28. Pacar Baru Aksara

1.2K 146 55
                                    

Ketika aku memutuskan untuk jatuh padamu, mengapa semesta membuatmu jauh dariku?

***

UDARA pagi itu terasa seperti biasa. Menyejukkan. Tidak seperti kemarin yang mendung, hari ini langit terlihat cerah. Sinar matahari pagi terasa menyelusup pori-pori kulit. Hangat.

Hari ini Melva berangkat menggunakan mobilnya. Ia memaksa berangkat sendiri jika orang tuanya tidak bisa mengantarkannya dan itu selalu ampuh. Sebab, bagaimanapun kondisi Melva, orang tuanya akan tetap sibuk dan memprioritaskan pekerjaan mereka.

Setelah memarkirkan mobilnya, Melva memakai tasnya dan memasangkan earphone di telinga kanannya. Lagu Hindia yang berjudul secukupnya mengalun lembut di telinganya. Lagu itu tidak cukup keras untuk meredam suara-suara murid yang sedang membicarakan gosip terbaru.

Melva tau, mereka sedang membicarakan topik mengenai pacar baru Aksara. Wajar saja mereka seperti itu karena Aksara cukup populer. Ralat, bukan sekadar cukup, namun sangat. Apalagi setelah setahun Aksara berubah menjadi dingin, kaku, dan tak tersentuh. Kini ia kembali seperti dulu dengan sifatnya yang playboy. Entah sudah benar-benar kembali atau hanya sekadar alibi. Yang Melva tau, Aksara berpacaran dengan Gabriella setelah ia tolak.

Sesampainya di kelas, ia disapa beberapa temannya termasuk Mauren. Seperti biasa, mereka bertanya tentang pr matematika yang akan dikumpulkan pada jam pertama. Melva tau mereka ingin melihat dan menyalin pr nya. Oleh sebab itu, Melva dengan suka rela menyerahkan bukunya kepada teman-temannya.

Melva duduk dan menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi. Ia mengangguk-anggukkan kepalanya sesuai irama lagu. Matanya terpejam, seperti terlena dengan liriknya.

Sejak Violetta memutuskan untuk pindah sekolah, entah itu benar atau tidak, Melva menjadi duduk sendirian. Karena terlalu menghayati lagu, Melva tidak tau bahwa sedari tadi seorang lelaki sudah duduk di sampingnya, tepatnya di kursi Violetta.

"Mel?" Panggil lelaki itu pelan. Cukup pelan namun mampu membuat Melva membuka matanya dan menoleh.

Betapa terkejutnya Melva melihat Bara sedang menatapnya dengan tatapan frustasi. Seragamnya terlihat lusuh dan acak-acakan. Bulu-bulu tipis terlihat tumbuh di atas mulut, di bawah hidung. Melva sedikit iba melihat keadaan Bara, tapi itu tidak membuat rasa takutnya hilang.

"Boleh ngomong sebentar? Gue mau jelasin sesuatu." Bara menatap Melva dengan tatapan memohon. Ingin rasanya Melva lari dari sana, menghindar dari Bara karena ia tidak mampu. Tidak mampu untuk menolak dan mengiyakan.

"Eee..." Melva menggigit bibir bawahnya. "Lo mau ngomomg apa?" Dengan susah payah Melva bertanya.

"Gue mau ngejelasin semua hal yang gue selidiki waktu gue menghilang. Lo harus tau supaya lo bisa ngasih tau Aksara dan Araya."

Melva menghela napas panjang, "Ke-kenapa nggak lo aja yang ngasih tau mereka?"

Bara mengacak-acak rambutnya. Ia lelah. Kantung matanya terlihat menghitam, itu karena ia hanya sempat tidur beberapa jam akhir-akhir ini untuk menyelidiki sesuatu. "Lo tau gue nggak bisa. Gue mohon Mel. Setelah ini gue nggak akan ganggu lo lagi karena gue akan ke luar negeri untuk menghukum diri gue sendiri."

Melva akan membuka mulutnya untuk menjawab, namun pergerakannya terhenti saat terdengar Mauren yang berteriak memanggil namanya berulang-ulang.

AKSARAYA✅ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang