Chapter 9

10.6K 548 13
                                    

Sheril pov

Aura di ruang tamuku berubah menjadi gelap setelah kedatangan Mas Devan.Mungkin sudah 15 menit belum ada yang bicara di antara kami bertiga.Mas Devan melipat tangannya di depan dada dan trus menatap tajam Kalvin yang duduk di depannya.Kalvin terlihat tenang,dia sebenarnya dari tadi sudah ingin bicara tapi tiap baru membuka mulut Mas Devan memberi isyarat untuk diam.Aku trus menghela nafas,tak tau sampai kapan suasana horor ini berlangsung.

"Kalvin Bramasta...Untuk apa kamu menemui Sheril lagi?"

"Saya tinggal di sebelah Kak...jadi kami tetanggaan sekarang..." kata Kalvin tenang dengan senyum tersungging di bibirnya.

Mati.Mati.

"Apa???!!!" suara teriakan Mas Devan mengagetkanku.

"Aduh Dek..??besok kamu ikut Mas pindah dari sini..Mas ga bisa biarin kamu tinggal disini apalagi bertetangga dengan bedebah ini!!!" Mas Devan menunjuk muka Kalvin dengan tegas.

"Mas...tidak perlu sampai segitunya..." jawabku berusaha tenang.

"Trus apa kamu pikir Mas bisa tenang biarin kamu tinggal disini?!"

"Aku udah setaun tinggal disini Mas...Sheril sehat dan baik-baik saja selama disini." aku masih membela diri,aku udah nyaman tinggal di tempat ini.Aku ga mau ninggalin tempat ini hanya karna Kalvin tinggal di sebelahku.

"Itu dulu Dek..." Mas Devan berdiri dan terlihat gusar..
"Pokoknya Mas ga izinin kamu tinggal disini lagi!Trus apa yang Mas lihat tadi?Oh.....Mas ga bisa ninggalin kamu disini.Ga...Ga bisa....!"

"Mas...!ayolah..... kami tadi tidak melakukan apapun.Aku hanya meniup tangannya yang tidak sengaja aku benturkan ke kursi." jelasku.

"Oh....apalagi ini...?!"

Aku memberi isyarat meminta bantuan pada Kalvin yang masih duduk tenang menyaksikan perdebatanku dan Mas Devan.

"Benar Kak...Kami tadi tidak melakukan apapun.Sheril hanya membantuku mengurangi rasa sakit di ta....."

"Diam kamu!!!satu-satunya alasan aku tidak menghajarmu sekarang adalah karna tanganmu itu..!" Mas Devan memotong ucapan Kalvin dengan tegas.Mata Mas Devan menatap tajam Kalvin.

"Silahkan kamu pergi..!Dan jangan bertamu kesini lagi..!!" mas Devan mengusir Kalvin.

"Baiklah Saya akan pergi.Tapi tolong jangan larang Saya untuk bertemu Sheril..." Kalvin berbicara dengan mimik serius dan matanya menatapku.

"Oh......Liat siapa yang bicara ini...?" jawab Mas Devan sambil tertawa jengah.

"Saya mengakui kesalahan yang dulu Saya lakukan.Tapi sungguh itu dulu hanya salah paham.Sekarang Saya ingin memperbaiki hubungan Saya dengan Sheril,karna sungguh berpisah dengan Sheril membuat Saya mati..Jadi Saya mohon jangan bawa pergi Sheril dari Saya..." Aku menatap Kalvin yang terlihat serius berbicara dengan Mas Devan.Ada rasa nyeri di hati ini,ucapan Kalvin sedikit mencubitku.Benarkah dia sebegitu mencintaiku selama ini?Semenderita apa dia karna aku?

"Dulu aku bisa membawa Sheril pergi darimu..!Sekarang kenapa aku harus menuruti omong kosongmu??Hah?!!" Teriakan Mas Devan membuatku terkejut.Karna aku belum pernah lihat dia marah dan berteriak,dia termasuk orang yang sabar,sangat sabar malah.Aku hanya diam menyaksikan mereka,tidak berani berkata apapun.Mas Devan yang terlihat berusaha menahan emosinya dan Kalvin yang nampak begitu tenang.

"Saya tau Anda sangat marah pada Saya..Mungkin Saya juga akan begitu jika menjadi Kakak.Untuk kesalahan Saya di masa lalu,Saya sangat menyesal dan Saya minta maaf..Tapi maaf kali ini Saya tidak bisa membiarkan Sheril pergi jauh dari pandangan Saya..Saya pamit pulang dulu..Senang bisa bertemu dengan Anda Kak Devan...." Kalvin berdiri dari duduknya,dia terlihat menghela nafas kasar dan tersenyum padaku.Kamudian dia pergi meninggalkan rumahku.

I'm Sorry (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang