11. Melangkah Pergi

1.6K 175 158
                                    

Kamu selalu memenuhi tiap sudut pikiranku. Hingga aku lupa, bahwa nyatanya kamu menghindariku dan memutuskan untuk pergi berlalu.

***

JAM istirahat sudah berbunyi sejak sepuluh menit yang lalu, Melva yang baru saja keluar dari kantin bersama Bara, tiba-tiba langsung menghentikan langkah begitu saja. Pandangan Melva beralih pada Aksara yang sedang bermain basket di lapangan bersama teman-temannya.

Aksara memantulkan bola basket, menciptakan dribble yang sangat sempurna. Kemudian melalukan jump shoot dan melemparkan bola basket tersebut hingga masuk ke dalam ring.

Teriakan histeris dari para siswi yang saat ini sedang menonton Aksara bermain basket langsung pecah seketika. Sebagian besar para cewek penggemar Aksara tidak mau melewatkan kesempatan melihat cowok paling populer itu bermain basket.

Aksara menghentikan aktivitasnya. Bulir keringat sudah membasahi pelipisnya. Cowok itu berjalan ke pinggir lapangan. Mengibaskan rambutnya lalu menyisirnya menggunakan jari-jari tangan.

Tiba-tiba sebuah ide terlintas di kepala Melva. Gadis itu melirik minuman isotonik ditangannya, kemudian menatap Bara. "Bar, lo tunggu disini bentar ya. Gue mau kesana, ngasih minuman ini buat Aksara." Ucapnya yang langsung mendapatkan anggukan dari Bara.

Melva berjalan menghampiri Aksara. Langkah gadis itu terhenti begitu ia berdiri di hadapan cowok itu.

"Ini buat lo." Ucap Melva sambil menyodorkan minuman isotonik itu kepada Aksara.

Aksara menghela napas, dia hanya menatap dingin ke arah gadis yang berdiri di depannya itu.

"Yah dicuekin!" Kata Kahfi. "Sa, lu masih hidup kan? Diem aja." Tak ada jawaban. "Melva ngasih lo minum tuh!" Kahfi menyenggol lengan Aksara yang sibuk dengan ponselnya.

Melva menunduk sedih. "Gue cuma mau minta maaf sama lo soal kemaren karena gue udah dengerin pembicaraan lo, gue ga ada maksud apa-apa Kak. Dan tentang berita itu, bukan gue juga yang nyebarin." Jelas Melva.

"Semua udah jelas." Ucap Aksara dingin tanpa mengalihkan pandangan dari ponselnya.

"Sa, lo ketus banget sih sama Melva. Liat tuh jadi sedih kan dia." Kahfi buka suara, lagi.

Aksara tak menanggapinya. Kemudian beberapa detik setelahnya, Gabriella tiba-tiba datang menghampiri Aksara yang sedang duduk di kursi panjang pinggir lapangan sambil mengelap keringatnya menggunakan handuk kecil yang ia bawa tadi sebelum bermain basket.

"Hai beb!" Sapa Gabriella. "Nih buat lo, minum ya. Gue kan ga mau lihat lo kehausan." Katanya sambil meletakkan minuman itu di bangku sebelah Aksara.

Mendengar hal itu membuat Kahfi tertawa geli. "Yang ada Aksara bukan makin suka sama lo geb, tapi makin jijik liat kelakuan lo." Ucap Kahfi diiringi tawanya.

"Bilang aja kalau lo juga pengen gue bawain minum." Ujar Gabriella lagi, kemudian cewek itu mengalihkan pandangannya, menatap sinis ke arah Melva. "Eh masih punya nyali ya lo muncul dihadapan Aksara setelah apa yang udah lo lakuin. Emang ya muka lo itu muka tembok. Ga tau malu banget sih." Tukas Gabriella, nada mengejek yang khas dari suara itu membuat emosi Melva tersulut.

"Maaf kak, gue nggak ada urusan sama lo." Balas Melva.

"Widih tajem bener ya mulut lo jadi adek kelas!" Ucap Gabriella, tapi Melva tak berniat membalasnya. Dia hanya menatap Gabriella dengan tatapan datar.

Lalu Melva beralih menatap Aksara dan sekali lagi menyodorkan minuman yang dibawanya. "Buruan terima minuman gue, Kak."

Aksara menoleh saat Melva memanggilnya dengan embelan 'Kak'. Tapi dia masih belum berniat menerima minuman dari cewek itu.

AKSARAYA✅ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang