31. Move On?

1.1K 114 21
                                    

Mencintai memang tidak harus memiliki. Karena mencintai juga perihal menerima. Menerima dia dengan yang lain misalnya.

***

AKHIRNYA hukuman yang diberikan Bu Aya selesai. Peluh menetes penuh, membanjiri wajah Melva yang terlihat memerah karena terkena paparan matahari yang sedang terik siang itu.

"Capek, ya?" Araya bertanya kepada Melva dengan lembut setelah melihatnya yang kelelahan.

Melva mengangguk mengiyakan sambil menghapus keringatnya. Saat ini ia benar-benar ingin minum air putih untuk membasahi tenggorokannya.

Araya yang peka langsung menggandeng tangan Melva tanpa meminta persetujuan darinya. Melva yang terlalu lemas dan lelah hanya bisa berjalan bersama Araya tanpa bertanya. Ketika mereka sampai di kantin, Melva melihat ada beberapa siswa dari kelas lain yang mungkin bisa bolos ke kantin karena pelajaran kosong di kelas mereka atau bahkan sengaja cabut.

"Lo duduk sini aja, biar gue yang beli minum."

Melva mengangguk singkat. "Pesenin gue es teh ya, Ar. Gue pengen yang seger nih, haus banget."

Lalu setelah itu Araya bergegas membeli minum untuk Melva dan dirinya. Sedangkan Melva yang diperlakukan seperti itu oleh Araya mengernyit keheranan. Ini seperti bukan Araya yang biasanya. Biasanya Araya selalu menyebalkan, tetapi tiba-tiba saja lelaki itu berubah menjadi sangat perhatian kepadanya.

"Bu, pesan es teh nya dua, ya." Kata Araya yang dibalas dengan acungan jempol oleh penjual kantin.

"Bu, jus mangga ya, dua." Ucap suara di belakang Araya. Dari suaranya jelas cowok dan terdengar sangat tidak asing di telinga Araya.

"Oke, tunggu sebentar, saya bikin dulu." Lelaki itu mengangguk.

Araya menoleh ke belakang. Lelaki itu terkejut, ternyata yang memesan minuman setelah ia tadi adalah Aksara.

"Woi, bro!" Ucap Araya, tampak terkejut. "Lo kenapa bisa disini, lo ikutan bolos?" Tanyanya kemudian.

"Bu Marta lagi nggak masuk, jadi sekarang kelas kosong."

Araya menggumamkan kata 'oh' singkat. Lalu pembicaraan mereka terinterupsi oleh penjual kantin.

"Ini es teh dan jus mangga nya." Penjual kantin tersebut menyerahkan minumannya masing-masing kepada Araya dan Aksara. Mereka pun langsung menerimanya.

"Berapa bu totalnya?" Tanya Araya.

"Enam ribu, Mas." Araya mengeluarkan uang sepuluh ribuan dari saku seragamnya lalu menyerahkan uang itu kepada penjual kantin. Dan setelah menerima uang kembalian, Araya langsung memasukkannya ke saku seragamnya. "Ya udah gue duluan ya, Sa, kasihan Melva udah kehausan."

Belum sempat Aksara membalas ucapan Araya, saudara kembarnya itu sudah berbalik pergi. Lelaki itu menghela napas. Ia menatap nanar melihat kedekatan Araya dengan Melva.

Aksara berjalan ke arah Kahfi lalu meletakkan jus mangga di atas meja. Tanpa berkata apa-apa, Aksara pergi meninggalkan Kahfi membuat cowok itu menaikkan kedua alis, bingung.

"Nih, Mel, minuman lo." Araya menyodorkan segelas es teh manis tersebut kepada Melva.

Saat Melva hendak meminum es teh nya, ia terkejut saat seseorang merebut minumannya dengan cepat, membuat es tersebut berpindah dari tangannya. Melva ternganga tidak percaya ketika melihat Aksara meminum es teh tersebut.

"Lo apaan sih, Sa? Lo nggak tahu gue lagi haus? Kenapa lo minum, minuman punya gue? Kalo lo haus, beli sendiri dong!" Melva langsung mencecar Aksara dengan rentetan kalimatnya. Gadis itu kesal dengan tingkah Aksara ini.

AKSARAYA✅ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang