Chapter XVII

3.8K 329 21
                                    

3rd POV


Jin bersidekap sambil berjalan mendekati Irene sehingga sekarang mereka berhadapan.

“Aku hampir mati karena kaget.” Kata Irene.

“Apa yang kau lakukan disini?” Tanya Jin

“Kalau kau? Apa yang kau lakukan disini?” tanya Irene balik. Tidak mau kalah.

“Kau mau bertemu diam-diam dengan pacarmu?” tanya Jin ketus.

Irene kesal sekali mendengarnya. Tapi dia menahan diri agar tidak keceplosan apa-apa. Jin jadi kesal juga melihat sikap menantang Irene. Mereka berdua seperti akan saling berkelahi jika tidak dipisahkan. Tapi sayangnya tidak ada siapa-siapa lagi disini.

“Ini tempat umum. Bukan hanya kau yang boleh kesini.” Sahut Irene

“Sayangnya itu benar. Tapi saranku, kalau mau berkencan.. sebaiknya pilih tempat yang bagus. Jangan ditempat seperti ini. Apa kau dan pacarmu tidak punya taste yang bagus dalam memilih tempat kencan?”
Kata-kata yang keluar dari mulut Jin sungguh bernada ketus. Dia marah sekali dan dia butuh pelampiasan dari emosinya selama ini.

Irene bersidekap, “Bukan urusanmu.”

“Ini jadi urusanku, karena aku yang datang lebih dulu kesini. Lebih baik kau pergi dari sini sekarang.” Kata Jin lagi.

“Kenapa sih kau menjengkelkan sekali?!” Irene mulai kehilangan kesabaran.

“Aku? Menjengkelkan?” nada suara Jin mulai naik. “Bukan aku yang tidak bilang kalau sedang menjalani hubungan dengan orang lain disaat ada orang lain yang menyatakan perasaannya.” Jin mengacak-acak rambutnya frustasi. “Damn it Joohyun! Bisa-bisanya kau membuat ku seperti orang bodoh!” Jin tanpa sadar melangkah ke arah Irene.

Irene reflek mundur melihat Jin seperti itu. Dia tidak menyangka Jin akan membahas masalah mereka disini.

“Kau tahu aku menyukaimu. Aku sudah mengutarakan perasaanku padamu. Dan kau tidak bilang kalau kau sudah menjadi pacar orang. Kau bahkan membuatku berpikir kalau kau juga menyukaiku.. Kau..” Jin menarik nafas panjang-panjang. “Kenapa kau bisa seperti itu?” suara Jin penuh dengan keputusasaan.

Irene sedih sekali melihatnya. Sejujurnya, Irene ingin sekali mengatakan semuanya pada Seokjin. Dia ingin sekali memeluk laki-laki di depannya. Laki-laki yang akhir-akhir ini selalu ada di pikirannya lebih dari sebelumnya.

“Seokjin..” pertahanan diri Irene mulai rapuh. “Kim Seokjin..”

“Tell me.. Do you ever like me even just for a little?” bisik Jin.

Energinya mulai terkuras. Omong kosong apa yang dia tanyakan ke Irene. Dia sungguh tak menyukai dirinya sendiri sekarang. Dia sudah berjanji tidak akan menjadi orang yang masuk ke dalam hubungan orang lain, dan sekarang dia menanyakan hal yang aneh-aneh.

“Kim Seokjin..” suara Irene tercekat. Dia tak tega melihat laki-laki yang begitu terlihat kuat selama ini menumpahkan perasaan kepadanya. Dan terutama karena dia merasakan hal yang sama. Irene memang tidak berpengalaman dalam urusan cinta, tapi untuk saat ini.. laki-laki yang ada di depannya lah yang paling ingin dia lindungi.

Jin menghela nafas, “Omong kosong apa yang kukatakan.” Dia tertawa lemah.

“Lupakan saja semuanya. Semua kata-kataku hari ini, semua kata-kataku yang pernah kuucapkan padamu.. lupakan saja. Anggap saja kita tak pernah bersinggungan jalan.” Jin membungkuk sebagai tanda perpisahan.

“Apa kau bisa?” tanya Irene tiba-tiba.

Dia tidak suka mendengar Seokjin menyuruhnya melupakan semua yang pernah mereka lewati. Karena moment-moment itu walaupun sebentar tapi membekas sekali di hatinya. Moment dimana Irene tersadar bahwa ada rasa yang baru dia tahu.. rasa hangat setiap melihat senyum laki-laki di depannya, rasa grogi saat bertemu dengannya atau membalas pesannya, dan juga rasa berdebar-debar setiap mendengar suaranya.

“Bae Joohyun, sebaiknya kau berhenti bicara sebelum..”

“Sebelum apa? Apa kau bisa melupakan semua? Apa kau bisa melupakan pertama kali kita bersentuhan sewaktu pemotretan? Kau bisa melupakan waktu kau menemaniku makan malam-malam? Apa kau bisa melupakanku, Kim Seokjin?”

Seokjin mungkin akan menyesalinya, tapi dia tidak bisa berpikir lagi. Jadi dia hanya menuruti insting laki-lakinya. Dengan cepat, dia memerangkap tubuh Irene dengan pagar. Irene yang terhuyung-huyung ke belakang hanya bisa bersandar di pagar.
Tubuh mereka begitu dekat. Tangan Jin ada di sisi badan Irene, berpegangan pada pagar sementara Irene masih kaget dengan semua yang terjadi begitu cepat.

“Sudah kubilang, hentikan sebelum..”

Serendipity (JINRENE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang