Chapter 19 (Kalvin)

7.8K 385 6
                                    

Seorang polisi membukakan pintu untukku,itu adalah pintu ruang introgasi.Aku yang meminta berbicara dengan Anneke secara pribadi.

"Trima kasih...." ucapku pada polisi yang membukakan pintu untukku.Aku memasuki ruangan tertutup,hanya ada 1 meja,2 kursi dan 1 penerangan.Tidak ada ventilasi,yang ada hanya kaca yang cukup besar dan aku rasa itu di gunakan mereka yang berada di luar ruangan introgasi untuk mengamati siapapun di dalam ruangan ini.

Aku melihat wanita muda berambut panjang duduk dengan baju tahanan,dia menatapku datar sejak aku masuk kesini.Dengan tenang aku menggerakkan tanganku,mendorong kursi rodaku bergerak maju.

"Anneke?" tanyaku memastikan.

"Iya..Memang siapa lagi?" jawabnya datar.

"Apa kita saling kenal?sepertinya aku hanya sesekali bertemu denganmu dengan Pak Haryanto?"

"Apa menjadi dalang pembunuhanmu harus mengenalmu dulu?" masih dengan nada datar,dia balik bertanya.

Aku menghela nafas pelan,aku bahkan tidak begitu mengenal wajahnya.Tapi aku pernah melihatnya dengan Pak Haryanto waktu di kantorku.Tapi apa yang membuatnya begitu membenciku,hingga sanggup merencanakan pembunuhanku.

"Setidaknya aku harus tau apa yang menyebabkanmu bertindak sejauh itu...?"tanyaku dengan nada sangat tenang.

Dia menatapku dan tersenyum sinis.

"Enam tahun yang lalu apakah kamu ingat pernah memecat pegawaimu?" dia memberikan sebuah pertanyaan untukku.

"Banyak yang sudah aku pecat..Yang mana yang kamu maksud?" tanyaku karna aku memang tidak mengingatnya,apalagi sudah 6 tahun yang lalu.

"Sombongnya dirimu..."lagi-lagi dia tersenyum sinis.

"Maaf....memang sudah banyak yang aku pecat.Tapi tentu itu semua ada alasannya,tidak mungkin aku memecat orang yang tidak bersalah." jawabku yakin.Aku tidak pernah memecat orang yang bekerja denganku secara benar.

"Benarkah?lalu mengapa kamu memecatnya tanpa ada alasan?mengapa kamu membuat  harapan orang lain terkubur begitu saja?"

"Siapa yang kamu maksud?" tanyaku bingung.Karna aku memang sama sekali tidak tau siapa yang dia maksud.

"Seharusnya kamu udah mati sekarang..Karna kebodohan Ivan,semua jadi seperti ini!!!Aku sudah bilang langsung membunuhmu saja,tapi dia tidak mendengarkanku.Padahal aku sudah membayar mahal..Hahaha.." aku diam tak menanggapinya,dia terus tertawa.Tapi aku melihat ada kesedihan di wajahnya.Aku kasihan melihatnya yang begitu.

"Berhenti menatapku seperti itu.Aku tidak butuh belas kasihanmu..." ucapnya tidak suka.

"Aku bekerja selama ini agar aku bisa membayar orang untuk membunuhmu.Tapi justru aku yang berakhir disini.Yang lebih menyakitkan lagi,kamu disini dengan sehat bisa menatap kasihan padaku.Sementara 'dia' sudah tak bisa menatapku lagi karnamu..." Anneke menutupi wajahnya dengan tangan yang di borgol.Dan aku mendengar isakan tangisnya.

Aiiissshh....aku tidak suka situasi ini.Aku sama sekali tidak mengenalnya dan tidak tau siapa yang dia bicarakan.Tapi kenapa aku seolah bisa merasakan kesedihannya.

"Siapa yang kamu maksud?jangan bicara yang aku tidak mengerti.." kataku mulai jengah.

Dengan kasar dia mengusap airmatanya dan menatapku penuh benci.

"Sintya Fadila,sekretarismu enam tahun lalu.Kamu memecatnya tanpa alasan,setelah dia bekerja padamu selama bertaun-taun." aku langsung memutar memoriku setelah Anneke menyebutkan nama yang tak asing bagiku.

"Sintya Fadila??" aku langsung menemukan memori tentang nama itu.Aku ingat..!Dia adalah sekretarisku dulu,saat aku masih hanya berbinis jual beli mobil.

I'm Sorry (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang