4 : Celengan Rindu

11 1 0
                                    

"woy.. Tumben datengnya cepet biasanya lambat" Veli hanya tersenyum menanggapi Silvi yang sedang berjalan kearahnya.

"udah, minta di jemput dikatain lagi untung sahabat kalau nggak gue tinggal elo" Veli memberikan helm untuk Silvi.

Silvi menerimanya dengan nyengir tak bersalah. "iya.. Iya, sorry lah. Udah kuyy berangkat"

"okk.. "

Motor Veli pun berjalan dengan kecepatan sedang menuju ke sekolahnya. Gerbang Sma Pelita sudah terlihat dan itu membuat Veli senang karena Veli akan bertemu dengan Vilo.

"akhirnya sampai juga." Veli menganggukan kepalanya setuju dengan pernyataan Silvi.

"ye.. Elo mah sekolah ada penyemangat lah gue? Penyemangat kagak penggoda? Malah iya"

Veli mengerutkan alisnya bingung "penggoda? Maksud elo?"

"Putra siapa lagi coba." jawab Silvi ketus. Namun, jawaban itu malah membuat Veli senang.

"cie.. Kalau suka sama Putra ngomong Sil, jangan diem-diem bae." Silvi menatap Veli sinis

"heh.. Gue, nggak pernah mau kalau pacaran sama Putra." Veli bingung

"lah, kok gak mau sih. Kan tadi kata elo Putra suka nggoda elo? Apa jangan-jangan Putra suka sama elo? Hah.. Gue, nggak nyangka sumpah akhirnya sahabat gue mau ada yang nyemangatin sekolah." Silvi menatap sinis Veli.

"apa.. Iyuh ogah gue."

"halah.. Suka bilang aja kali, jangan dipendem ntar sakit. Habis itu siapa yang repot?  Gue kann"

"halahh terserahh"

"kalau pipinya merah mahh, berarti suka udah deh bilang aja"

"emang pipi gue merah ya?"

Veli tersenyum "lah, siapa juga kali yang bilang kalau pipi elo merah."

Silvi seperti tersadar sesuatu "maksud elo... "

Veli terbahak "ciee.. Yang nggak disindir jadi ngrasa kesindir.  Akhirnyaa sahabat gue yang satu ini bakal punya pacar asik uhuyy"

"anjir... Benci gue sama elo, awas ya"

Silvi kesal dan pergi meninggalkan Veli begitu saja dari area parkir. Veli masih tertawa mengingat tadi saat Silvi berhasil ditipu.

"hai, ini kak Veli ya?" tawa Veli berhenti karena, ada yang memanggilnya.

"iya, kenapa ya?" Veli bertanya.

"ohh ini kak, kakak dipanggil sama kakak yang itu ada dibawah pohon."

Veli tersenyum saat tau siapa yang memanggilnya.

"yaudah, makasih ya udah diberitahu."orang itu mengganggukan kepalanya lalu pergi meninggalkan Veli.

"Vilo, ngapain panggil aku kesini?" Vilo tersenyum dan mengacak rambut Veli.

"aku ada kabar gembira"

"apaan?" Veli mengerutkan keningnya bingung.

"aku nggak jadi pergi ke Korea." singkat namun, pasti itu membuat Veli memekik kegirangan.

"kamu beneran?" Vilo terkekeh dan itu membuat Veli kesal. "ihh.. Jadi sebel nih aku sama kamu"

"jangan, sebel dong nanti tambah cantik gimana?"

"kalau Veli tambah cantik kenapa? Nggak boleh? " Putra menyahut tanpa permisi "nanti kalau Veli nggak cantik, elo nggak suka sama Veli. Habis gitu ntar Veli nangis dan siapa yang jadi pelampiasan siapa? Ya, gue lah. Terus nih ya, nanti kalau gue udah jadi bucinnya Veli gimana? Nanti, persahabatan kita bisa rusak dong karena apa? Ya, karena kita ngerebutin Veli lah bego banget sih. Gitu aja nggak bisa. Jadi sampai sini paham? Wahai mami dan ayah?"

Tidak ada sahutan dan itu membuat Putra membuka kedua matanya. Dan Putra mendapati Veli dan Vilo sudah pergi menjauh dari tempatnya.

"heii.. Ini nasehat dari eike ya.. Kan yang pacaran kalian jadi yang butuh kalian lah.."

Dengan kompak Veli dan Vilo pun berteriak "MAKANNYA, CARI PACAR"

Dengan semangat Putra pun menjawab "hadehh, pacar gue gak yang gue butuh SILVI jadi bucin gue hahaha"

Mendengar itu Veli menjadi marah "Heh... Awas aja elo, kalau bikin Silvi jadi bucin elo"

"loh emang kenapa?"

"jangan jadiin bucin aja, tapi langsung gas dong jadi calon ISTRI" Putra langsung menganggukan kepalanya.

"ASYAPPP"

Veli dan Vilo tertawa mendengar jawaban Putra. Veli melihat tawa Vilo yang sangat indah di matanya.

"itu ada Putra nggak jadi perhitungan sama dia?" Veli menggelengkan kepalanya lalu berjalan lagi bersama Vilo.

Ingin rasanya Veli menghentikan waktu. Namun, rasanya mustahil karena waktu tak bisa berhenti bergerak.

Celengan RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang