16 : Celengan Rindu

5 1 0
                                    

"Veli, Vilo udah dateng tuh. Yang cepet dandannya, kasihan ntar Vilo keburu jadi bapak-bapak. "

Veli berdecak malas, dan langsung meletakan sisir dengan kasar. Veli menatap Renata kesal.

Bagaimana tidak kesal, berulang kali Renata mengatakan itu 6 kali. Dan Veli hanya mendengarkan itu dengan malas.

Lagian mana mungkin Vilo. Menjadi seorang bapak hanya karena menunggu Veli. Pikiran Renata tidak logis menurut Veli.

"hei kok kamu liatin mama kayak gitu sih? Mama salah apa coba?" Veli menghela napasnya. "ihh kamu bukannya jawab malah ambil napas. Dasar, anak durhaka"

Renata meninggalkan Veli yang terdiam, Veli lagi-lagi harus menghela napasnya. Veli tidak tau kenapa Renata bisa memiliki sikap yang selalu berubah, kadang galak, kadang nyebelin, kadang ngangenin, dan kadang ke kanak-kanakan.

Veli berjalan dengan malas, Veli tidak tau kenapa akhir-akhir ini dirinya sering malas tidak seperti tadi.

"nah, itu anaknya. Udah tau di tungguin malah dandan teross" Renata mencibir Veli yang berjalan ke arah Vilo dan Renata.

"udah lah tan, kan cantiknya buat Vilo bukan buat yang lain" Renata tersenyum malu, dan Veli hanya tersenyum biasa.

Renata memukul lengan Vilo, sampai membuat Vilo meringis. "haha, kamu bisa aja sih. Mama baper tau"

Vilo tersenyum miris dan Veli menghela napasnya. Veli bingung di sini, sebenarnya siapa yang menjadi pacar Vilo. Veli atau mamanya?

"ya udah, berangkat sana. Nanti ke buru siang, ohh ya pulangnya nanti jangan kayak kemarin, kalau kayak kemarin nanti si Veli tidurnya kayak kebo"

Vilo menganggukan kepalanya, lalu mencium tangan Renata dan di ikuti Veli. Veli dan Vilo di antar Renata sampai depan rumah.

"oh, ya tan. Om Reza ada di mana?" Renata menunduk sedih. Dan membuat Vilo merasa tidak enak.

"Vilo salah ngomong ya tan?"

Renata menggelengkan kepalanya,"kamu nggak salah kok, yang salah Reza dia itu udah ninggalin Mama. Nggak ngasih kabar lagi, kayak bang toyib tau nggak."

Renata mengerucut kan bibirnya sedangkan Vilo menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan Veli, hanya diam dan menonton.

"ya udah tan, Vilo sama Veli berangkat. Permisi tante"

"iya, hati-hati ya"

Vilo memberikan satu helm pada Veli. Dan di pakai oleh Veli. Lalu pergi meninggalkan Renata.

Sepanjang perjalanan tidak ada yang di bicarakan oleh Vilo dan Veli. Vilo tidak mempunyai bahan yang cocok untuk di bicarakannya dengan Veli. Begitupun dengan Veli yang tidak mempunyai bahan pembicaraan.

"Vel, kamu mau kemana? Ke taman atau kemana?" Veli menatap Vilo dari kaca.

"terserah kamu aja deh, aku lagi nggak pengen mikir" Veli mengeratkan pelukannya ke Vilo.

Vilo tidak tau kenapa akhir-akhir ini Veli menjadi begini. Vilo ingin bertanya namun, Vilo takut kalau Veli akan marah. Jadi Vilo diam kan saja.

Karena Veli mengatakan terserah, jadi mau tidak mau Vilo harus berpikir. Vilo akhir-akhir ini sangat menginginkan pergi ke taman mini?.

Jadi lah Vilo membawa Veli ke taman mini. Namun, satu pertanyaan apakah Veli mau pergi ke taman mini? 

Mau tidak mau Veli harus mau, kata siapa harus bilang terserah pada Vilo.

"kita ke taman mini? " Veli membuka percakapan.

"iya.. " Veli hanya mengangguk malas.

Dan itu membuat Vilo menghela napas lega, setidaknya Veli masih mau pergi ke taman mini.

Sesampainya di taman, Veli turun dan melepas helmnya. Begitu pun dengan Vilo, yang melepas helmnya dan menaruh ke dua helm itu di spion.

Dengan lembut Vilo menggeret tangan Veli, dan membeli tiket masuk ke dalam.

Selesai membeli tiket, Vilo dan Veli langsung memilih permainan yang ingin mereka mainkan.

Dengan semangat, Vilo memilih permainan kora-kora. Karena sedang malas berdebat Veli hanya menganggukan kepalanya.

Banyak orang yang bertiak ke takutan. Bahkan ada yang ke senangan melihat temannya ke takutan. Dengan gemetar Veli Menggengam tangan Vilo.

Tanpa rasa takut, Vilo memilih tempat
Paling belakang. Karena Veli tidak mau di situ terpaksa Vilo menuruti Veli.

Dan Veli memilih tempat belakang sendiri no 2. Vilo berpikir mengapa Veli memilih duduk di situ, sedangkan ada yang lebih menatang.

Veli masih takut sedangkan Vilo tidak takut, Kora-kora itu mulai bergerak. Awalnya masih biasa-biasa saja.

Lama kelamaan Vilo mulai menutup matanya, dan Veli tertawa melihat wajah Vilo.

Namun, tak lama kemudian Veli juga menuntup matanya takut. Dan sekarang Vilo dan Veli mendapat julukan pasangan yang menyedihkan.








Celengan RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang