Chapter XXIV

3.1K 285 18
                                    

HAPPY BIRTHDAY SEOKJINNIE !!
I WISH YOU TONS OF HAPPINESS CAUSE YOU DESERVE IT.

I LOVE YOU KING SEOKJIN 💜💜💜 !!!


Anywaay..

Chapter ini ada 2 bagian yaa.. Dari point of view nya Jin dilanjut Irene.
Semoga bisa mewakili isi hati si dua kesayangan ini 💜❤



JIN


Aku melambaikan tangan pada Joohyun yang baru saja masuk ke restauran. Hari ini kami berjanji untuk bertemu di tempat makan milik bibi ku.

Aku sampai lebih dulu dan sudah memesan makanan untuk kami. Waktu sudah menunjukkan pukul 10.30 PM oleh karena itu restauran sudah tutup dan hanya ada kami berdua disini.

Joohyun duduk di depanku. Tumben. Biasanya dia akan langsung duduk di sampingku.

Kutatap wajah cantik yang ada di depanku, sepertinya ada yang membebani pikirannya.

“Kau sudah makan?” tanyaku. Kulihat dia menatap makanan yang sudah kupesan. Semua makanan favorite nya.

“Aku tak lapar.” Jawabnya.

“Kau sakit? Tadi kesini sama siapa? Aku ingin menjemputmu, kau bilang tak usah.”

Joohyun melihat mataku. Akhirnya.. sedari tadi matanya hanya melihat kesana kemari. Aku tahu ada yang salah sejak dia duduk di depanku. Tapi aku tak mau langsung bertanya padanya. Lebih baik dia makan dulu atau menenangkan diri dulu.

“Joohyun.. makan dulu ya. Baru setelah itu kita bicara.” Kataku sambil mengusap pipinya.

Dia hanya diam. Tak mengelak tapi juga tak meresponku. Aku mulai meletakkan makanan di piringnya, berharap dia akan memakannya.

“Stop.” Katanya.

Aku berhenti. Baiklah kalau dia ingin bicara.

“Aku ingin putus.”

“Apa?” sepertinya aku salah dengar.

“Aku ingin putus darimu. Jangan hubungi aku lagi. Jangan cari-cari aku lagi.”

“Apa aku tak salah dengar? Kau bercanda kan?”

“Aku tak bercanda.”

“Tapi kenapa? Apa aku buat salah? Apa yang kulakukan?” Aku menatap wajahnya  mencoba mencari apakah dia hanya bercanda. Tapi yang kulihat hanya wajah dinginnya. Wajah dingin yang selalu kulihat di tv sebelum ku mengenalnya.

“Tak usah ditanyakan. Aku memang ingin putus saja.”

“Apa ini keinginan agensi mu? Mereka tahu kita berkencan?” tanyaku curiga.

Joohyun mengendikkan bahu, “itu tidak penting.”

“Apa maksudmu tidak penting? Aku yang tidak penting? Bagaimana bisa kau tiba-tiba minta putus sedangkan tidak ada masalah antara kita. Kalau memang agensimu yang menyuruhmu putus denganku, biarkan aku yang bicara dengan mereka. Aku akan meyakinkan mereka kalau..”

“Berhenti Kim Seokjin. Sudahi saja pembicaraan ini.”

“Maksudmu?”

“Apapun alasannya, aku tetap ingin putus. Sudah cukup aku merasakan berkencan denganmu. Aku ingin mengutamakan karirku. Sepertinya tidak ada guna nya juga kita berkencan. Aku rasa sudah cukup rasa penasaranku..”

“Penasaran?!” Aku memotong omongannya, “apa yang kau maksud Bae Joohyun?”

“Ya semua ini. Sudah waktunya aku kembali fokus seperti dulu. Buatku Red Velvet adalah yang utama. Karirku adalah yang utama. Akhir-akhir ini kau seperti distraction dari tujuan awalku. Aku tak bisa lagi.”

“Kau juga berkencan dengan Suho hyung.”

“Ya tapi itu menguntungkanku. Banyak yang menyetujui hubunganku dengannya.”

Aku menggebrak meja. Beruntung bibiku sedang masuk ke rumahnya. Jadi tidak ada orang disini.

Kepalaku hampir meledak. Kupikir aku sudah mngenalnya, tapi kata-katanya barusan sungguh melukaiku.

“Maksudmu kau bosan denganku? Aku tak bisa memberikan keuntungan buatmu?” tanyaku dengan nada sinis.

Joohyun tak menjawab.

“Jawab!” bentakku.

Dia terlonjak kaget sedikit. Tapi wajahnya tetap dingin. Sungguh aku tak mengenal siapa wanita di depanku.

“Dengar Kim Seokjin.. aku sudah bilang, lebih baik kita sudahi saja semua ini. Jadi kita tak akan saling menyakiti.”

Aku berdiri, “kau sudah menyakitiku, Joohyun. Ada apa denganmu? Kenapa kau berubah secepat ini?” aku mendekatinya dan berlutut disampingnya, “bicara padaku Joohyun. Katakan padaku. Kita bisa melewatinya bersama.” Aku berusaha menggenggam tangannya. Tapi ditepis olehnya.

“Joohyun ah.. bicarakan semua denganku. Apa salahku? Aku bisa berubah.” Suaraku mulai memelas. “kau tak suka aku yang bagaimana? Aku akan berusaha merubahnya. Tapi jangan begini. Aku tak mau berpisah denganmu.”

Dia hanya menggeleng mendengar permohonanku.

“Apa yang harus kulakukan sekarang..” aku menaruh kepalaku di pangkuannya. “Joohyun, aku membutuhkanmu. Kau tak bisa begini kepadaku.”

Tak kudengar kata-kata apapun darinya. Aku juga tak merasakan dirinya menyentuhku. Apakah aku sudah kehilangan dirinya?

Serendipity (JINRENE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang