Hari ini membuat Veli dan Vilo sangat bahagia, meskipun hujan turun dengan deras tidak mengurangi rasa bahagia yang Veli dan Vilo rasakan sekarang.
Vilo mengendarai motornya dengan kecepatan sedang, Vilo sangat hati-hati dalam mengendarai sepeda motor.
Karena Vilo tidak mau membuat Veli memarahinya, dan itu membuat Vilo mengingat waktu itu.
Di saat Vilo mengantar Veli dengan kecepatan penuh, dan itu membuat Veli menjadi pusing dan takut.
Veli langsung memarahi Vilo habis-habisan di depan rumah Veli. Vilo hanya menganggukan kepalanya karena menurut Vilo, Veli sangat lucu ketika marah.
Kejadian itu membuat Vilo tersenyum sendiri. Sedangkan Veli hanya menikmati hujan di pelukan Vilo.
Veli melepaskan pelukannya lalu merentangkan kedua tangannya dan berteriak di tengah hujan. "Vilo.. Ini indah banget"
"kamu suka?" Veli mengganggukan kepalanya. Vilo hanya melirik Veli dari kaca spionnya.
Veli memejamkan matanya, Veli menikmati ini semua. Dari puncak tadi dan sekarang pemandangan hutan yang indah.
Jalan yang sepi semakin membuat Veli dan Vilo nyaman dengan suasana ini. Veli kembali memeluk Vilo dengan senang.
Jam sudah menunjukan pukul 17.30 yang berarti mereka berdua harus berpisah.
Dan Veli tidak suka ini, di saat mereka berdua harus berpisah dengan terpaksa.
Namun, Veli dan Vilo juga tidak bisa menghentikan waktu. Jika saja mereka bisa menghentikan waktu mungkin, mereka akan terus menghabiskan waktu berdua.
Tak terasa motor yang di kendarai mereka sampai di rumah Vilo, Veli bingung kenapa tidak langsung kerumahnya tapi malah kerumah Vilo.
"Vil, kok ini ke rumah mu sih? Bukannya malah ke rumah ku?" Vilo hanya tersenyum menanggapi Veli.
"iya, kamu ganti baju aja dulu. Nanti kamu sakit loh"
Veli mengerutkan alisnya. "baju? Emang kamu punya baju cewek?"
Vilo memutar bola matanya malas. "kan aku punya adik, masa kamu lupa? "
Veli cengengesan sendiri "eh.. Iya maaf lupa aku."
"emang apa yang kamu pikirin? Sampai kamu lupa aku punya adik?"
Veli menatap Vilo dalam. "kamu"
"aku?" Veli mendengus.
"ya, iyalah. Emang aku mikirin apa selain kamu? Hantu gitu?"
"enggak-enggak maafin aku ya" Veli menganggukan kepalanya.
Veli dan Vilo berjalan berdampingan, sampai di depan pintu. Vilo pun memencet bel yang ada di samping pintu.
Keluar lah mama Vilo dengan tatapan tajam mengarah kearah Veli. Hingga membuat Veli menunduk.
"habis hujan-hujan?" mama Vilo-Irene- menatap Vilo dan Veli bergantian.
"iya mah, aku sama Veli habis hujan-hujan. " Irene menganggukan kepalanya lalu membiarkan mereka berdua masuk ke dalam rumah.
Rumah Vilo sangat rapi, terpajang foto keluarga Vilo di tengah ruang tamu. Wajah adik Vilo -Vania- sangat mirip dengannya.
Keluarga Vilo berasal dari Korea. Sedangkan Veli dari Indonesia, meskipun berbeda tapi mereka bisa melengkapi.
Papa Vilo -Suho- sedang membaca koran di ruang keluarga. Vilo merupakan campuran dari Korea dan Indonesia. Korea dari papanya dan Indonesia dari Ibunya.
"ehh, ada menantu papa. Sini nak bicara sama papa" Suho langsung menyapa Veli dengan hangat.
"emm, nanti aja om.. Baju Veli masih basah" Suho terkekeh karena baju Veli yang basah.
"yaudah, pinjem aja sana sama Vania. Lagian ngapain sih kamu pacaran sama Vilo? Orang kayak gitu kok kamu pacarin."
Vilo mendengus mendengarkan perkataan papanya. "yang namanya cinta itu, tak memandang apa pun pah."
Kini Suho hanya memutar bola matanya malas. "Kalau kamu emang cinta sama Veli. Nggak mungkin kamu ngajak Veli hujan-hujan."
"yaa tapikan Veli setuju pah, kalau nggak percaya tanya aja sama Veli." Suho melihat Veli bingung.
"Veli emang bener ya, yang di katain sama Vilo? " Veli bingung sekarang.
"emm, iya om. Bener kok kata Vilo, kalau aku mau di ajak hujan-hujan"
Vilo tersenyum miring, sedangkan Suho malah murung.
"kamu ini pacar yang kurang ajar ya Vilo. Udah tau pacarnya basah, ya nggak di penjemin baju. Malah di ajak bicara." Suho marah-marah sendiri sedangkan Vilo dan Veli hanya diam. "dan kamu Veli, sudah papa tegaskan panggilan om itu terlalu tua. Jadi panggil papa saja."
Veli mengerjapkan matanya. "ehh iya pa.. Maaf ya"
"yaudah sana cepet pinjam baju Vania."
Veli menggangguk lalu meninggalkan Suho dengan Vilo. Dan menuju ke kamar Vania.
"Vil, tadi papa kamu kok marah-marah?"
"nggak tau udah tua paling. Oh.. Ya satu lagi, jangan panggil papa ku dengan sebutan papa."
Veli mengerutkan alisnya. "loh kenapa?"
Vilo tersenyum. "karena, hanya aku yang pantas kau sebut papa dari anak-anak kita nanti"
"halah ngardus" Veli dan Vilo tertawa bersama.
Menurut Veli ini adalah bonus, untuk semua kejadian hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Celengan Rindu
Teen FictionJarak, wa, waktu, berpisah, Veli kesal dengan semua itu namun, itu semua berubah saat Vilo membuatkan sesuatu untuknya. Terinspirasi dari lagu Celengan Rindu. Up : nggak tentu Jam : nggak tentu Pokoknya happy reading aja ❤