22 : Celengan Rindu

6 1 0
                                    

Upacara hari ini sangat panas, beruntung Veli dan Silvi mendapatkan tempat yang teduh. Jadi, Silvi tidak terlalu cerewet.

"Veli, gue capek. Kepala gue pusing" Veli menatap Silvi khawatir.

" elo nggak papa kan?" Silvi tersenyum sendu.

"iya, gue nggak papa." Veli menganggukan kepalanya lalu, melihat ke depan. Meskipun dalam hati Veli khawatir.

Sesekali Veli melirik Silvi, wajah Silvi pucat. Veli takut jika Silvi akan pingsan sewaktu-waktu namun, Veli berharap Silvi tidak pingsan.

Veli juga bingung kemana Vilo, kenapa Vilo belum menampakan dirinya. Veli sudah mencari Vilo tadi, dan belum ketemu sampai sekarang.

"Vilo kemana ya?" Veli melihat sekeliling.

"kalian ini, sudah kelas 12 tetap saja kebiasan kalian itu sudah kelewat batas. TELAT kok di lakuin terus.. " pak Eko menggeret beberapa siswa dan siswi yang telat.

Betapa terkejutnya Veli saat mendapati Vilo, Putra, dan Bella. Ada di depan sana. Veli berdecak kesal, saat melihat Bella mendekati Vilo dengan terang-terangan.

"ck,  Bella nggak punya harga diri. Udah tau pacar orang tetep aja mau di embat. " bukan Veli yang mengatakan itu. Namun, Silvi walaupun sakit tetap tidak membuat rasa benci Silvi pada Bella berkurang.

"auuu.. Kepala gue, sakit Veli sakit" Veli terkejut saat, Silvi pingsan lalu Veli langsung memanggil pmr.

"ehhh tolong dong.. " Veli berteriak, dan itu berhasil membuat semua orang menatap Veli.

Dengan cekatan petugas pmr langsung menggendong Silvi, lalu di ikuti Veli. Sebelum pergi Veli sempat menatap Vilo, Putra dan Bella dengan tajam.

Namun, reaksi mereka berbeda-beda. Vilo menatap Veli, Putra khawatir, dan Bella biasa saja.

"ya ampun, Silvi badannya panas benget." Veli menyuruh salah satu pmr, untuk mengambil kompres.

Pmr itu memberi kompres pada Veli, dan Veli meletakan kompres itu di kening Silvi. Veli berdoa supaya Silvi segera sadar, Veli terus membolak-balik kain supaya panas Silvi turun.

"Silvi kenapa kok bisa pingsan" Putra pria itu, mendorong pintu uks dengan keras hingga membuat anggota pmr dan Veli kaget.

"ya ampun, Putra ini uks. Bukan kamar elo ya, Silvi lagi sakit." Putra menggeret Veli, dan langsung menempati tempat yang tadi Veli duduki.

"cepat sembuh Silvi, elo nggak boleh sakit. Nanti, kalau elo sakit gue ngebucinin siapa dong? Terus nanti yang jadi musuh bebuyutan gue siapa dong?"

Veli dan Vilo menggelengkan kepala mereka. Veli dan Vilo tidak percaya jika, Putra mendoakan Silvi untuk menjadi musuhnya.

"eh.. Harusnya elo itu doain, Silvi cepet sembuh bukan doain kayak gitu."

"serah.. Yang penting Silvi sembuh"

Setelah itu hening, tidak ada yang berbicara. Veli dan Vilo diam, karena teringat sesuatu Veli bicara pada Vilo.

"kamu kok dateng telat sih?" Vilo melihat Veli lalu kembali melihat Silvi.

Tanpa bicara, Vilo langsung menggeret Veli keluar uks. Lalu membawanya ke taman.

"Maaf, aku telat karena..." belum selesai menjawab, Bella tiba-tiba menyahut.

"Vilo jemput gue..." Bella menunjukan senyum angkuhnya. Lalu berjalan mendekati Vilo.

Dengan santai Bella menggenggam lengan Vilo, "lagian, gue ini kan calon istrinya Vilo."

Tanpa banyak bicara, Veli langsung melepaskan genggaman itu. Dan langsung menyeret Vilo ke sebelahnya.

"ehh, maksud elo apa? Dateng-dateng genggam lengan Vilo. Mata elo sakit ya? Udah tau ada pacarnya di depannya, ehh.. Malah santai pegang pacar gue." Bukannya mendengarkan, Bella malah menatap dan meniup kukunya.

"udah selesai bicaranya? Soal mata gue, elo salah. Mata gue sama sekali, enggak sakit. Mata gue normal 100% dan tentang Vilo jemput gue, elo bisa tanya sendiri kok sama Vilo. " selesai mengatakan itu, Bella langsung pergi dan membisikan sesuatu pada Veli.

"bay bay... Pelakor, semoga hubungan kalian cepet kandas di tengah jalan ya... Aminn paling serius dari gue"

Veli mengeratkan genggaman tanganya pada Vilo, Veli sangat membenci Bella. Veli berharap Bella, bisa hilang di telan bumi.

"emang benar kalau kamu jemput Bella?" Veli berharap jika, Vilo menjawab tidak.

"ya.. Aku tadi jemput Bella" hancur sudah harapan Veli.

Genggaman Veli pada Vilo, semakin mengendur. Lepas sudah genggaman antara Vilo dan Veli.

"aku di suruh, sama mama aku" Veli menatap Vilo. Lalu, tersenyum canggung.

"ya udah nggak papa kok, makasih udah jujur sama aku" Veli tersenyum lalu meninggalkan Vilo, di taman sendirian.

Vilo menatap kepergian Veli. Dengan rasa bersalah namun, Vilo harus bagaimana? Irene menyuruh Vilo, dan Vilo harus menuruti itu jika tidak Irene akan pergi, ke Korea. Dan tidak akan pernah kembali.

"HAH..." Vilo menendengang batu, yang ada di bawahnya. Kesal. Vilo langsung pergi meninggalkan taman.

Veli tidak masuk ke kelas namun, pergi ke uks dan menemani Silvi. Tanpa sadar Veli meneteskan air matanya.

Veli tidak dapat membendung air matanya. Veli menangis sejadi-jadinya, tapi akhirnya Veli sadar jika masalah tidak dapat di selesaikan dengan air mata. Namun, dengan perbuatan.

Karena matanya yang sembab. Veli pun tertidur, di sebelah Silvi.







Celengan RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang