatapan bertanya hingga sedetik kemudian ia tertawa kecil.
"Lalu kenapa malah oppa yang meminta maaf?___" Dia terkekeh lalu menambahi
"Seharusnya aku yang minta maaf padamu karena kembali merepotkanmu sekaligus berterima kasih" ia menatap Dylan dengan senyum bersalah, wajahnya gusar dengan tangan yang saling bermain di depan perutnya.
"Oppa, apa semalam aku menciummu__lagi?" Tanya Suzy dengan suara pelan karena malu harus menanyakan hal ini pada Dylan.
Dylan kembali berdehem, entah kenapa mulut wanita ini terus membuatnya terkejut pagi ini hingga berkali-kali membuat suaranya tercekat dan hampir tidak mau keluar.
"Em" Dylan menatap wajah Suzy yang menengadah menatapnya dengan wajah merah serta kaku, melihat bibir wanita ini membuat ingatan kejadian semalam kembali teringat, jujur saja bibir wanita ini memang sangat sexy, kalau anak jaman sekarang biasanya menyebut sebagai bibir yang kissable.

KAMU SEDANG MEMBACA
Le P.A.C.S (Pacte Civil De Solidarité) ✔
RomanceCOMPLETE STORY ✔ MULAI TANGGAL 09 JANUARI 2022 BEBERAPA PART AKAN MULAI DIHAPUS BERTAHAP, UNTUK REUPLOADNYA TINGGAL DILIHAT SAJA DI MASA MENDATANG KEMAJUAN STORY INI SEPERTI APA. INFO REUPLOAD : PERLAHAN AKAN MULAI DIREUPLOUD DI AKUN INI DENGAN SEDI...