Mungkin ini adalah saatnya, saat dimana semesta meleburkan luka menjadi tawa.
***
DARI ambang pintu, Melva menyaksikan pemandangan itu penuh keharuan. Gadis itu tersenyum bahagia melihat Araya yang kini sudah sembuh dan Aksara yang terlihat sangat bahagia. Rasa hangat dan lega menjalar di dada Melva. Sesaat kemudian, gadis itu melangkah masuk ke dalam kamar Araya dan entah kenapa Melva langsung memeluk lelaki di hadapannya itu.
"Araya gue percaya kalo lo pasti sembuh. Makasih udah ngelewatin ini semua." Bisik Melva.
"Makasih juga udah percaya sama gue." Lirih Araya sambil mengulas senyum tipis.
Mendengar kalimat Araya, membuat senyuman terbit di bibir Melva. Sedangkan Aksara yang melihat itu meneteskan air mata bahagianya. Akhirnya Tuhan mengabulkan doanya dan membuat saudara kembarnya kembali seperti dulu.
Tanpa terasa, waktu sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam, Aksara berniat untuk mengantarkan Melva pulang. Lalu setelah itu, ia akan memberi kabar bahagia ini kepada Mama dan Papanya.
"Mel, udah malam. Ayo gue anter lo ke parkiran." Suara Aksara menginterupsi keduanya.
Melva mengangguk-angguk mengerti.
"Gue anter Melva ke parkiran dulu ya, Ar. Terus gue bakalan ajak Mama sama Papa kesini buat jemput lo."
Araya mengangguk lalu tersenyum singkat ke arah mereka. Setelahnya, Aksara dan Melva pun berjalan keluar dari kamar Araya.
"Gue bahagia, akhirnya Araya sembuh, Mel." Kata Aksara, membuat Melva beralih menatapnya, lalu melebarkan senyumnya.
"Gue juga bahagia lihat lo bahagia, Sa."
"Makasih ya, Mel, karena selama ini lo udah buat gue kuat menghadapi semuanya." Aksara menatap Melva tepat di manik matanya lalu menarik gadis itu ke dalam rengkuhan.
"Sama-sama, Sa. Gue akan selalu ada buat lo." Setelah melepaskan pelukan Aksara, Melva mulai tidak bisa mengontrol napasnya. Oksigen ditubuhnya tiba-tiba terasa habis. Dan jantungnya berdetak dua kali lebih cepat.
Mendengar kalimat Melva, membuat senyum tipis di bibir Aksara tercipta. Rasanya menyenangkan, mendengar kalimat itu melalui suara Melva.
Sesampainya di parkiran, Aksara mengantar Melva sampai di depan mobilnya. Lelaki itu terus saja memamerkan senyum manisnya, seakan hari ini adalah hari paling membahagiakan di hidupnya.
Malam sudah semakin larut, semakin lama udara semakin terasa dingin. Ingin sekali Aksara memberikan jaket kepada Melva, namun ia lupa bahwa ia sedang tidak memakai jaket.
Aksara menatap manik mata Melva sekali lagi, memastikan Melva naik ke mobilnya dengan aman, lalu menyalakan mesin mobilnya.
"Makasih Mel untuk hari ini." Ucap Aksara dan di iyakan oleh gadis itu. Lalu tidak lama setelahnya, mobil Melva melaju, meninggalkan parkiran rumah sakit jiwa dan memecah jalanan yang lenggang malam ini.
Setelah mengantarkan Melva ke parkiran, Aksara langsung berjalan menuju mobilnya yang terparkir tidak jauh dari tempat Melva memarkirkan mobilnya. Lelaki itu langsung mengendarai mobilnya dengan kecepatan yang jauh di atas rata-rata. Lelaki itu sudah tidak sabar ingin mengatakan kepada kedua orang tuanya bahwa Araya kini sudah sembuh.
Aksara membuka pintu rumahnya dan langsung berjalan menuju ke kamar orang tuanya. Dengan cepat, Aksara mengetuk-ngetuk pintu kamar mereka. Beberapa detik kemudian, pintu kamar terbuka menampilkan sosok perempuan paruh baya yang tidak lain adalah Diva.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARAYA✅ [COMPLETED]
Подростковая литератураAbrisam Elazar Aksara dan Ibrahim Elzattan Araya adalah saudara kembar. Aksara sangat terkenal playboy, suka clubbing, namun ia juga ramah kepada semua orang terutama gadis-gadis yang tertarik padanya. Araya, ia humoris, pintar, dan selalu bisa menc...