Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Setelah membuat story di Instagram, aku kembali menyeruput jus alpukatku sambil mencuri lihat apa yang Harvey lakukan. Ternyata chat sama temen-temennya tentang kebosanan dia di Indonesia.
“Salah sendiri sering bikin ulah, jadi enggak bisa main selain ke Indonesia, ‘kan?” celetukku membuatnya mendengus pelan, “aku denger kamu katanya sering bolos, ya?”
“WHAT?!—Eh, kenapa sih Mommy tuh ngelebih-lebihin mulu?” rutuk dia tampak jengkel dengan apa yang aku katakan. Tapi mau dilebih-lebihkan atau enggak, aku nih udah bisa mencium kenakalan dia di tempatnya tinggal. Soalnya beda banget dari terakhir kita ketemu, sekitar beberapa tahun yang lalu.
Ngerti ‘kan kenapa Kak Taeil khawatir aku sama dia jalan tanpa pengawasan? Ya emang udah ancur aja nih anak, gaulnya.
“Eh by the way, soto tadi enak juga,” katanya tersenyum lebar. Membuat beberapa pembeli di sini memekik, aku akui, Harvey emang ganteng. Aku berani bertaruh selain nakal, dia ini playboy di sekolahnya.
“Terkenal banget loh soto ini,” kataku memicingkan mata saat mendapati presensi seseorang yang tak asing. Ternyata Mark sudah sampai setelah menghubungiku akan menyusul ke tukang soto dan membicarakan sesuatu, di belakangnya ada Renjun yang memasang ekspresi terkejut ketika motornya parkir.
Renjun tampak ragu menghampiriku, aneh, tapi yang lebih penting sekarang ialah Mark karena sudah ada di depanku sambil menyapa. Sempat berbasa-basi konyol seperti bertanya ke sini dengan siapa, di saat sudah jelas ada Harvey di sampingku.
Mark, garing juga ya.
“Hi,” sapa Mark menjabat tangan Harvey yang langsung berdiri dari posisi duduknya. Mereka berkenalan singkat juga.
“Hi, your friends is not here today?” katanya yang aku yakini sebagai ledekan. Bukan tanpa alasan, aku sempat menceritakan kalau Mark sering banget barengan rame-rame gitu sama temen-temennya yang kami temui pasar malam.
“Yeah, it was really great,” sahut Mark membuatku tertawa.
“You can’t say that,” kataku menepuk tangannya. Mark sempat sesekali meliriki Renjun yang hari ini mukanya ditekuk gitu. Sampai kemudian Mark bertanya asal ceplos kepada Harvey.
“By the way, she’s your gf?” tanya Mark membuatku melotot kaget. Ini—mereka baru ketemu bentar banget langsung main nanya-nanya gitu, dikira sopan apa?
Tapi Harvey malah tertawa dan merangkulku, menanggapi pertanyaan Mark dengan santai sampai aku mikir, wait! Ini sebenernya aku yang kampungan atau emang bule tuh biasa to the point aja?
“What do you think? We look like a couple?” tanya Harvey mencubit pipiku gemas, segera saja kutepis tangannya sambil mendecak.
Mark memiringkan kepalanya sambil memperhatikan interaksi kami, bahkan memasang tampang berpikir untuk hal yang menurutku enggak penting ini. “Yea …”