10 : Celengan Rindu

8 1 0
                                    

Veli dan Vilo tidak ingin ini berakhir dengan cepat, meskipun waktu sudah menunjukan jam 16.00 namun, tak membuat Veli dan Vilo takut untuk tetap berada di puncak itu.

Veli dan Vilo, hanya melamun memikirkan masa depan mereka, di sisi lain Veli senang akan terus menjadi kekasih Vilo namun, Veli juga takut jika Vilo akan berpisah dengannya.

Sedangkan Vilo, hanya memikirkan bagaimana agar bisa membuat Veli bahagia terus. Meskipun Vilo yakin tak selamanya Vilo akan terus di samping Veli.

Pikiran mereka, sudah terbang jauh kemana-mana, dan itu membuat genggaman mereka berdua semakin mengerat.

Masih hening, tak ada yang ingin membuka pembicaraan. Namun, Veli ingin semua keheningan ini segera berakhir.

Merasa penasaran akan keadaan, Veli pun bertanya pada Vilo. "Vil, ini kok sepi banget sih?"

Vilo Memandang Veli sebentar lalu menatap keadaan sekitar "aku udah, sewa tempat ini"

Veli mengerjapkan matanya tak percaya. "yang bener kamu Vil? Kamu, bohongkan?"

Vilo memutar bola matanya malas. "ngapain aku bohong sama pacar aku sendiri?"

Veli masih tak percaya jika Vilo, menyewa tempat ini. "kamu, dapat uang dari siapa Vil? Kamu nggak nyolongkan?"

"kamu, nuduh aku pencuri ya? Jahat kamu Vel" dengan kesal Vilo langsung melepaskan genggaman tangannya dari Veli.

Veli heran kenapa akhir-akhir ini Vilo menjadi baperan. "kamu kok baperan sih sekarang? Kan, aku cuma tanya kamu dapat uang dari mana sayang?"

Veli tersenyum manis lalu menggandeng tangan Vilo lagi, Vilo masih kesal dengan Veli. Vilo juga tidak kenapa akhir-akhir ini menjadi baperan.

"aku dapet, uang dari tabungan ku" Veli melihat Vilo terkejut.

"maksudnya? Kamu nabung gitu?" Vilo menganggukan kepalanya.

Hening lagi, tidak ada yang bicara Veli dan Vilo kembali larut dalam pikiran mereka.

Veli memikiran saat mereka lulus, akan kah mereka akan berpisah? Veli tidak ingin itu terjadi.

Namun, Veli tidak bisa meramal masa depan Vilo bagaimana. Begitu pun saat Veli meramal dirinya sendiri.

Tapi satu yang pasti, Veli tidak berpisah lama dengan Vilo. Begitupun Vilo yang tidak bisa berpisah dari Veli dalam waktu yang lama.

Satu-satunya cara mereka tidak berpisah adalah berharap pada Tuhan. Supaya mereka tidak berpisah untuk selamanya.

Jika mereka tidak berjodoh, maka Veli dan Vilo akan berdoa supaya mereka mendapat pasangan yang terbaik nanti.

Walaupun mereka tidak tau siapa nanti jodoh mereka kedepannya.

Memikirkan itu membuat Veli, semakin takut untuk kehilangan Vilo. Begitupun Vilo.

Mempertahankan hubungan sangat sulit bagi mereka berdua, dari orang tua Vilo yang mempunyai tipe ideal untuk menjadi menantu. Dan orang tua Veli yang memperhatikan segalanya, dari pintar sampai apa cita-citanya nanti.

Mendapatkan restu dari mereka sangat sulit. Namun, semakin lama orang tua mereka menerima Veli dan Vilo sebagai pasangan.

Veli menghela napas, saat mengingat masa-masa itu. Veli sangat bersyukur memiliki kekasih seperti Vilo.

Tanpa sadar Veli, mulai menangis dan itu tak luput dari pandangan Vilo.

"kamu, kok nangis sih? Kenapa ada yang sakit ya?" Veli menghapus air matanya.

"enggak kok, aku cuma bahagia punya pasangan kayak kamu" Vilo tersenyum.

"aku juga kok, terus kamu nangis kenapa? Ada yang nakal ya sama kamu? Atau jangan-jangan kamu cemburu sama Bella?"

Veli bingung kenapa harus membawa nama Bella. "Enggak, aku nggak sakit. Dan aku nggak pernah cemburu sama Bella ya ingat itu."

"iya, iya. Pacar ku yang cemburuan" Vilo mengapit hidung Veli, dengan jari telunjuk dan jari tengahnya.

Veli mengaduh kesal namun, akhirnya mereka tertawa bersama.

"Vel, aku mau ngomong. Kalau misalnya nanti kuliah ku di luar negeri, kamu masih mau nggak sama aku?" Veli menatap Vilo tak percaya.

"kamu ngomong apa sih? Jangan kayak gitu dong Vilo, jujur aja aku belum terbiasa jauh dari kamu"

"tapi suatu saat, kita bisa aja terpisah Veli" Veli menahan air yang berada di kelopak matanya.

"dan aku nggak mau kalau itu sampai terjadi Vilo. Udah deh bisa nggak sih kita nggak bicarain itu? Ganti topik kek. Masa lagi bahagia bahasannya malah kayak gitu." Vilo mengangguk membetulkan perkataan Veli.

"gimana kalau kita dengerin lagu Sheila On 7 gimana?"

Veli menganggukan kepalanya.

"hari ku bersamanya, sangat indah seperti hari ini Vilo bersama kekasihnya Veli" Veli terkekeh.

"ihh, apaan sih bucin banget kamu sekarang ya"

"biarin, kan bucinnya sama kamu bukan sama yang lain"

"iya, in aja deh."

Mereka tertawa, lalu mendengarkan lagu itu bersama-sama. Di sore hari yang indah ini.

Celengan RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang