20 : Celengan Rindu

8 1 0
                                    

"kamu, hati-hati ya. Di jalanan rame, jangan ngebut nanti masuk angin." Veli memperingati Vilo, agar tidak mengebut di jalanan.

"iya.. Sayang. Aku nggak ngebut kok, lagian jalanan sepi cuma ada satu orang" Veli mengerutkan alisnya bingung.

"siapa?"

"kamu" Veli terdiam, Veli tidak tau harus menjawab apa. "di hati aku satu-satunya. Makannya kalau aku ngebut pasti akhirnya balik ke kamu."

Veli terkekeh, "gombal. Dasar tukang kardus"

"biarin, kan gombal sama kerdusnya di kamu. Jadi aku ngardus hanya di kamu dong haha" Veli memukul lengan Vilo. "aduh, kok di pukul sih? Aku salah apa?"

"nggak kok nggak papa, pulang sana. Enek aku liat muka kamu"

"muka aku kenapa? Kok kamu enek sih? Apa jangan-jangan kamu hamil offline karena wajah aku, wahh jangan dulu deh. Kan aku belum siap jadi appa.. " Veli menatap Vilo marah.

"VILOOO"

"DADA SAYANG... JAGA BAIK-BAIK, ANAK KITA"

Veli terkekeh sendiri karena ucapan Vilo. Walaupun sederhana namun, bisa membuat Veli bahagia.

"hayoo... Tadi ada kata-kata anak. Kenapa itu? Atau jangan-jangan kamu udah..." Renata menutup mulutnya sendiri. Sedangkan Veli memutar bola matanya malas. "ayo lah Veli, kalian ini masih sma.. Mau lulus bulan depan ehhh, nglakuinnya sekarang."

"mah... Diem bisa nggak sih, perut aku sakit nih." Renata semakin melebarkan matanya.

"tuh kan..."

"mah, aku itu lagi haid. Haid mah haid, udah lah mah males aku sama mamah. Aku mau ke kamar dulu" Veli langsung pergi meninggalkan Renata.

Sedangkan Renata hanya mengangguk-anggukan kepalanya. Lalu pergi dari ruang tamu, seolah-olah tidak ada yang terjadi.

Jam sudah menunjukan pukul 17.30 dan membuat Veli mau tidak mau harus mandi. Sebenarnya Veli malas jika harus mandi jam segini.

Namun, apalah daya sekarang Veli sedang haid. Jadi Veli harus mandi.

Tok!
Tok!
Tok!

"Veli, nak. Ayo turun, makan dulu.  Nak? Kamu dimana?"

Karena tak kunjung mendapatkan jawaban, Renata masuk ke dalam kamar Veli. Renata menggelengkan kepalanya karena kamar Veli yang berantakan.

Dengan telaten, Renata membersihkan dan menata kamar Veli. Terdengar suara percikan air, dan Renata baru sadar jika Veli sedang mandi.

Renata melihat foto Veli kecil yang ceria. Renata ingin wajah Veli seperti itu terus namun, Renata juga bersyukur belum pernah melihat Veli menangis.

Dan itu berarti Vilo berhasil membuat Veli bahagia.

Suara percikan air telah berhenti, dan Renata langsung pergi meninggalkan kamar Veli dan turun ke bawah.

Veli bingung mengapa kamarnya, bisa rapi. Namun, Veli tak menghiraukan Veli pikir Renata pasti yang merapikannya.

Karena mengantuk Veli langsung tidur begitu saja.

"Veli sayang. Ayo makan dulu, papah juga udah pulang loh.. Sayang" tak mendapat jawaban lagi. Renata pun masuk ke dalam kamar. "ya ampun, tidur langsung dong. Ya udah sih.. Good night sayang. Mimpi indah ya" Renata mengelus rambut Veli, lalu mencium kening Veli.

Dengan pelan, Renata menutup pintu supaya tidak membangunkan Veli.

"loh, Veli mana? Kok nggak turun? Nggak mau makan ya?" Reza bertanya pada Renata yang, sedang mengaduk teh.

"udah tidur" jawab Renata jutek.

"ohh.. Habis main sama Vilo ya?"

"iya.. " Reza menganggukan, kepalanya.

"pantes.. Pacaran teruss" Renata melihat Reza dengan tajam. Dan Reza tidak tau dimana salahnya. "aku salah apa? Kok kamu lihatnya kayak gitu sih."

"kamu tuh, nggak peka ya. Kamu kira yang butuh pacaran cuma Veli sama Vilo. Aku juga butuh, aku tuh udah males di rumah terus.. Kamu juga kerja kayak bang toyib. Aku tuh capek, aku butuh perhatian. Aku bukan boneka.. " Renata menaruh teh dengan kasar. Dan membuat teh itu tumpah sedikit.

"kamu butuh hiburan? Ya udah besok Minggu depan ke pantai." Renata menatap mata Reza dan meperhatikannya dengan serius.

"kamu beneran?"

"iyaa... Kamu kira aku bohong gitu"

"ya enggak lah, masa aku bohong sama kamu."

"ok kalau gitu, besok Minggu depan kita ke pantai" Renata tersenyum senang, dan langsung memakan makanannya dengan semangat.

"ehh iya, kamu tadi kan bilang aku bukan boneka. Aku jadi inget sesuatu loh"

"apa?" Reza tersenyum misterius.

"itu kayak lagu, aku bukan boneka boneka boneka, aku bukan boneka." Renata menatap Reza jijik namun, akhirnya mereka menyanyikan lagu itu bersama-sama.




Celengan RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang