"ayo pelan-pelan aja.." Veli menuntun Silvi keluar dari uks.
"gue udah sembuh kok, santai aja kali"
Putra yang melihat Veli menuntun Silvi, langsung mengambil alih.
"sama gue aja. Ohh ya... Nenek lampir nanti tas gue sama Silvi bawain sampai parkiran ya..." Putra langsung membawa Silvi pergi.
"hati-hati ya..." Veli berteriak. Dan di angguki oleh Putra.
Dan tersisalah mereka bertiga. Bella, Veli, dan Vilo. Tidak ada yang membuka pembicaraan.
"aduhh tangan gue pegel" Bella langsung menyerahkan tas-tas yang tadi dirinya bawa pada Veli, "elo gantian ya, yang bawa."
"ayo pulang.." Veli melihat Bella menggandeng tangan Vilo.
"tunggu dulu" Veli menghentikan Bella dan Vilo. "kalian berdua mau kemana?" Veli bergantian menatap Vilo dan Bella.
"gue berangkat sama Vilo jadi pulang sama Vilo juga dong" Veli menatap Vilo dengan senyum sendu.
"ya udah, bay Veli." kini giliran Vilo yang berbicara. Setelah sekian lama Vilo tidak berbicara.
"tunggu gue mau bicara sama Veli." Bella berdecak malas, lalu pergi meninggalkan mereka berdua.
"kamu marah?" Veli tersentak.
"emm.. Kalau jujur yah.. Aku marah. Kenapa sih kamu nggak cerita sama aku kalau kamu jemput Bella?"
Vilo masih menatap Veli. "aku takut kamu marah Veli"
"ya tapi kalau kamu cerita ke aku, aku bisa memakluminya. Tapi kalau kamu sembunyi-sembunyi kayak gini, malah aku yang ngerasa kalau kamu bohong sama aku Vilo. Sebenernya kamu masih nganggep aku pacar kamu nggak sih?" Vilo langsung memeluk Veli.
"maaf... "
"maaf nggak bisa ngembaliin apa pun yang udah terjadi Vil. Dan aku mohon kalau kamu, mau jemput Bella lagi ngomong sama aku." Vilo menganggukan kepalanya.
"waktu habis... Ayo Vilo kita pulang, kalau kamu nggak nganter aku pulang aku telepon mama kamu ya.. Biar mama kamu marahin kamu habis-habisan." Bella langsung menarik tangan Vilo pergi begitu saja. Dan meninggalkan Veli. Sendirian.
Veli mengelus dadanya sendiri, tersenyum lalu pergi meninggalkan uks itu sendirian.
"woyy... Tas gue sama Silvi mana?" Putra berteriak saat Bella dan Vilo, berada di parkiran.
"di bawa VELIII" Bella balas berteriak.
Veli langsung berlari dan memberikan tasnya pada Putra."kok, jadi elo sih yang bawa? Bener-bener ya. Si nenek lampir yang satu itu." Putra menatap sinis Bella.
"Woyyy.. Veli tas gue sama Vilo mana? Jangan kelamaan sama elo. Nanti elo, alergi sama tas gue karena nggak pernah pegang." Putra langsung mengambil tas Bella dan melemparkannya.
Dan tepat sekali mengenai kepala Bella.
"inget ya.. VELI BUKAN PEMBANTU." Veli mengelus lengan Putra, dan berhasil membuat Putra tenang.
"IYAA... DIA BUKAN PEMBANTU TAPI PELAKOR" Bella berteriak dengan keras. Dan membuat semua mata menatap ke arah mereka.
"MAKSUD ELO APA? VELI NGGAK PELAKOR YA.. TAPI ELO YANG PELAKOR" Silvi membalas Bella dari dalam mobil.
"Eh... Elo orang sakit, nggak usah ikut campur ya..." Veli dan Putra sama-sama tidak terima saat Silvi di hina seperti itu.
"MAKSUD ELO APA ANJIR" Putra tidak bisa menahan emosi lagi... Dengan kesal Putra mengambil tas Vilo, lalu melemparkannya pada Bella.
"Sakit nggak, Sakit pasti.. Pergi elo dari sini, Emosi gue... Dan inget karma selalu balik ke orang yang tepat. Vilo gue nggak nyangka ya, elo milih nganterin PELAKOR dari pada PACAR ELO SENDIRI. Udah lah.. Ayo Vel. Sama gue" Veli langsung masuk ke dalam mobil.
Veli juga kecewa pada Vilo. Mengapa Vilo tidak menolak Bella, tapi sudah lah... Veli tidak ingin mengingat ini semua.
"Veli, elo nggak papa kan?" Silvi menyentuh tangan Veli.
"iya gue nggak papa kok" Veli tersenyum.
"gue masih nggak nyangka ya.. Vilo diem aja pas elo di hina sama pelakor itu." Veli tertawa hambar.
"elo aja kesel, apa lagi gue yang pacarnya." Silvi merasa kashian pada Veli. Namun, Silvi bisa apa.
"Veli udah sampai. Elo nggak mau turun?" Veli tersadar lalu, pergi keluar mobil.
"makasih ya, udah mau nganterin gue" Putra dan Silvi tersenyum lalu menganggukan kepala mereka.
"ok, kalau gitu hati-hati ya.. Bay..." Veli melemperkan senyum manisnya, lalu pergi masuk ke dalam rumah.
Di dalam rumah Veli tidak menemukan Renata dan Reza. Jadi terpaksa Veli harus membuat makanan sendiri untuk perutnya yang mulai, keroncongan.
"kok laper banget ya.. Oh.. Iya kan tadi aku nggak ikut pelajaran, sampai pulang lagi. Nggak papa lah, sekali-sekali bolos."
Veli dengan cepat mengganti bajunya, lalu pergi ke dapur dan mulai memasak. Dengan, bahan dan alat seadanya. Veli mulai bergelut, dengan semua itu.
Veli menghabiskan 10 menit di dapur, hanya untuk memasak mie instan, minum, dan sebuah telur.
"akhirnya.. Kenapa bau mu sangat menggoda."
Veli mencuci tangan dan berdoa sebelum makan. Veli bersyukur karena bisa memasak, setidaknya Veli sudah mencoba memasak nasi goreng namun, gagal terus.
"ada pr enggak ya? Gue tanya Putra kali ya.." Veli mengambil ponsel, lalu mencari nama Putra dalam ponselnya.
Setelah menemukan nama Putra, Veli langsung mengetik apakah ada pr atau tidak. Pesan itu sudah terkirim namun, belum di baca Putra.
Karena bosan, Veli pun memberesakan piring dan yang lainnya. Lalu pergi ke dalam kamar dan melihat drakor kesukaannya yang sedang tayang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Celengan Rindu
Teen FictionJarak, wa, waktu, berpisah, Veli kesal dengan semua itu namun, itu semua berubah saat Vilo membuatkan sesuatu untuknya. Terinspirasi dari lagu Celengan Rindu. Up : nggak tentu Jam : nggak tentu Pokoknya happy reading aja ❤