Chapter XIX

3.7K 315 25
                                    

IRENE

Aku tak tahu lagi harus kemana. Jadi aku berakhir disini. Kualihkan tatapanku dari makanan yang ada di depanku menuju jendela yang terbuka di samping kananku.

Orang lalu lalang masih agak ramai. Bau tanah sehabis diguyur hujan somehow calmed me. Aku menghirup nafas dalam-dalam. Mencoba mengusir semua rasa penat di hidupku.
Sia-sia.

Aku memejamkan mata. Lalu melihat sekeliling. Entah sudah berapa lama aku duduk disini. Hanya ada 2 pasang remaja di meja agak jauh dariku. Restauran sudah mau tutup karena ini sudah hampir jam 10 malam.

Aku merapatkan hoodie kebesaran ini di kepalaku. Kuharap masker, kacamata dan hoodie kebesaran ini bisa menutupi diriku dari pandangan orang-orang. Bahkan dari bibi nya Seokjin sekalipun.

Ya.. aku di restauran tempatnya pernah mengajakku makan. Tempat pertama kali aku mencoba membuka hatiku untuknya. Pertama kali dia menyadarkanku bahwa aku bisa juga merasakan cinta.

Apa yang kulakukan disini? Apakah aku berharap akan bisa bertemu  dengannya? Aku menggeleng sendiri. Aku tak mau bertemu dengannya. Aku hanya mengganggu hidupnya bukan?

Begitulah laki-laki. Gampang saja bilang suka dan gampang juga menyingkirkan wanita. Aku meminum soju ku. Entah sudah gelas ke berapa.

It’s been almost 2 weeks sejak dia mencampakkanku. Itukah kata yang tepat? Kami bahkan tidak bersama, bagaimana bisa aku dicampakkan? Aku mendengus. Tapi seperti itu yang kurasakan. Aku patah hati pada Kim Seokjin. Sudah berapa kali ya?

Haha.. kasihan sekali kau Bae Joohyun. Patah hati berulang-ulang pada pria yang bahkan tidak pernah menjadi milikmu.
Apakah aku benar-benar wanita murahan? Sudah punya pacar tapi masih mengharapkan pria lain ada di sampingku. Menjadi bantalan dari semua masalahku.

Sungguh, aku tahu aku tak adil pada Seokjin. Berharap dia adalah solusi dari semua masalahku. Berharap dia bisa menghilangkan semua penat di hidupku. Tanpa dia tahu apa yang terjadi sebenarnya. Membuat dia merasa bersalah karena merebut pacar temannya. Aku memang wanita jahat ya..

Aku bersender di kursi makanku. Makanan di depanku masih utuh belum kusentuh sama sekali. Hanya botol soju ku sudah berubah dari 1 menjadi 3 botol. Pantas saja aku merasa sedikit pusing. Aku harus berhenti minum. Nanti susah untuk pulang kalau aku sampai mabuk.

“Miss. Apakah masih ada yang mau dipesan lagi? Kami sudah mau tutup.”

Aku tersentak. Bibi nya Seokjin sudah di sampingku. Dia tersenyum melihatku kaget.

“Kami sudah mau tutup. Apakah kau sudah selesai?”

“Bisakah aku disini lebih lama lagi?” tanyaku.

Dia tampak berpikir. Ragu-ragu..

“Tolonglah.. aku akan pulang tak lama lagi. Akuu.. aku tak tahu harus kemana lagi.”
DIa menghela nafas, “Baiklah. Tapi berjanjilah untuk tidak membuat keributan.”

Aku mengernyit mendengarnya, “tentu saja.” Jawabku.

Lalu Bibi nya Seokjin menuju pintu dan merubah tanda nya menjadi CLOSED. Aku juga baru sadar, aku tinggal sendiri disini. Ah sudahlah.. 30 menit lagi aku akan pulang.

Aku lanjut meratapi hidupku lagi.

Tak berapa lama, kudengar suara berisik dari arah pintu. Astaga! BTS! Aku langsung merapatkan masker, kacamata dan hoodie ku. Jangan sampai mereka mengenaliku.

“Imo! Kami datang!” suara JHope langsung mengisi ruangan.

“Astagaaa.. kalian sudah lama sekali tidak kesini. Apakah kalian sehat semua?” Bibi Seokjin datang menghampiri BTS.

Aku melirik dari balik hoodie yang kuyakin sudah menutupi sebagian besar wajahku.
Mereka ribut sekali, berebutan memeluk bibi nya Seokjin dan bercerita sana sini. Mereka benar-benar seperti keluarga besar.

“Dimana Seokjin?” tanya Bibi nya. Aku juga menanyakan hal yang sama. Dasar aku tidak tahu malu.

“Disini.” Seokjin langsung memeluk Bibinya disambut suara tertawa yang lain.

“Ya ampun Jinnie yaah.. kau terlihat kurusan. Apa yang harus kubilang pada Eomma mu nanti?”

“Masa sih? Aku baik-baik saja.” Kata Seokjin.

Aku masih terpana melihat Seokjin sewaktu tahu-tahu dia menoleh ke arahku. Aku terkesiap dan reflek menunduk. Padahal aku tahu, dia tak mungkin mengenaliku dibalik semua ini.

“Aah.. dia sepertinya bukan sasaeng kalian.” Bisik Bibi nya Seokjin. “dia daritadi duduk disitu. Bahkan tak menyentuh makanannya. Sepertinya dia sedang  ada masalah berat. Makanya kuijinkan dia tinggal.”

Walaupun berbisik, aku tetap mendengarnya dan berterima kasih dalam hati. Sepertinya Seokjin dan keluarganya memang tipe orang baik dan tidak tegaan.

Karena itu juga mungkin, dia meladeni permintaan gilaku selama ini.

Kulihat BTS mulai duduk dan memesan makanan. Aku beruntung sekali bisa melihat wajah Seokjin malam ini. Dia duduk paling pinggir dengan posisi menghadap ke arahku. Hanya melihat wajahnya saja hatiku sudah bergetar. Aku benar-benar merindukannya.

Sejak percakapan terakhir itu, kami benar-benar tidak berkomunikasi. BTS sibuk di luar negeri untuk konser.

Sedangkan aku disini juga sibuk dengan konser Red Velvet, pemotretan iklan dan tentu saja.. kencan dengan Suho.

Ngomong-ngomong dengan Suho.. sebenarnya dia baik sekali padaku. Dia tak pernah macam-macam walaupun terikat kontrak denganku. Dia juga selalu perhatian padaku.

Terlalu perhatian. Tampaknya dia menganggap kontrak kami sebagai hubungan yang serius. Kadang aku khawatir padanya. Memberku bilang, dia benar-benar menyukaiku. Aku tak ingin dia berpikiran aku membalas perasaanya. Aku tak bisa jatuh cinta padanya.

Dia memang baik dan tampan.. tapi dia bukan Kim Seokjin.

Astaga.. aku sudah melantur kemana-mana. Lebih baik aku pergi darisini. Karena makanannya sudah kubayar lebih dulu, aku hanya meninggalkan uang untuk membayar tambahan botol soju di meja. Sewaktu aku berdiri, aku sedikit oleng. Aku tersenyum tipis. Tampaknya aku harus cari taksi di depan.

Untuk menuju pintu masuk, aku harus berjalan melewati meja BTS. Berarti aku harus melewati Seokjin juga. Kupandangi dia untuk yang terakhir kali hari ini, sebelum aku meninggalkan restauran. Saat aku melewatinya sambil menunduk, tau-tau..

Seokjin memarik tanganku. Aku kaget sekali.. aku menoleh ke arahnya yang sekarang sudah menatapku. “Mau kemana?” tanya nya dengan suara yang membuatku bergidik. Dingin.

Aku mencoba menarik tanganku. Tapi tangan Jin lebih kuat.

“Hyung! Apa yang kau lakukan?” RM langsung berdiri melihat kelakuan membernya. Mereka tampaknya tak mengenaliku. Tapi Seokjin?

“Aku tanya, mau kemana?” Jin berdiri di sebelahku sekarang.. sambil menarik turun hoodie ku.

“Astaga..” aku buru-buru menutup wajahku. Tapi terlambat. Sepertinya mereka sudah mengenaliku. Maskerku tak cukup menutupi wajah ini.

“A.. anyeong.. Irene ssi.” RM membungkuk padaku dan aku membalasnya dengan awkard.

“Hyung.. apakah kau menyadarinya daritadi? Atau kau hanya iseng menarik tangan perempuan?” tanya Jungkook.

Seokjin masih menatapku. “apa kau pikir aku tipe orang yang senang menarik tangan sembarang wanita?” tanya Jin ke Jungkook tanpa melihatnya.

Aku menarik paksa tanganku darinya dan terlepas.

“Apa kau mau bergabung makan dengan kami Irene ssi?” tanya Suga.

“Aku sudah selesai makan. Terima kasih tawarannya. Aku akan kembali ke rumah sekarang.” Kataku sopan tanpa melihat Jin.

“Sayang sekali..”desis yang lain. Tampaknya benar kecewa aku tak bisa makan bersama mereka.

“Kesini sama siapa?” tanya Seokjin. Masih dengan nada dingin dan tatapan tajamnya ke wajahku.

“Aku permisi dulu.” Aku membungkuk ke BTS. Berusaha tidak menghiraukan Jin. Member yang lain berdiri membalas salamku. Kecuali satu orang ini.

“Apakah kau diantar managermu?” tanya Jin lagi.

Aku hanya melengos berjalan melewatinya. Buat apa kujawab pertanyaan orang yang mencampakkanku. Apa pedulinya padaku.

“Bae Joohyun berhenti.” Katanya tegas.

Aku berhenti. Bukan karena ingin, tapi karena kaget. Aku berbalik ke arahnya.

Dia juga sudah menghadapku. Bisa kulihat semua membernya melihat ke arah kami. Mereka tampaknya tak terlalu kaget melihat kelakuan hyung nya. RM hanya menghela nafas dan langsung meminum soju yang sudah ada di meja mereka.

“Aku bertanya padamu. Apa kau diantar managermu?” ulang Seokjin dengan nada kesal.

“Apa urusanmu? Bisakah kau tidak berbuat keributan disini?” tanyaku dingin.

Lalu aku keluar restauran. Bisa-bisanya dia membuatku kesal setengah mati. Apa hak nya bertanya seperti itu padaku? Bukankah aku hanya beban di hidupnya? Itu juga kalau aku memang benar sempat ada di dalam hidupnya. Bisa saja aku hanya dianggap..

Tanganku ditarik seseorang dan aku kaget setengah mati. Kim Seokjin!




Rindu-rindu kesel kayanya yaa mereka berdua 🤣

Vote dan comment nya jangan lupaa 💜💜

Serendipity (JINRENE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang