Hari Kamis adalah waktu di mana kelasku berolahraga. Pelajaran yang paling males aku ikutin karena dimulai setelah jam istirahat—sekitar pukul 10 siang sampai istirahat salat. Panas-panasan di lapang mana harus capek-capek gerakin badan.
Eughhh...
Tapi aku ingat hari ini cuma ada tes lari, olahraga kayaknya akan selesai lebih cepat dan aku enggak akan membuang waktu lebih banyak untuk bersantai. Jadi begitu beres, aku segera pergi ke kamar mandi untuk mengganti pakaian dan berniat leha-leha di kelas.
“Keringet,” kata Yerim mengelap dahiku dengan tisu yang ia bawa.
“Thanks.” Yerim menyerahkan tisunya supaya aku melakukannya sendiri karena kami sudah selesai berganti pakaian dan sedang di perjalanan menuju kelas. Tadi kami sempat iseng membeli makanan dan minuman, sih. Untungnya Pak Sehun—guru piket hari ini enggak keliling di sekitar kantin.
Aku agak bandel juga sih sebagai siswa, wkwk.
Begitu sampai di belokan menuju kelas, aku berhenti sebentar karena baru sadar keringatku agak berlebihan hari ini. Apa mungkin ya karena terlalu berambisi untuk mendapatkan nilai paling tinggi di tes tadi? Hmm, sepertinya gitu.
Seperti yang teman-teman kelasku kebanyakan tahu, aku ini termasuk orang yang enggak mau kalah dalam pelajaran. Enggak peduli pinter atau enggaknya otakku ini, yang penting rajin dan selalu berusaha semampunya.
Kedengeran bijaksana, enggak? Tapi ternyata modelan aku masih ada loh di antara kebanyakan siswa yang mager-mageran—eh?
LOL
Aku merapikan beberapa helaian rambut di sekitar dahi setelah mengelap keringat, berkaca di kelas kosong yang di sampingnya ada mading. Aku menyisir dengan jari-jari tangan secara teratur dan lembut, sampai aku sadar bahwa seseorang memperhatikanku dari sebelah kiri sambil tersenyum.
Kutengok dengan ragu.
Huang Renjun ada di sana dengan senyuman tipisnya.
Mungkin dia habis membaca info di majalah dinding, tapi hei … kenapa sekarang malah lihatin aku? Apa ada yang salah?
“Cantik,” katanya pelan, namun cukup ditangkap baik oleh telingaku. Padahal dia sedang bersama temannya, dirangkul bersahabat sambil bercerita tentang hal yang enggak bisa aku dengar dengan pasti. Tapi entah kenapa fokusnya malah terus tertuju padaku.
Mataku mengerjap beberapa kali hingga kemudian berbalik, menarik teman-teman yang juga semula sibuk mematut diri untuk segera ke kelas dengan agak terburu-buru.
Hee? Dia bilang gitu ke siapa? Bukan ke aku, ‘kan? batinku salah tingkah sendiri.
Pemain:
Kim Yerim from Red Velvet
KAMU SEDANG MEMBACA
Cantik
FanfictionRenjun hanya memujinya cantik. Tapi itu menjadi awal mula kenapa Rahayu Deviana terus memikirkan Renjun dan celetukannya.