Chapter XXXVII

4.1K 293 69
                                    

SEOKJIN

It’s been a year since me and Irene decided to take things slow and it’s been a fantastic year for both of us. Setiap ada yang bertanya tentang hubungan kami, kami akan menjawabnya dengan template yang sama, we’re friends. A very good friends.

Komunikasi kami cukup lancar, despite all the crazy schedules.. kami berusaha untuk selalu keep up dengan keadaan masing-masing dan tidak ada yang kami tutupi satu sama lain.

Kedua Direktur kami pun seolah tak perduli akan hubungan kami selama pekerjaan kami tidak terganggu. Orang-orang terdekat kami juga sudah masa bodoh dengan hubungan pertemanan kami ini. Walaupun ada sebagian dari mereka bersikeras, kenapa sih kami tak menjadi sepasang kekasih saja. Kami hanya menjawab dengan santai, kenapa juga harus meresmikan hubungan.. kalau dengan keadaan seperti ini saja kami bisa bahagia. Malah lebih bahagia dari sewaktu kami berpacaran.

Namjoon dan Suga adalah orang yang paling sering menasihatiku untuk berkomitmen dengan Joohyun. Mereka bilang, aku tak akan bisa selamanya menggantung perempuan seperti Joohyun. Dia akan kabur, begitu mereka bilang.

Tapi kulihat.. sepertinya Joohyun baik-baik saja. Dia tak pernah merengek kepadaku mengenai hubungan kami. Dia tak pernah mempertanyakan status kami setahunan ini. Dan kami juga hampir tidak pernah membicarakan hal ini. Semua mengalir begitu saja.. bukankah yang penting kami sama-sama bahagia?

Aku merebahkan diri di kasurku.. Home sweet home. Sudah hampir 1 bulan kami tidak pulang ke Korea. Aku rindu kamarku, rindu kasurku.. dan juga rindu Joohyun. Sudah hampir 1 bulan pula kami tak bertemu, hanya bertukar kabar lewat telp dan texting. Jadi hal pertama yang kulakukan setelah aku sampai di kamarku adalah meneleponnya.

“Joohyun aah..” panggilku ketika dia menjawab telp ku.

“Yoboseo?”

Aku langsung terduduk. Kenapa yang menjawab telp nya laki-laki? Aku mengecek nomor yang kupencet. Benar, ini adalah nomor Joohyun. “Joohyun?”

“Aah.. Joohyun sedang ke toilet, mungkin tidak akan lama.”

“Ini siapa ya?” tanyaku penasaran.

“Aku temannya.”

“Iya, siapa?” nada ku mulai naik.

“Aku Hyun Ki. Teman kecil Joohyun.”

Hyun Ki? Kenapa aku belum pernah dengar namanya? Lalu kudengar suara Joohyun di seberang sana..

“Siapa?” tanya Joohyun.

“Kim Seokjin, kalau aku lihat di layarmu sih. Maaf aku angkat, karena kau sedang pergi ke toilet.”

“Tak apa. Kemarikan..”

Aku memutar bola mataku mendengar percakapan mereka.

“Yoboseo.. oppa?” jawab Joohyun.

“Kau dimana?” tanyaku langsung.

“Kau dimana?” Joohyun bertanya balik padaku.

Aku menghela nafas, “Di rumah. Kau ada dimana Joohyun?” nadaku sedikit melembut.

“Akhirnya kau pulang juga! Aku sedang pergi dengan temanku.” Jawab Joohyun. “Hyun Ki, aku jawab telp dulu ya.”

Aku mendengar Joohyun meminta izin pada orang itu, dan membuatku geram. Aku bisa tahu, dia mencari tempat sepi untuk menjawab telp ku. Kenapa dia tak mau TEMAN nya itu mendengar percakapan kami?

“Aku jemput. Kirim lokasinya ke handphone ku.” Nadaku dingin lagi.

“Tidak perlu. Habis ini kami masih mau ke tempat lain. Nanti kita bertemu malam saja ya..”

Serendipity (JINRENE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang