8 : Celengan Rindu

8 1 0
                                    

Masalah tentang drama masih berlanjut, tapi Veli menanggapi itu dengan tenang berbeda dengan Bella.

Bella emosi saat, Veli mengatakan kalau dirinya mengambil punya Veli. Padahal Bella sudah menganggap. Kalau Vilo itu adalah kekasihnya.

"Veli, kalau gitu kenapa kamu nggak ikut main drama aja?" bu Vivin mengawali pembicaraannya dengan Veli.

"emm, anu bu Saya. Saya nggak suka aja gitu kalau ikut drama." Veli memang tidak menyukai drama kecuali drama Korea.

"kalau kamu nggak suka. Kenapa harus bawa-bawa Vilo?"

Veli menghela napasnya pasrah, Veli tak tau harus menghadapi bu Vivin dengan cara apa. Namun, Veli tetap menjawab bu Vivin dengan senyum.

"Saya, tidak suka drama bohongan bu"

Pernyataan Veli membuat bu Vivin kebingungan.

"ohh, ok gue tau sekarang. Jadi, elo nggak suka drama karena bohongan ya? Ok.. Ok, sekarang kalau elo nggak suka drama. Tapi apa kabar drakor elo yang malah lebih dari pegangan tangan?" Bella menyahut tanpa permisi.

Veli hanya memiliki stok sabar yang sedikit. "ya, terserah gue lah. Lagian nih ya. Kan yang nonton gue bukan elo."

"ok, ok. Yang sans ngapa" Veli memutar bola matanya malas.

"Bella, kamu diam saja. Biarkan Veli yang menjelaskan. Veli kalau begitu kenapa kamu tidak ikut saja di dramanya?"

"Saya nggak ikut karena Saya capek bu hidup dalam drama."

"memangnya kamu ikut drama apa? Kok capek?"

"drama kehidupan bu"

Semua terkejut dengan perkataan Veli namun, tidak dengan Putra.

"ohh, maksud elo itu ya drama-drama yang ada di tv? Itu kan yang, polisi nya nggak pernah ganti-ganti, sekalinya lari ketabrak terus kepala terus yang di perban? Ketabrak nya mesti sama mobil kalau nggak motor kan hayo ngaku Vel. Nggak nyangka gue selain nonton drakor elo juga nonton itu ya"

Semua menatap Putra dengan malas, mereka tau kalau membalas perkataan Putra hanya akan membuang waktu berharga mereka.

"terserah apa kata elo Put, males gue nanggapin elo" Silvi menyahut. Namun, malah membuat Putra sewot.
"ye, siapa juga kali yang suruh elo buat nanggepin gue?"

Silvi berniat menjawab namun, di hentikan oleh Veli.

"ya sudah, ya sudah. Karena kamu, dan kalian berdua bapak ibu guru jadi bingung. Mau cari pengganti kalian siapa! Dan pak Eko juga bilang sebagai gantinya kalian harus mempersembah sebuah lagu untuk drama tersebut. Kalian harus nemuin siapa yang pintar menyanyi di kelas ini." bu Vivin menghela napas nya sejenak.  "ya sudah itu saja yang ingin ibu katakan. Selamat siang anak-anak"

"siang bu"

Semuanya menjawab kompak, dan keheningan mulai muncul di antara mereka. Tidak seperti tadi suasana yang ramai terlihat menjadi sepi.

Semua terhanyut dengan pikiran mereka masing-masing. Bahkan Putra yang cerewet pun juga diam, Putra tidak tau kenapa semua orang diam tapi satu yang pasti Putra hanya mengikuti semua orang yang ada di kelas ini.

Tak terasa waktu berjalan dengan cepat, bel pulang sekolah berbunyi hingga membuat mereka semua bahagia.

Tanpa membuang waktu, mereka langsung pulang tanpa memikirkan kejadian tadi.

"Vel, kuy pulang" Silvi memasukan bukunya ke dalam tas. Veli pun juga sama dengan Silvi.

"Veli pulang bareng gue"

Veli dan Silvi terkejut karena Vilo tiba-tiba ada di samping meja mereka.
"lah, nggak bisa dong" Silvi menyerukan pendapat nya tak setuju.

"nggak bisa? Kata siapa? Kan gue pacarnya." Silvi melotot tak setuju.

"tapi gue kan sahabatnya."

"tapi kan gue pacarnya"

Terjadi perdebatan antara Silvi dan Vilo. Karena ingin cepat pulang Veli pun membentak mereka.

"Heh, udah deh. Gue bakal putusin gue bakal pulang sama siapa, dan keputusan gue, gue pulang bareng Vilo."

Silvi kesal dan Vilo tersenyum senang.
"sorry ya Sil, tapi gue lagi pengen pulang bareng sama Vilo. Dan sepeda motor gue elo bawa pulang aja nggak papa kok. Nanti kalau gue pulang, gue ambil kok. Tenang aja" Veli tersenyum dan Silvi hanya mengangguk kan kepalanya saja.

"ekhemm, cang kacang kacang. Cangcimen nya mas, mbak." celetu Putra tanpa ijin. "bagus, ya mentang-mentang pacaran. Sahabat di lupain, untung ada Silvi yang jomblo jadi gue punya temen haha"

Putra tertawa sendiri seperti orang gila, tetapi tidak dengan Silvi, Veli dan Vilo.

Tanpa memikirkan Putra, akhirnya Veli dan Vilo pamit pada Silvi. Dan Silvi juga meninggalkan Putra yang sedang terbahak sendiri.

Putra melongo saat mendapati hanya seorang diri di dalam kelas, "anjir ya, mereka bertiga. Udah di hibur malah ninggalin orang terganteng sedunia. Sudah lah gue yakin suatu hari mereka bakal minta hiburan gue buat mereka"

Putra tidak tau, bahwa Veli, Silvi dan Vilo. Masih di luar kelas dan mendengarkan perkataan nya tadi.

Celengan RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang