Chapter VI

4K 350 7
                                    

Jin



"Yah Hyung!! Kenapa kau bodoh sekali?" seru JHope

Aku menoleh kesal ke arahnya. Kami -aku, JHope, RM dan Suga- sedang di kamarku. Karena tak tahan lagi, aku menceritakan soal apa yang terjadi di pemotretan bersama Irene.

Beberapa hari lalu, begitu aku sampai rumah.. mereka memberondongku dengan pertanyaan. Terutama maknae line. Mereka bahkan mengekoriku sampai kamar mandi. Menyenangkan sekali melihat mereka kesal karena aku tutup mulut. Hehe..

"Watch your mouth Hoseok." Kataku santai

JHope bersungut-sungut, "tapi kau sungguh menyebalkan sekali. Kenapa kau membuat dia kesal? She's Irene Red Velvet." JHope mulai menerawang. Dia pasti membayangkan wajah Irene.

"Siapa juga yang berniat membuatnya kesal? Aku serba salah. Dia terus saja cemberut di depanku. Apa kesalahan yang ku buat? Apa segitu tak suka nya dia, kalau aku mengiriminya pesan?"

Terdengar suara air menyembur dari mulut RM, "Hyung mengirim pesan? Kau punya nomornya?"

Aku menjatuhkan kepala di meja kerjaku. Mulut ini. Kenapa juga aku keceplosan di depan mereka. Apa yang harus kujelaskan sekarang.

"Hyuuung.. darimana kau dapat nomornya?" rengek JHope. "Aku iriii.. tunggu-tunggu. Kenapa kau mengirimnya pesan?"

"Aku hanya ingin minta maaf. You know.. I made her fall on the stage. That's all. Mnurutmu untuk apa lagi?" Mataku sengaja berkeliaran menghindari tatapan JHope. Tapi malah bertemu dengan tatapan Suga. Senyumnya membuatku bergidik.

"Jadi kau meninggalkannya begitu saja?"RM berusaha mengembalikan fokus ke ceritaku soal pemotretan kemarin.

Aku memang meninggalkan Irene begitu saja setelah pertanyaannya yang tidak bisa kujawab. Tentu saja bagian itu tidak kuceritakan ke yang lain. Cukup kusimpan sendiri. Aku sendiri juga bingung. Apa aku selama ini berusaha mendekatinya? Apa sudah tidak cukup lagi aku mengaguminya dari jauh? Apa aku berharap lebih?

Jujur saja, kejadian tidak terduga ini memang menguntungkanku. Siapa yang sangka aku bisa berbicara banyak dengannya. Dari yang tadinya hanya sekedar membungkukkan badan dan melihatnya dari jauh, aku bisa mengirimnya pesan. Aku bisa 1 frame dengannya. Bisa berdekatan, mencium aroma parfumnya. Pikiranku mulai kemana-mana tampaknya.

"Aarrgghh!" aku mengacak-acak rambutku sendiri.

"Apa yang sedang kau pikirkan hyung?" tanya RM.

"Nothing." Jawabku. Tentu saja berbohong.

"Beruntungnya dirimu Hyung. Diantara kita, kau yang paling tak tertarik dengan Red Velvet. Dan kau malah yang mendapat kesempatan ini." JHope menghela nafas.

"Aku juga tak tertarik." Seru Suga. "Dan apa betul Hyung juga tak tertarik." Tanya Suga sambil mengeluarkan senyum yang sama yang membuatku bergidik tadi.

"Tentu saja Jin hyung tidak tertarik. Dia tidak pernah membicarakan Red Velvet atau Girl Group lain. Hanya BTS yang ada di pikirannya. Benar kan hyung?" tanya JHope.

Aku hanya memainkan jariku. Tak menjawabnya.

"Kalau hyung memang tak tertarik, yasudah. Kenapa juga kau harus bingung. Biarkan saja ini lewat begitu saja. Anggap saja kau tak akan berurusan lagi dengannya." Kata Suga.

"I tought so too, Hyung." Sambar RM, "kalau nanti bertemu lagi, seperti biasa saja. Siapa tau dia juga tak memikirkannya berlebihan."

Aku tersadar. Ya, RM betul. Siapa tau dia tak memikirkannya dengan berlebihan. Tidak seperti aku. Kenapa aku bodoh sekali. Hanya 1x interaksi saja pikiranku sudah kemana-mana. Berharap dia bisa membalas perasaanku.

Perasaan? Perasaan apa juga yang aku punya untuknya? She's just my long time crush. Mungkin aku hanya kaget bisa ada real interaction antara kita. Sudahlah aku lupakan saja soal Irene ini. Anggap saja sudah selesai. Toh kapan lagi kami akan bertemu? Mungkin masih nanti sewaktu ada acara musik. Entah kapan.



Irene



"Apa bicaraku keterlaluan?" tanya Irene ke Seulgi dan Wendy setelah menceritakan kejadian seminggu yang lalu.

Mereka mengangguk. Aku menghela nafas. Ya sepertinya aku memang keterlaluan. Aku tak bisa lupa wajahnya sewaktu pergi begitu saja. Pada saat itu aku kesal ditinggal pergi begitu saja. Tapi apa yang kuharapkan setelah aku bertanya seperti itu.

Astaga.. kenapa juga aku bisa bertanya apakah dia mendekatiku atau tidak. Pantas saja aku ditinggal pergi. Dia pasti berpikir kalau aku aneh. Mau ditaruh dimana mukaku kalau kami bertemu lagi nanti. Entah kapan.

"Unnie.. apakah kau menyukai Jin sunbaenim?" tanya Wendy

"Pertanyaan apa itu? Tentu saja tidak. Kenapa aku harus menyukainya?" tanyaku cepat. Kenapa tanganku mendadak berkeringat?

"Entahlah. Aku hanya ingin bertanya saja. Lagipula what's not to like? He's from Bangtan. He's handsome. He's funny. He's kind."

"Stop it Seungwan. Kenapa kau jadi sama seperti Joy? Kau menyukainya?" sungutku

Seulgi hanya tertawa kecil. "Chill unnie. Dia hanya menyebutkan apa yang fans-fans nya lihat dari Jin Sunbaenim. Apa kau yakin tak menyukainya? Jangan marah dulu.. maksudku, unnie membicarakan Jin sunbaenim lebih banyak daripada semua lelaki yang pernah mendekati unnie."

"Aku tak pernah membicarakan laki-laki yang mendekatiku." Keluhku.

"Exactly. That's the point. Jin sunbaenim adalah laki-laki yang baru unnie kenal. Dan kau sudah membicarakannya berkali-kali." Kata Seulgi.

Dia benar. Ada benarnya. Ada salahnya juga. Aku tak menyukainya. Bagaimana bisa aku menyukai orang hanya dalam waktu singkat. Bukannya sombong, banyak yang mendekatiku. Dan tidak ada yang aku gubris. Red Velvet adalah prioritasku. Walaupun dating banned kami sudah dicabut, tapi aku tak perduli. Aku harus fokus agar kami bisa bertahan lama di industri ini.

Lagipula, dari sekian banyak laki-laki yang mendekatiku.. Jin bukanlah salah satunya. Peristiwa tubrukan kami adalah interaksi langsung kami yang pertama kali. Selama ini aku hanya melihatnya sebagai senior. Senior yang sangat kuhormati. Aku mengagumi BTS. Siapa yang tidak.

Aku memang pernah 'memperhatikannya' misalnya saja pada acara awards. Dia tampan. Dia lucu. Tapi hanya sebatas itu.


Tapi semua yang mendekatiku juga tampan. Juga ada yang lucu. Tapi tidak ada yang membuatku kesal berhari-hari sepertinya. Entahlah. Apakah aku yang berlebihan.

"Menurutku, unnie harus minta maaf." Kata Wendy

Aku menoleh ke arahnya, "tak bisa kah aku melewatkan nya saja? Bersikap seolah-oleh tak ada apa-apa. Toh kita juga tak akan bertemu dalam waktu dekat. Sudah cukup aku berbuat bodoh di depannya."

Seulgi dan Wendy hanya saling melirik.




New chapter is here.. masih dengan 2 orang yang plinplan kadang iya kadang ga. Hehehe..
Boleh yaa minta vote dan comment nya 💜

Serendipity (JINRENE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang