1 : Celengan Rindu

67 6 13
                                    

Veli menunggu Vilo yang sedang membeli makanan di warung favorit mereka. Dan setelah menunggu Veli melihat Vilo membawa satu kresek yang berisikan makanan.

"ini, dimakan ya sekarang. Jangan cemberut dong jadi imutkan" Veli masih kesal dengan Vilo. "hai.. Kamu, ini kenapa?"

Veli memandang Vilo kesal "kamu masih bilang aku kenapa? Harusnya kamu yang aku bilang kenapa. Kenapa kamu lebih mentingin si Bella daripada aku yang udah nunggu kamu dari tadi diluar ruangan nunggunya pas hujan lagi."

Vilo, tersenyum lalu mengusap kepala Veli. Veli mendengus kesal lalu menyingkirkan tangan Vilo dari kepalanya.

"nggak, usah pegang-pegang. Sana pegang aja tangan Bella kayak tadi." Veli masih ingat, tadi saat Vilo memegang tangan Bella tepat di depan matanya. Dan Vilo bukannya melepaskan malah memegang tangan Bella yang satunya.

"kamu, masih marah tentang tadi?" Veli tak menjawab "kan itu cuma latihan Veli. Kamu, taukan kalau aku sama Bella yang jadi tokoh utama di drama bukan?"

"tapi seharusnya kamu nggak usah ikut." Veli menahan tangisannya, dan itu membuat Vilo merasa bersalah.

"aku nggak bisa Veli, yang milih teman-temanku. Aku, ok besok aku akan mengundurkan diri dari drama." Veli menatap Vilo tak percaya.

"beneran kamu mau mundur dari drama?" Vilo menganggukan kepalanya "kenapa mundur? Kamu, nanti nyesel loh.."

"kenapa harus kesel? Kan, ada kamu yang setia disisi aku." Veli tersenyum lalu memeluk Vilo dengan erat. Veli menangis di pelukkan Vilo, "hiks.. Kamu bucin sekarang hiks.."

Vilo terkekeh mendengar perkataan Veli "aku bucin? Memang. Karena aku cuma bucin buat kamu."

Veli masih menangis namun, Veli terkekeh saat mendengar kata Vilo.
"astaga.. Kayaknya kamu ketularan bucin deh dari si Putra."

"Putra? Kamu, sama-samain aku sama si Putra? beda banget lah." Veli mendongak menatap Vilo.

"apa bedanya? Kan sama-sama bucin." Vilo menggelengkan kepalanya.

"enggakkan, kalau aku bucinnya kekamu. Kalau Putra? Bucinnya ke cabe-cabean." Veli tersenyum geli.

"cabe-cabean?" Veli memiringkan kepalanya dan itu membuat Vilo gemas sendiri.

"iya, kamu masih ingetkan dulu waktu kita nongkrong di jalan. Si Putra itu lagi bucin eh... Bucinnya jadi nggak terkendali pas liat cabe-cabean lagi jalan. Pas disamperin malah bencong yang muncul."

Veli dan Vilo saling bertatapan.

"pft.. Hahahaha" tawa mereka meledak saat mengingat waktu itu. Disaat Veli dan Vilo masih belum mengenal.

"yaudah, makan yuk. Nanti kamu laper loh, kamu taukan kalau nggak makan nanti kamu jadi sakit." Veli menganggukan kepalanya. Lalu, dirinya membuka makanan itu Veli menatap Vilo sebentar. "kamu, nggak makan?"

"enggak, liat kamu makan aja aku udah kenyang" Veli semakin yakin kalau memang Vilo telah dirasuki oleh bucinnya Putra.

"fiks.. Kamu jadi bucin sekarang" Vilo tertawa mendengar pernyataan Veli. Vilo tak menyangka jika Veli bisa membuatnya jatuh cinta dalam waktu yang singkat.

"ih... Kamu mah, udah dikatain bucin malah ketawa gila ya kamu." Vilo memandang Veli sampai Veli menjadi salting sendiri. "kenapa sih liatin aku kayak gitu?"

"kamu cantik tau gak sih, apalagi kalau kamu kesel"Veli merasa bahwa pipinya merah sekarang. Veli menundukkan kepalanya malu. "kenapa harus nunduk, kamu tambah cantik loh saat pipi merah."

Bugh..

Veli memukul bahu Vilo dengan keras.
"auw.. Sakit tau, kamu kenapa sih kok mukul aku?"

Veli memandang Vilo kesal "kamu, sih yang mulai duluan."

"loh kok aku mulai duluan? Oh.. Berarti, bener dong kalau kamu lagi blushing" Vilo tersenyum geli melihat tingkah Veli.

"iya-in aja deh kalau gitu."

Mereka tersenyum bersama, malam ini dingin namun, dengan senyum mereka udara menjadi hangat entah mengapa.

"udah, makannya?" Veli menganggukan kepalanya.

"udah, kok ayo pulang. Nanti mamah sama papah nyariin lagi." Vilo mengangguk "eh.. Tunggu dulu, maafin ya sikapku tadi, soalnya aku lagi pms" Veli menyengir dan Vilo pun hanya mengangguk.

Motor Vilo berjalan dengan kecepatan sedang, dan itu membuat Veli semakin mengeratkan pegangannya di perut Vilo.

Veli berharap bahwa malam ini akan terus Veli nikmati bersama Vilo. Tanpa adanya jarak ataupun yang bisa memisahkan dirinya dengan Vilo karena...

Veli kesal dengan jarak.



Celengan RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang