Cahaya matahari yang masuk melalui celah-celah jendela, membuat Veli semakin menaikan selimutnya.
Bukan hanya cahaya yang mengganggu Veli namun, juga jam yang terus berdering membangun kan Veli hingga terpaksa membuat Veli bangun.
"ya ampun, gue lagi enak-enak tidur. Eh elo-nya malah bangun" Veli memajukan tangannya dan mengambil jam itu lalu mematikannya.
Jam itu menunjukan pukul 05.30 yang berarti Veli harus mandi dan sekolah. Namun, itu tidak masalah untuk Veli. Asalkan ada Vilo di sekolah dan di dalam kelas.
"Velii.. Ehh, anak mama udah bangun duluan toh. Tumben biasanya kayak kebo. Di siram air dulu baru bangun deh, kayak biasanya"
"ya malah bagus dong, anak nya ada perkembangan. Dari pada di siram air kan, boros mah mending di hemat buat mandi, sama nyiram tanaman."
"iya, iya. Anak mama, yang mama sayangi. Buruan mandi nanti turun ke bawah makan. Kamu kemarin malam belum makan kan? Perutnya di isi nanti." Veli menunjukan jari telunjuk dan ibu jarinya membentuk lingkaran.
Renata pergi meninggalkan Veli dan Veli masuk ke kamar mandi, 10 menit berlalu dan Veli telah siap dengan seragam sekolahnya.
"akhirnya udah selesai. Waktunya makan" Veli langsung turun ke bawah dan menemukan Reza dan Renata sedang sibuk.
Reza sibuk membaca koran dan Renata sedang sibuk menata makanan.
"morning... Papa, mama." Veli mencium pipi Reza dan Renata.
"morning juga Veli" jawab Reza dan Renata kompak.
"wahh, sarapannya enak nih. Heemm chef Veli mencium bau-bau, yang sangat menggoda." Veli langsung mengambil piring, garpu dan sendok.
Veli mengambil apa pun, yang Veli suka. Selesai berdoa Veli langsung melahap semua makanan yang ada di piringnya.
Reza dan Renata terkekeh melihat Veli makan seperti itu.
"hati-hati sayang. Nanti tersedak loh" Reza memperingati Veli. Dan Veli menganggukan kepalanya.
"kamu nggak makan?" Renata bertanya pada Reza.
"enggak, nanti aja di kantor. Di bungkus aja." Renata menganggukan kepalanya dan langsung membungkuskan makanan untuk Reza.
"nih bekelnya. Inget ya di makan, kalau nggak kamu makan awas yaa"
Reza mengangkat tangannya hormat, "asyiapp..."
"pa, aku udah makannya anterin sekarang dong" Veli menyeka mulutnya dengan tisu.
"udah kenyang?" Veli mengangguk menjawab pertanyaan Reza.
"ya udah kalau gitu, mari kita berangkat" Reza berdiri lalu di susul Veli.
Veli dan Reza berpamitan dengan Renata. Selesai berpamitan Veli dan Reza berangkat menggunakan mobil.
"inget sekolah itu buat cari ilmu bukan buat pacaran."
"siapa juga yang mau pacaran?"
"ya kamu lah.. "
"enggak kali pa.. Yaudah kalau gitu Veli pamit sekolah dulu ya." Veli mencium tangan Reza. Dan turun dari mobil.
Veli menunjukan senyum hangatnya pada orang-orang yang menyapanya, dan menunjukan wajah cueknya pada orang-orang yang menatapnya sinis.
"akhirnyaa.... Veli gue udah kangen sama elo" Silvi langsung memeluk Veli, dan Veli membalas pelukan Silvi.
"ya ampun, Silvi cuma nggak ketemu hari Minggu loh. Kok udah kangen sih"
Silvi cengengesan "ya sorry, gue kan gabut. Lagian sih gue udah nelpon elo kemarin malam, ehh nggak di angkat"
"elo telepon gue? Beneran? Gue kok nggak tau ya... Bentar gue cek dulu hp gue."
Veli mengeluarkan hp-nya. Dan mengecek ternyata benar, jika Silvi meneleponnya sebanyak 5 kali.
"elo ngapain sih, telepon gue 5 kali?"
Veli menyusul Silvi, yang sudah duduk duluan. Veli melihat mata Silvi yang bengkak.
"itu kenapa mata elo, kok bengkak?" Silvi tidak menjawab tapi malah menatap Veli, lalu langsung menangis di pelukan Veli.
"ehh, Silvi elo kenapa sih?" Veli merasakan bajunya basah. "elo nangis Sil? Ya ampun jangan nagis deh, cerita sama gue yuk. Ayo dong kasihan, bedak, sama lipstiknya. Ayo dong"
Silvi menjauh dari Veli. "enak banget ya, gue nggak pakai lipstik kali. Kalau bedak gue pakai."
"iya, iya sayang ku. Sekarang cerita, kok elo bisa nangis sih? Nanti, orang tua elo marahin gue lohh"
"orang tua gue Vel, orang tua gue masuk ke rumah sakit." Veli terkejut.
"kok bisa, kapan masuknya?" Silvi menyeka air matanya.
"kemarin, pas gue telepon elo." Veli merasa bersalah kali ini.
"gue... Gue nggak tau, maaf.." Silvi tersenyum lalu menggelengkan kepalanya.
"ini nggak salah elo kok, ini semua udah takdir." Veli memeluk, Silvi dan menenangkan Silvi.
"sekarang cerita sama gue.. Kenapa orang tua elo bisa masuk rumah sakit?" Veli menuntut penjelasan.
'"jadi gini, kemarin papa sama mama gue baru pulang dari kantor. Dan gue ngagk tau gimana ceritanya, tiba-tiba gue di telepon sama orang yang nggak gue kenal. Dan orang itu bilang, kalau orang tua gue kecelakaan. Dan gue bingung harus ngapain, akhirnya gue telepon elo, tapi elo nggak jawab dan gue bingung. Akhirnya gue telepon Putra, dan untungnya Putra mau akhirnya gue berangkat ke rumah sakit sama Putra"
Veli tersenyum lega, karena Putra mau mengantar Silvi ke rumah sakit.
Tepat itu juga, bel masuk sekolah di bunyikan. Yang berarti mereka harus melaksanakan upacara, di tengah lapangan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Celengan Rindu
Teen FictionJarak, wa, waktu, berpisah, Veli kesal dengan semua itu namun, itu semua berubah saat Vilo membuatkan sesuatu untuknya. Terinspirasi dari lagu Celengan Rindu. Up : nggak tentu Jam : nggak tentu Pokoknya happy reading aja ❤