Hang in there, Jinrene Shipper 😘
3rd POV
Jin sudah berada di depan rumah Red Velvet, menunggu ada yang membukakan pintu nya. Hanya butuh waktu 20 menit buatnya mendapatkan alamat mereka. Darimana lagi kalau bukan dari JHope, si serba ada. Meskipun diiringi oleh ocehannya tentang move on with Sana dan soal melupakan Irene.. Jin sampai juga disini. Sudah 2 menit tak ada yang buka pintu. Jin memencet bel lagi.
“Yaa tunggu! Lagipula kenapa sih manager unnie tidak bawa kunci? Biasanya juga masuk sendiri.”
Aku mendengar suara omelan seseorang dari balik pintu.
“Unnie, kenapa kau.. OMO! SEOKJIN OPPA??”
Aku membungkuk, “Anyyeong.. Joy ssi..”
Joy balas membungkuk. Dia tak menyangka orang yang daritadi memencet bel adalah Kim Seokjin.
“Maaf aku datang tiba-tiba.” Kata Jin.
“Tidak apa-apa. Silahkan masuk, oppa.. eh.. sunbaenim..” ralat Joy.
Seokjin tersenyum kecil sambil masuk ke rumah mereka. Dia melihat sekeliling. Rumah ini terasa berbeda sekali dengan rumah Bangtan yang serba laki-laki. Di rumah ini semuanya serba manis. Dari warna cat nya yang pastel, pilihan dekorasinya.. sampai wangi ruangannya. Jin baru pertama kali masuk ke rumah girl group seperti ini. Ke rumah Sana dan Twice pun belum.
“Unniee.. kenapa kau lama se.. ah.. anyeonghasseo..” Yeri yang tadi setengah berlari mencari Joy langsung berhenti melihat Seokjin dan membungkuk.
Seokjin balas membungkuk. “Yeri ssi..”
“Ne.. Jin oppa.. eh Jin sunbaenim..” Yeri keceplosan juga seperti Joy.
Seokjin tertawa pelan, “tak apa. Kalian boleh memanggilku semau kalian.”
Yeri dan Joy tersenyum seperti anak kecil.
“Apa aku bisa bertemu dengan Joohyun?” tanya Jin.
“Tentu saja!” jawab Joy sambil mengajak Jin masuk ke ruang tamu. “Unnie.. ada Jin oppa.” Teriak Joy.
Seulgi dan Wendy yang sedang nonton tv langsung berdiri dan membungkuk memberi salam.
Seokjin balas membungkuk.. “anyeong..”
“Jin oppa ingin bertemu Joohyun unnie.” Kata Yeri.
Wendy melotot dengar Yeri menyebut oppa. “Yeri, yang sopan sedikit.”
“Kata Seokjin oppa, aku boleh memanggilnya oppa.” Yeri menjatuhkan diri ke sofa. “Ya kan?” tanya nya pada Seokjin.
“Tentu saja. Apa saja yang kalian mau. Aku tak keberatan.” Jin tersenyum.
“Duduk saja, oppa.” Joy ikut duduk di samping Yeri.
Seulgi dan Wendy hanya saling melirik bingung.
Seokjin menoleh ke Seulgi dan Wendy, “aku ingin bertemu Joohyun. Apakah bisa? Aku coba meneleponnya, hp nya tidak aktif. Apa dia ada di rumah?”
“Ne.. unnie ada di kamarnya. Tapi sedari tadi dia tak mau keluar kamar. Apa ada hubungannya dengan mu?” tanya Seulgi.
“Sepertinya begitu. Bolehkah aku ke kamarnya?” tanya Jin ragu-ragu.
“Naik saja lah oppa. Joohyun unnie sepertinya tak akan keberatan.” Jawab Yeri disambut pelototan Seulgi dan Wendy.
“Hmm.. aku tak tahu apa Joohyun unnie mau menemuimu. Boleh aku tanya dulu padanya?” tanya Wendy.
Seokjin mengangguk sambil tersenyum. Tapi sebelum Wendy bergerak, dia sudah melotot duluan mendengar Joy bicara.
“Oppa.. apakah kau tidak cape mengurusi unnie kami?” tanya Joy.
“JOY!” Bentak Seulgi.
“Tapi Joohyun unnie memang labil sekali. Kadang mau, kadang tidak. Bagaimana Jin oppa tidak pusing kalau dia di php-in terus.” Joy bersidekap sambil manyun.
“Maafkan Seokjin oppa.. eh Seokjin Sunbae..” Seulgi garuk-garuk kepala karena ikutan linglung. Berdiri di depan laki-laki setampan dan berkharisma seperti Jin membuat dirinya yang terkenal cool juga jadi grogi.
Wendy menyikut Seulgi diiringi suara tawa Joy dan Yeri.
“Maksudku.. tolong pahami Joohyun unnie. Dia baru sekali merasakan seperti ini.” Kata Seulgi lagi.
Jin menghela nafas. “Aku..”
“Kau adalah pria pertama yang disukainya. Kau cinta pertama nya.” Serobot Wendy.
Mau tak mau jantung Seokjin berdetak lebih kencang mendengarnya. Dia sudah tahu dari awal kalau dia adalah pacar pertama Joohyun. Tapi mendengar dari orang terdekatnya, bahwa dia adalah cinta pertama Irene.. ada rasa hangat sendiri di hatinya.
“Joohyun tak pernah bilang.” Desis Jin.
“Kau tahu kan bagaimana Joohyun unnie. Buatnya yang terpenting adalah orang lain, bukan dirinya sendiri. Dia selalu memikirkan dirinya bisa menerima semuanya asalkan orang lain bahagia.” Kata Wendy.
“Mungkin iya buat kalian. Tapi dia tak begitu kepadaku. Dia hanya mementingkan orang lain yang dia sayang. Bukan aku. Aku tak pernah jadi prioritasnya.”
“Bukan begitu maksudku..” Irene tiba-tiba sudah ada di dekat mereka. Dia mendengar Seulgi teriak dan langsung turun ke bawah. Betapa terkejutnya dia melihat Seokjin ada di rumahnya.
Semua menoleh ke arah Irene.
“Aku memang salah karena tidak jujur padamu. Aku juga salah karena memikirkan semuanya sendirian dan tak jujur pada member-ku. Tapi bukan maksudku tidak menjadikanmu prioritas. Karena aku hanya bisa mengorbankan perasaanku, mau tak mau aku jadi mengorbankan kau juga.”
Seulgi, Wendy, Joy dan Yeri hanya lihat-lihat an. Mereka bingung apakah harus pergi atau tetap disitu melihat pertengkaran dua orang ini. Akhir nya mereka memutuskan untuk naik ke kamar atas dan meninggalkan Irene dan Seokjin berdua.
“Apapun alasanmu, Joohyun. Nyatanya kau memang gampang sekali melepasku.”
“Aku pikir.. kita akan mudah saling melupakan satu sama lain dan lama kelamaan kita akan bisa bersikap biasa saja. Tapi..” Irene meneteskan air mata nya lagi. “tapi aku tak tahu kalau kau bisa begitu cepat melupakanku dan memiliki penggantiku.” Irene menjatuhkan diri di sofa dekat Seokjin berdiri.
“Apa yang kau harapkan? Aku akan terus menangisimu? Sementara ada orang lain yang memberikan seluruh hatinya untukku? Apa kau berharap aku terus menunggu ketidakpastian darimu? Atau kau berharap aku terus ada disaat kau sedang butuh dan kau buang saat kau ada pilihan lain?”
Air mata Irene begitu derasnya mengalir, “Apa kau berpikir serendah itu terhadapku?” Irene mendongak menatap Jin.
Seokjin tidak bergeming.
“Aku sudah meminta maaf. Aku sudah mengaku salah dan memintamu memaafkanmu. Aku juga memintamu untuk kembali padaku. Apakah kau tak lihat kalau aku sudah membuang semua harga diriku di depanmu?”
“Aku juga pernah membuang harga diriku di depanmu dengan mengemis kesempatan untuk terus bersamamu. Tapi kau tak bergeming.”
“Apa kau sekarang sedang membalas dendam padaku?”
Seokjin tidak menjawab.
Irene meraih tangan Seokjin, “Aku mau tanya satu hal padamu..”
Seokjin menatap tangan mereka, lalu menatap wajah Irene..
“Apakah kau masih mencintaiku?”
Seokjin menarik Irene hingga berdiri dan masuk ke pelukannya. Irene yang kaget langsung membalas pelukan Jin. Rasanya bahagia sekali bisa dipeluk kembali oleh Jin. Apakah ini berarti dia dimaafkan? Apakah mereka bisa kembali bersama? Irene menangis di pelukan Seokjin, sampaiSeokjin harus mengusap-usap kepala Irene agar perempuan tersebut tenang.
“Dengarkan aku..” bisik Seokjin. “Tak ada seharipun sejak aku yakin aku menyukaimu hingga hari ini, kau tidak ada di hatiku. Kau adalah wanita pertama yang membuatku jatuh cinta Bae Joohyun.”
Irene rasanya ingin berteriak saking bahagia nya. Dia memeluk Jin lebih erat.
“Tapi..”
Irene langsung melepas pelukannya dan menatap ngeri wajah Seokjin. “Tidak..” desisnya.
“Kau juga sadar kan, hubungan kita tidak sehat sedari awal.”
“Tidak.. Aku tidak mau dengar!” Irene menutup telinga dengan dua tangannya.
“Joohyun..” Seokjin meraih tangan Irene dan menangkup wajahnya.. “Kau juga merasa lelah kan dengan kita? Berputar-putar di masalah yang sama. Mungkin.. mungkin keputusan yang kau ambil benar.”
Air mata Irene semakin deras mengalir. “Tolong.. jangan bicara apa-apa lagi. Kim Seokjin..”
“Kita baru mengenal cinta saat bertemu satu sama lain. Aku tak meragukan kita saling mencintai. Tapi kita masih harus belajar banyak, bahwa untuk bersama.. butuh lebih dari sekedar cinta. Jadi..”
Irene menutup matanya. Seokjin juga meneteskan air mata melihat perempuan di depannya seperti ini. Tak mudah baginya mengambil keputusan ini. Tapi sepanjang jalan menuju rumah Red Velvet, dia sudah berpikir masak-masak.. dia harus mengambil keputusan ini.
“Daripada kita terus saling menyakiti.. kita sudahi saja semuanya sampai disini.” Bisik Jin sambil menahan isak nya.
“Kau tak percaya.. kalau aku bilang aku mencintaimu.. apa kau tak percaya? Apa kau tak bisa memaafkan aku dan memulai semuanya kembali?” Irene mencengkeram baju depan Seokjin. Dia tak bisa melepas pria di depannya. Di saat dia sudah mulai menata hidupnya dan siap memulai lembaran baru dengan Jin, dia tidak siap menerima kenyataan bahwa Jin sudah tidak mau dengannya.
“Bukan..”
“Apa kau sudah tidak mencintaiku lagi? Kau sudah mencintai Sana? Kim Seokjin.. apa kau sudah mencintai Sana?” suara Irene mulai histeris dan dia mengguncang tubuh Seokjin. “Katakan padaku Kim Seokjin!”
“Ssshhh…” Seokjin memeluk Irene yang masih meronta.
“Kau jahat Kim Seokjin!” Irene memukul-mukul dada Seokjin sambil terus menangis.
“Ya.. aku yang jahat. Maafkan aku..” bisik Seokjin sambil mencium kepala Irene untuk menenangkan perempuan di pelukannya itu.
Mereka hanya berdiri sambil berpelukan beberapa saat.. sampai Seokjin merasa Irene sudah tidak emosi lagi dan bisa mencerna kata-katanya.
Irene melepaskan diri dari Seokjin. Dia menatap pria di depannya itu. Seokjin menahan diri untuk tidak memeluk Irene lagi.
“Jadi kau yang mencampakkanku sekarang?” tanya Irene.
“Aku melepasmu.”
Air mata keduanya turun lagi tapi tanpa isakan sekarang dan itu terasa lebih menyakitkan.
“Katakan padaku, apa karena Sana?”
“Bukan.” Jawab Seokjin yakin. “Karena aku tidak mau kita berada di dalam hubungan yang tidak sehat. Kita sama-sama baru merasakan cinta dan selama ini kupikir itu cukup untuk memulai suatu hubungan. Tapi kau juga merasakannya kan? Kita hanya berputar-putar di masalah yang sama. Tidak jujur, tidak percaya satu sama lain, dan belum siap untuk menjadikan hubungan ini prioritas di hidup kita.”
“Yang kau sebutkan itu adalah kesalahanku semua, Jin..”
“Bukan itu saja Joohyun.. kondisi kita sebagai idol juga membuat kita kacau begini. Aku sempat menyalahkanmu memilih karir dibandingkan hubungan kita. Tapi sekarang aku mengerti keputusanmu. Aku seharusnya siap untuk tidak jadi pilihanmu. Tapi ada bagian dari hatiku yang tidak siap menerima itu. Sedangkan aku juga bingung kalau aku ada di posisi mu, apakah aku siap mengorbankan memberku?”
“Tidak perlu menghiburku.. memang semua salahku. Kau tahu sendiri kalau kau siap mengorbankan karirmu. Kau datang menemui Lee Soo Man Sajangnim demi ku. Itu berarti kau rela mengorbankan karirmu untukku. Jadi memang aku yang..”
“Dengarkan aku.. jangan terlalu keras pada dirimu sendiri. Kita harus sama-sama belajar dan introspeksi diri.”
Irene duduk di sofa lagi. Kaki nya terasa lemas dan tidak kuat untuk menopang tubuhnya. Sedangkan dia tahu, dia sudah tidak bisa bersandar ke laki-laki di hadapannya ini. Laki-laki yang sudah terlambat untuk diraihnya.
“Maafkan aku.” Desis Irene
Seokjin berlutut di depan Irene. “Maafkan aku juga.”
“How can we end up like this, Kim Seokjin?” Irene mengusap pipi Seokjin yang langsung reflek memejamkan mata, mencoba meresapi sentuhan itu.
“I don’t know Bae joohyun..” desis Jin sebelum menjatuhkan kepalanya di pangkuan Irene.
Irene mengusap rambut Seokjin dengan lembut sambil terus meyakinkan diri bahwa keputusan yang diambil Jin mungkin memang yang terbaik buat mereka untuk saat ini.
“Aku harus rela melepasmu ya?” bisik Irene sambil memeluk kepala pria yang ada di pangkuannya.
“I hope you can find your happiness first Bae Joohyun..” bisik Seokjin.
Heartbreaking 💔Hayooo yang setuju sama Seokjin siapaa?
❤❤Don't forget vote and comment nya yaa 💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity (JINRENE)
RomanceJin "Hyung.. apakah kau menyukainya?" Tanya JHope padaku. Aku hanya menggeleng kecil sambil memainkan jariku. Benarkah aku tak menyukainya? Apakah ini hanya ketertarikan biasa? Atau.. Irene "Kenapa sih, dia bisa menyebalkan begitu? Kami baru beberap...