Renjun sedang meliput keadaan sekolahnya yang ramai karena acara PORSENI. Sebenarnya sengaja menyibukkan diri karena enggan mengikuti lomba futsal yang dandannya harus aneh itu, iya, jadi dia sedang kabur dari kejaran Haechan yang percaya sama kemampuan futsalnya.
Ini masih pagi, tapi lapangan sudah hampir penuh saja karena jadwal masuk memang tetap seperti biasa. Daripada para siswa kebosanan dan matahari belum membakar seisi bumi, mereka memilih menonton apa yang menyenangkan.
Salah satunya adalah Rahayu, ternyata dia tertangkap oleh netra Renjun dari sekian banyak orang di sekeliling mereka. Dia berdesakkan dengan orang-orang untuk menonton lomba tari antar kelas di lapangan kedua yang ukurannya lebih kecil dari lapangan utama.
Renjun sempat khawatir karena Rahayu memaksakan diri untuk menonton paling depan, membuatnya terhuyung beberapa kali dan nyaris terjatuh untuk sampai lapang. Untungnya dia bersama beberapa teman dekatnya yang biasa Renjun lihat, memegang tangannya dengan erat supaya selamat.
“Bro, dipanggil OSIS ke ruangan debat,” kata Sanha sambil menepuk pundak Renjun yang masih serius melihat Rahayu dari jauh. Entahlah darimana datangnya anak itu, “sebenernya si Haechan tadi nyariin juga, cuman gue pro OSIS aja deh.”
“Ngapain?” tanya Renjun bingung.
“Dokumentasi kali, pengen nyelip di majalah lo. Debat gitulohhh,” katanya sambil terkekeh.
“Males. Suruh anak mading yang lain aja, gue mau ngambil gambar di tari,” sahut Renjun turun ke lapangan kedua dan mempersiapkan kamera.
Sanha mendengus, katanya, “Anak mading yang bawa kamera siapa lagi? Gue enggak tahu.”
“Somi tuh Somi,” jawab Renjun asal sambil mencoba memotret juri tari yang sedang membaca nama setiap peserta.
“Yang mana, anjir? Pernah denger tapi enggak tahu muka.”
“Gebetannya si Jeno,” celetuk Renjun membuat Sanha tergelak.
“Anjay? Gue kira gebetan si Ecan,” sahut Sanha direspons kekehan oleh sang empu. Karena memang dia juga bingung Somi ini gebetannya siapa, tapi seingat Renjun, Haechan lebih suka menggoda anak-anak perempuan saja alias bercanda.
Begitu basa-basi selesai, Renjun menunggu sambil menarik ritsleting jaket parasitnya sampai dada dengan mata yang diam-diam meliriki Rahayu. Si gadis yang sudah mencuri perhatiannya sejak semester lalu.
Karena PORSENI, para siswa dibebaskan menggunakan kaus kelas dan jaket di sekolah. Sama seperti gadis itu, Rahayu tampak mengenakan jaket berwarna biru dongker sambil duduk di tanah. Karena memang lapangan kedua posisinya harus ke bawah, jadi tanah bagian atas bisa digunakan untuk para penonton duduk sementara lomba belum mulai.
Begitu MC khusus lomba tari memulai acara, sorakan demi sorakan terdengar antusias. Tak peduli bahwa matahari mulai naik dan memanasi orang-orang, lomba ini memang selalu paling diminati selain futsal.
Renjun tersenyum di balik kameranya yang jadi membidik asal, ia dapati senyum dan tawa Rahayu tercetak di wajah cantiknya. Hal tersebut membuatnya gugup, karena mendadak debaran di dadanya bekerja lebih cepat, tak sedikitpun memberikan jeda untuk istirahat ketika melihatnya.
Gadis ini menikmati apa yang ditontonnya. Kepala dan kakinya sesekali bergerak mengikuti irama musik yang kelas lain putar, bahkan tetap memberikan tepuk tangan meriah kala pertunjukkan selesai.
Semangatnya menonton lebih berkibar ketika kelasnya unjuk di lapangan sana, bahkan dia ikut berdiri dan berteriak sebagai bentuk dukungan. Karena pemandangan inilah, tangan Renjun tanpa sadar terus mengambil gambar sang pujaan hati alih-alih mengerjakan tugasnya sebagai anak mading.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cantik
Fiksi PenggemarRenjun hanya memujinya cantik. Tapi itu menjadi awal mula kenapa Rahayu Deviana terus memikirkan Renjun dan celetukannya.