Irene
1 minggu sebelum acara, kami para MC dikumpulkan untuk briefing teknis dan juga berlatih. Aku sudah berada di gedung stasiun tv ini sejak 10 menit yang lalu. Karena berasal dari agensi yang sama, aku datang bersama Chanyeol dan managernya. Managerku tak bisa menemani, maka itu aku ‘dititipkan’ ke Chanyeol dan managernya.
Entah kenapa aku grogi sekali. Ini bukan kali pertama aku menjadi MC. Aku pernah menjadi MC acara musik reguler dan bekerka sama dengan beberapa artist lain. Jadi harusnya aku tidak ada alasan untuk grogi. Aku terus menatap ke arah pintu. Suasana di ruang meeting ini sepi. Hanya ada aku dan Yeol (panggilanku untuk Chanyeol). Seharusnya nnanti akan ada PDnim dan beberapa staff yang ikut meeting ini. Dan tentunya dia. Kenapa dia belum datang?
“Noona..” panggil Yeol.
Aku menoleh ke arahnya yang sedang main games.
“Apa kau mau pergi setelah dari sini?”
“Tidak. Kenapa? Kau mau mengajakku kemana?”
“Aku bukannya ingin mengajakmu.” Katanya cuek. “hanya saja kau rapih sekali. Kau bahkan memakai makeup. Aku kira kau ada acara lagi sehabis ini.”
Aku reflek mengaca. Perasaan tadi sudah berdandan setipis mungkin. Apakah masih terlihat?
“Atau karena ada Jin hyung?”
“Yah! Kenapa aku harus berdandan untuk dia?”
Yeol hanya mengangkat bahu nya, “hanya menebak. Kau tak mungkin berdandan untukku kan?” dia nyengir ke arahku.
Aku mendengus. Saat itu pintu tiba-tiba terbuka.
“Anyeoong..”
Aku langsung menoleh ke arah pintu. There he is. Looking really good with just a shirt, denim jacket and denim pants. Sepertinya wajahku memanas. Lama sekali aku tak melihatnya. Lalu aku melihat dia menahan pintu ruang meeting. Dan masuklah seorang wanita cantik dan mungil. Sana from Twice.
“Anyeoong..” sapa Sana.Aku masih terbengong-bengong. Apakah mereka datang bersama? Untungnya Yeol menyikutku. Aku tersadar dan ikut berdiri. Membungkukkan badan memberi salam.
Jin dan Chanyeol tampaknya sudah kenal sebelumnya. Mereka berpelukan dan saling sapa. Sedangkan aku dan Sana hanya tersenyum satu sama lain.
“Maafkan kami terlambat.” Kata Jin. “Apakah PDnim sudah memulainya?”
Kami? Aku menoleh ke arahnya.
“Belum. Tenang saja. Kami juga baru beberapa menit disini.” Jawab Chanyeol. “Apa kalian datang berbarengan?”
“Kebetulan tadi mobil managerku mogok di jalan dan managerku menelepon manager Jin sunbaenim untuk meminta tolong berangkat kesini.” Sana tersenyum malu-malu, “Aku tak menyangka, Jin sunbaenim sendiri yang menjemputku.”
“Aah.. no big deals. Aku memang berencana untuk pergi sendiri kesini. Memang dari awal Sejin hyung tak bisa menemaniku.”
Mataku dan matanya bertemu. Aku mengalihkan pandanganku. Dia juga tak berkomentar apa-apa. Dia bahkan tak menyapaku secara personal. Sudahlah Irene. Apa yang kau pikirkan. Ingat, fokus! Jangan berbuat hal bodoh..
Kami duduk berempat. Aku berdampingan dengan Yeol dan di seberangku Jin dan Sana. Mereka sepertinya cukup nyaman. Aku teringat.. sepertinya mereka juga suka dijodoh-jodohkan dengan penggemarnya. Hah! Aku mendengus kesal. Sialnya cukup keras sampai semua menoleh kepadaku.
“Aku hanya sedang berpikir kemana semua orang? Bukankah mereka membuat kita menunggu terlalu lama?” alasanku
“Yes, Irene unnie.. Can I call you with that?” Tanya Sana
Aku mengangguk sambil tersenyum sedikit.
“Aku panggil saja ya.” Jin berdiri.
Aku menoleh ke arahnya
“Kebetulan Sana juga tidak bisa lama-lama kan ya?” tanya nya ke Sana.
Sana hanya tersenyum manis sambil mengangguk, “terima kasih Jin Oppa..”
Aku terbatuk, “oppa? Apa mereka sedekat itu?”
“Kau tak apa-apa noona?” Yeol tersenyum geli ke arahku.
Anak ini pasti sudah mendapat cerita macam-macam dari memberku. “lebih baik kau ambilkan air minum untukku. Daripada main games terus daritadi.”
“Baiklaaah.. ayo Jin, kita keluar dari ruangan ini. Aku juga sudah bosan daritadi menunggu.” Ajak Yeol.
Aku baru tersadar daritadi Jin masih di pintu. Apakah dia melihatku? Melihat kelakuanku yang menyebalkan tadi. Hanya saja, tak mungkin kan aku bermanis-manis ke Yeol? Aku sudah mengenalnya lama sekali sejak kami masih jadi trainee. Dia kelahiran tahun 1992, 1 tahun di bawahku. Aah.. pantas saja dia terlihat akrab dengan Jin. They are both 92 liners.
Iya-iya, aku mengakui.. aku sedikit mencari informasi tentangnya.
“Irene unnie..” panggil Sana
Aku tersadar dari pikiranku sendiri, “ya?”
“Kau sebelumnya pernah bekerja bersama Jin oppa?”
“Ya, kami ada pemotretan bersama. Kenapa?”
“Dia baik banget kan yaa.. he’s a gentleman. Aku baru mengenalnya selama kurang lebih 2 jam tapi bisa kulihat kalau dia baik sekali.”
Aku memutar mataku. Kenapa dia menyebalkan kalau denganku. Lagipula, kenapa sih dia membicarakan hal ini kepadaku? Bukankah kita baru pertama kali ini ada kesempatan bercakap-cakap..
Aku hanya membalas dengan tersenyum. Lalu menyibukkan diri dengan Hp. Cukup lama juga kami berdiam-diaman. Aku lagi tidak mood untuk basa basi.
Tiba-tiba ada 1 gelas hot coffee di depanku.
“Thank you, Yeoool..”aku tersenyum manis sambil menoleh ke kananku. Ternyata Jin yang berdiri disampingku.
“Apa senyum mu itu tidak bisa kau berikan padaku?” tanya nya pelan.
“Apa?” jantungku berdetak kencang sekali.
“Lupakan saja.” Jin menunjuk kopi di atas meja. “minum kopinya.”
“Chanyeol mana?” hanya itu yang bisa kukatakan. Ternyata kami hanya tinggal berdua di ruangan.
“Dia mencari PDnim. Entah mampir dimana dia.”
“Bukannya harusnya dia yang membelikanku minum?”
Jin menoleh kepadaku, “apa kalau aku yang membelikanmu minum, kau tak mau meminumnya?” Dia mendekat dan ingin mengambil kopi di depanku.
“Bukan begitu!” sahutku lalu meraih gelas itu. “aku kan tidak bilang begitu. Kau ini kenapa sih?”
Jin bersidekap disamping kursiku. Mau tak mau aku menghadapnya.
“Sudah berbulan-bulan tak bertemu.. masih saja muka cemberutmu yang kudapat.” Sahutnya
“Karena kau menyebalkan.” Sungutku
“Dimana Sana? Kata dia, kau baik sekali padanya.”
Jin hanya mengendikkan bahu, “mungkin ke toilet. Mana ku tahu.”
“Kenapa tak kau antar? Bulankah seperhatian itu kau pada nya?”
“Ya. Nanti kalau perlu kujemput.” Sahut Jin acuh tak acuh.
Aa.. jadi dia mengakui kalau dia memang perhatian ke Sana.
“Apa kabarmu, Joohyun ah?” tanya Jin hampir seperti bisikan saking pelannya. Seperti dia juga ragu untuk mengatakannya.
Aku tersentak. Tak banyak orang yang memanggilku dengan nama asliku. Dan kenapa rasanya menyenangkan dipanggil begitu olehnya?
“Apakah boleh aku memanggilmu dengan nama itu?”
Aku mengedikkan bahu. Mencoba menahan debaran di jantungku agar tak terdengar olehnya. Konyol sekali aku ini. “Bukankah harusnya kau memanggilku noona? Yeol saja memanggilku noona.”
Jin mendengus. “jangan harap aku memanggilmu noona. Aku tak mau. Lagipula kau hanya lebih tua beberapa bulan dariku.”
“Dasar..” sungutku.
“Apa kau mau kupanggil noona?”
Aku terdiam, “you can call me that.”
“Apa? Noona?”
Aku menggeleng sambil menyesap kopiku “yang sebelumnya.” Bisikku sambil tak melihatnya.
Aku tak tahu bagaimana ekspresi wajahnya, tapi sepertinya dia tersenyum. Hehe..
Yeol datang tak berapa lama. Disusul oleh Sana, PDnim dan beberapa staff bersangkutan. Meeting pun dimulai.
Jin
Kami dijelaskan mengenai konsep acara, rundown, dan juga teknis pembagian tugas antara kami berempat.
Aku sesekali melirik ke depanku lalu tersenyum. Apa yang kupikirkan sampai aku berani memanggilnya dengan nama aslinya. Baru saja aku bilang akan ku plester saja mulut ini daripada bikin perkara lagi.
Tapi aku memang lebih suka memanggilnya dengan nama Joohyun. Terasa lebih dekat. Haha.. apa yang kupikirkan. Dekat darimana nya? Kami saja bertengkar terus setiap bicara.
“Ok sepertinya kita bisa sudahi sampai disini meeting hari ini. Nanti kita akan bertemu lagi pada hari H sewaktu gladi resik ya. Untuk detailnya akan kami kirim ke masing-masing manager.” Tutup PDnim.
Semua orang mengucapkan salam sebelum membubarkan diri. Hingga tinggal kami berempat di ruangan. Aku, Sana, Chanyeol dan Joohyun.
“Yeol.. aku ikut kau ya.”
Aku menoleh dan melihat Joohyun membereskan barang-barangnya.
“Tapi managerku mau antar aku ke bandara dulu. Setelah itu dia bisa mengantar noona kembali ke rumah. Bagaimana?” tanya Chanyeol.
Joohyun terlihat berpikir, lalu menyanggupi.
“Apa kau mau aku antar?” aku tanpa berpikir langsung menawarkan. “Aku bawa kendaraan sendiri dan kebetulan tidak sedang ada urusan apa-apa.”
“Naah lebih baik noona ikut Jin saja. Jadi tidak perlu ikut aku ke bandara.” Kata Chanyeol.
Aku melihat keragu-raguan di wajahnya.
“Jin oppa.. kalau begitu, apa kau juga bisa mengantarku?” tau-tau Sana ada di depanku. “managerku masih belum bisa menjemputku. Apakah kau bisa mengantarku? Aku harus buru-buru menuju jadwalku yang selanjutnya.”
Aku hanya bergantian melihat wajah Sana, Joohyun dan juga Chanyeol yang tersenyum lebar mengejekku.
“Aku ikut Chanyeol saja. Kau bisa mengantar Sana.” Kata Joohyun.
“Baiklah kalau itu mau noona.” Jawab Chanyeol.
Mereka sudah menuju pintu sewaktu tanganku menahan tangan Joohyun. Badanku bergerak lebih cepat daripada otakku sepertinya.
Tentu saja Joohyun kaget. Semua yang ada disana juga begitu. Tapi kepalang tanggung. Aku tak bisa mundur lagi.
“I insist.. kita bisa antar Sana terlebih dulu. Setelah itu aku antar kau ke rumah.” Kataku dengan percaya diri.
“Nah.. begitu saja lah. Jin, aku titip Irene noona ya. Kau harus antar dia secara utuh ke rumahnya. Noona, aku buru-buru mengejar pesawat. Pleasee noona ikut Jin saja. Ok? Byee..”
“Yah! Park Chanyeol! Bisa-bisanya kau..” Joohyun terlihat kesal sekali.
“You’ll thank me later.” Kata Chanyeol. Entah untukku atau untuk Joohyun.
Joohyun menarik tangannya yang tanpa kusadari masih ku tahan.
“Baiklah aku ikut.” Katanya
Aku tersenyum lebar
“Oppa..” Sana terlihat cemberut melihat adegan tadi.
Astaga, kenapa perempuan suka sekali cemberut sih??😂 Gimana tuuh cewe-cewe, ditanyain sama Jin kenapa sukanya cemberut? 🤣
Semoga sukaa chapter ini yaa.. kalau ada yang kurang-kurang, monggo di comment.
Jangan lupa vote nyaa..💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity (JINRENE)
RomanceJin "Hyung.. apakah kau menyukainya?" Tanya JHope padaku. Aku hanya menggeleng kecil sambil memainkan jariku. Benarkah aku tak menyukainya? Apakah ini hanya ketertarikan biasa? Atau.. Irene "Kenapa sih, dia bisa menyebalkan begitu? Kami baru beberap...