Seakan teringat sesuatu Silvi pun bertanya.
"Woy... Kapan kita bikin prakarya praktek?"
"iya, kapan kita bikin? Tugasnya minggu ini loh... Mana kita belum beli bahannya lagi."
Semua setuju Dengan Veli, waktu sangatlah berharga untuk membuat praktek prakarya mereka.
"yaudah, hari ini aja. Kan kelompok kita udah komplit." pernyataan Vilo, membuat semua menatapnya.
"elo lupa? Kalau ada satu orang yang belum ada?" Vilo mengangkat alisnya, Silvi memutar bola matanya malas.
Berdecak pelan, "si.. Bella belum ada Vilo.. "
Semua mendadak diam namun, hanya Putra yang masih bisa makan di saat-saat seperti ini.
Dengan tampang polos Putra bertanya, pada mereka. "ada apa ini? Kenapa semua, orang diam di meja ini."
Veli, Silvi, dan Vilo hanya menghela napas mereka.
"udah nggak papa kok, ini juga nggak penting kok buat elo. Vel, ini kita bisa tuker orang nggak sih? Sebel gue ngeliat Putra terus."
Veli terkekeh, "jangan dong, nanti kalau elo galau siapa yang mau hibur elo?"
"gue galau? Em... Nggak akan pernah"
"beneran? Gue pegang ya kata-kata elo. Dan satu lagi jangan pernah curhat ke gue kalau elo ada masalah."
Silvi mendengus mendengar itu. "ya kali gue nggak pernah galau. Gue pasti pernah galau lah, dan ucapan gue tadi itu karena gue sekarang udah jarang banget ketemu sama yang namanya, galau."
"yaudah, berarti elo bisa galau lagi dong" Silvi mengangguk dan tersenyum.
"dan elo tenang aja Veli, karena saat Silvi galau gue yang akan disisinya nanti."
Pernyataan Putra membuat Silvi tersenyum, tanpa sengaja Veli melihat Silvi tersenyum. Dan Veli juga ikut tersenyum.
"yaudah, makan sekarang aja. Tadi elo belum makan kan Silvi?" Silvi menganggukan kepalanya spontan.
"dan sesuai janji gue. Tadikan istirahat pertama elo belum makan, sekarang gue udah bayar. Dan gue punya sesuatu buat elo."
Silvi menatap Putra penasaran, begitu juga dengan Veli sedangkan Vilo sibuk bermain game online.
"apaan tuh? Penasaran gue" Silvi tidak sabar pada Putra, karena Putra terus memainkan kotak itu.
Kotak itu berbentuk persegi panjang dan berwarna ungu warna kesukaan Silvi.
"nggak bisa tangkep ini dulu." Putra terus mengalihkan kotak itu dari tangan yang satu kesatunya lagi.
"Putra niat ngasih nggak sih?" Silvi memanyunkan bibirnya.
Putra tertawa melihat, Silvi seperti karena jarang sekali Silvi menunjukan hal aneh yang ada di dirinya.
"iya... Ini hadiahnya Silvi sayang."
Putra memberikan, hadiah itu dengan menahan tawanya. Silvi tidak peduli, karena Silvi lebih menginginkan hadiah dari pada tawa Putra.
"buka, aja Sil. Penasaran gue sama isinya."
Silvi juga penasaran dengan isinya, dengan cepat Silvi membuka dan isinya membuat mereka terkejut.
"ini yakin isinya ini?" Veli yang tidak percaya mengambil hadiah itu lalu tertawa. "anjir... Bolpoin satu. Hadiah legend ini mah..."
"Putra elo niat nggak sih, ngasih gue hadiah?" Silvi menatap Putra sedih.
"ya, niat lah.. Silvi, lagian elo tadi ngiranya isi apaan?" tanya Putra sembari memakan makanannya.
"ya.. Apa kek, jam gitu, lagian ya. Motivasi elo ngasih gue bolpoin apa?" Putra mengerutkan alisnya berpikir.
"ya.. Karena elo nggak pernah bawa bolpoin."
Brak!
Silvi menggebrak meja, Silvi tidak terima ejekan Putra tentang dirinya yang tidak pernah membawa bolpoin.
"eh.... Gue bawa bolpoin terus ya. Jangan nuduh yang aneh-aneh elo."Putra lagi-lagi berhasil memancing amarah Silvi, dan itu membuat Putra menjadi senang sendiri.
"bawa bolpoin kapan? Gue lihat elo, sering banget tuh.. Pinjem bolpoin punya Veli."
"ya.. Itu, kan formalitas gue. Gini ya, kalau ada barang yang nggak dipakai, mending kita pakai. Lagian, eman-eman banget tau kan si Veli kaya, jadi gue pinjam aja dah tuh bolpoinnya."
Veli melempar kotak hadiah Putra, mengenai kepala Silvi.
"oh.. Jadi itu motivasi elo, jangan pernah pinjam bolpoin gue lagi ya.."
Silvi menunjukan wajah imutnya. "jangan lah, nanti kalau bolpoin elo teriak-teriak pengen di pakai yang makai siapa dong?"
"emang elo tau kapan mereka teriak?" Silvi mengangguk mantap. "emang teriak mereka gimana?" lanjut Veli.
"ya... Hanya orang yang suka, memakai bolpoin curian orang yang mengetahui bahasa bolpoin bagaimana"
"berarti elo, pernah nyuri bolpoin orang lain?" Silvi menganggukan kepalanya.
"bener banget Veli.. Gue pernah, nih ya pulang lama gara-gara stok bolpoin gue habis. Dan uang gue juga lagi habis, jadi gue curi aja deh bolpoinnya si Siti." ucap Silvi dengan polos. Dan Putra kembali mencubit hidung Silvi dengan gemas.
"mencuri itu dosa Silvi." Silvi menatap Putra sinis.
"emang, elo nggak pernah nyuri?" Putra menggeleng, dan membuat Silvi tidak percaya.
"nggak mungkin, gue pernah lihat elo nyuri mangga sama belimbing ya... Jangan ngelak elo" ucap Silvi sambil menunjuk Putra.
"emang kapan Putra nyuri?" Veli menyahut, sembari meminum minumannya.
"ih.. Dulu, pas kita olahraga muter-muter komplek pas guru kita lagi gabut mau ngapain. Gue lihat tuh.. Pas Putra sama yang lainnya ngambil buah. Gila sih mereka." Veli menatap Putra dan Silvi bergantian.
"kalau menurut gue, secara nggak langsung kalian berdua itu cocok loh."
"iyuh... Ogah gue, gue nggak mau ya. Sama si Putra."
"siapa juga yang mau sama elo?"
"hahaha... Sorry gue bercanda. Lagian, motivasi elo ngambil buah itu buat apa sih?"
Putra tersenyum manis, "ya karena dia dianggurin, dan senyumnya itu manis, apalagi pas gue inget dulu perjuangan gue ngambil dia tanpa ketahuan. Mengingat itu gue jadi, seneng tau nggak sih... "
Mendengar penjelasan Putra membuat, Silvi dan Veli menjadi jijik sendiri.
"Veli udah makannya? Kalau udah, ayo ke kelas. Bentar lagi masuk."
Veli menatap Vilo, dan tersenyum. "udah kok, ayo pergi." Veli menatap Putra dan Silvi. "gue pergi dulu ya sama Vilo. Makanannya di makan jangan dianggurin, kasihan tau nggak sih. Gue duluan ya.. Babay.. "
"makannya tuh.. Di habisin, jangan natap gue terus ntar elo jatuh cinta siapa yang ribet? Gue juga kan?"
Silvi segera mengalihkan, pandangannya dan memakan makanannya. Dengan tenang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Celengan Rindu
Teen FictionJarak, wa, waktu, berpisah, Veli kesal dengan semua itu namun, itu semua berubah saat Vilo membuatkan sesuatu untuknya. Terinspirasi dari lagu Celengan Rindu. Up : nggak tentu Jam : nggak tentu Pokoknya happy reading aja ❤