"Janji itu harus ditepati. Seperti janji senja bahwa esok dia akan tetap kembali walaupun telah pergi hari ini." -Melva Anthalia.
***
SEORANG pemuda tampan terlihat membaur dengan keadaan yang sangat ramai dan menyesakkan ini. Suara dentuman musik yang kencang dan memekikkan telinga terasa nyaman bagi seorang Aksara. Bau alkohol yang menyengat membuat Aksara betah berlama-lama.
Kebiasaan lama Aksara kembali lagi. Kebiasaan buruk yang membuat keadaan menjadi kacau balau. Pikiran Aksara sedang kalut, perasaannya campur aduk, Aksara ingin melampiaskan perasaannya tapi tidak tahu kepada siapa. Oleh karena itu, dia berada di club untuk sekadar menghilangkan bebannya semalam.
Aksara meneguk habis gelas kelimanya. Matanya mulai terasa berat karena hari sudah semakin larut.
"Hai ganteng, sendirian aja? Mau aku temenin nggak?" Seorang wanita yang mengenakan short dress dengan belahan dada rendah dan punggung yang terbuka itu bertanya dengan nada manja dan centilnya.
Merasa diacuhkan, wanita itu mulai memeluk Aksara dari samping dan mulai membelai wajahnya. Karena tidak ada tanggapan, wanita itu merasa Aksara memperbolehkan dia menyentuhnya, jadi dia merasa leluasa.
"Pergi!" Lirih Aksara yang dihiraukan oleh wanita itu.
"Pergi bitch." Ulang Aksara dengan intonasi tinggi. Tidak terima dipanggil seperti itu, wanita itu langsung berdiri dan berdecih.
Aksara menghela napas berat lalu merogoh sakunya dan mengambil ponselnya. Dia ingin menelpon Auval untuk menjemputnya, karena Aksara tidak ingin menanggung resiko berbahaya jika dia memaksa menyetir sendiri.
"Halo?"
"Jemput gue di club." Kata Aksara dengan suara serak.
"Lo mabuk lagi, Sa?" Auval bertanya dengan nada cemas. "Tapi gue.."
Belum selesai Auval berbicara, sambungan telepon terputus begitu saja karena baterai ponsel Aksara habis. Aksara mendesah, kepalanya benar-benar mulai berat.
Sebenarnya lima gelas tidak akan membuat Aksara langsung mabuk begitu saja. Aksara masih sadar, tapi masalah yang sedang dihadapinya membuat kepala Aksara rasanya ingin pecah.
Aksara memakai jaket denimnya dan melangkah keluar dari club. Dia melirik jam yang ada dipergelangan tangannya dan dia hanya mendengus kala mengetahui sekarang sudah jam satu malam.
Aksara sebenarnya membawa mobil, namun dia sedikit pusing jadi dia agak malas mengendarai mobilnya untuk pulang. Dia juga menyesal tidak mengajak Kahfi untuk sekadar menemaninya malam ini. Seperti yang selalu dilakukan Kahfi setahun yang lalu.
Lima belas menit berlalu, seorang gadis yang memakai celana jeans selutut dan hoodie berwarna army yang terlihat kebesaran di tubuh mungilnya itu sedang berjalan tergesa menghampiri Aksara yang berdiri di parkiran club, tepat di sebelah mobilnya.
"Aksara, bener lo mabuk?" Melva bertanya dengan nada khawatir. Terbesit rasa bersalah di hatinya, Aksara seperti ini pasti gara-gara berita tentang Araya yang tersebar tadi pagi. Walaupun bukan Melva pelakunya, dia tetap merasa bersalah karena Aksara dia tidak tau siapa yang menyebarkan berita itu.
"Ngapain lo di sini?"
"Gue tadi ditelpon Violetta suruh ke sini, jemput lo. Katanya kalau gue ngerasa bersalah sama lo, gue harus dateng."
"Jadi lo ngerasa bersalah?"
"Iya, gue ngerasa bersalah sama lo. Tapi gue bukan ngerasa bersalah karena gue yang udah nyebarin berita tentang kembaran lo. Gue ngerasa bersalah karena nggak tau siapa yang nyebarin dan buat dia minta maaf ke lo." Ujar Melva menjelaskan.

KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARAYA✅ [COMPLETED]
Novela JuvenilAbrisam Elazar Aksara dan Ibrahim Elzattan Araya adalah saudara kembar. Aksara sangat terkenal playboy, suka clubbing, namun ia juga ramah kepada semua orang terutama gadis-gadis yang tertarik padanya. Araya, ia humoris, pintar, dan selalu bisa menc...