Chapter XXXVI

4.9K 333 67
                                    

3rd POV

“Yah! Kenapa kau melihatku seperti itu?” Seokjin sampai ketakutan. Dia terduduk di kasurnya.

“Kau pikir kenapa hah??! Aku khawatir setengah mati mendengar kabar kau pingsan waktu latihan. Kupikir kau menderita penyakit serius. Fans mu berkumpul di depan rumah sakit untuk tahu keadaanmu. Apa kau tahu kau se-egois itu?? Jatuh pingsan karena tak cukup istirahat akibat main games seharian!!” Irene setengah berteriak di hadapan Seokjin.

“Maaf.. aku tahu aku salah. Aku juga sudah merilis pernyataan resmi lewat BigHit dan nanti Namjoon yang akan mengurusnya. Mudah-mudahan mereka akan segera pulang ke rumah. Udara di luar juga dingin sekali.. aku tak mau mereka sakit.”

Irene kesal sekali pada Seokjin, hingga tak sadar masih bertolak pinggang sampai Seokjin meraih tangan kanannya..

“Jangan marah lagi.” Bisik Seokjin sambil menarik tangan Irene agar mendekat ke arahnya. Tubuh Irene hanya mengikuti insting saja dan sekarang dia berdiri tepat di sebelah ranjang Jin. Jin menggenggam dua tangan Irene sambil menatap wajah peremuan itu. “Sudah tidak marah kan?”

Jantung Irene sekarang berdetak tidak karuan. Bagaimana bisa ada pria setampan ini walaupun memakai baju dari rumah sakit. Apalagi pria itu duduk di hadapannya dan menatap wajah Irene lekat-lekat.. Irene menggeleng menjawab pertanyaan Seokjin.

Seokjin tersenyum  “aku tidak menyangka kau akan datang. Waktu Sejin hyung bilang kalau kau ingin kesini, rasanya aku senang sekali. Kau mengkhawatirkanku?”

“Tentu saja bodoh. Aku kira kau kena penyakit serius sampai jatuh pingsan. Tahu kalau begini, aku tak akan bela-belain datang kesini.” Kata Irene sambil cemberut.

“Bae Joohyun.. apa aku benar-benar harus sekarat dulu baru kita bisa begini?”

Tiba-tiba Irene teringat kalau Seokjin punya pacar. Irene menarik tangannya dengan cepat, membuat Seokjin bertanya lewat matanya.

“Sana ssi tidak kesini?” Tanya Irene.

“Dia sedang di Jepang. Tadi dia sudah meneleponku.” Kata Seokjin dengan santai.

“Ooh..” Irene mundur beberapa langkah. Pertahanannya reflek muncul kembali. Bodoh sekali dia hampir melupakan kondisi mereka karena dorongan hati. “Lebih baik aku pulang sekarang.. apa kau yakin tidak mau menyuruh Jungkook kesini? Kalau kau butuh apa-apa bagaimana?”

Seokjin mengedikkan bahu, “aku bisa panggil suster.”

“Baiklah kalau begitu..” Irene menatap wajahnya sekali lagi. Seokjin juga sedang menatap Irene  dengan tatapan yang sulit diartikan. Seokjin merasa Irene membangun tembok lagi diantara mereka.

“Kau pulang dengan siapa?” tanya Seokjin, ternyata nada suaranya juga berubah tak lagi hangat seperti tadi.

“Driver ku mungkin.” Jawab Irene.

“Mungkin??”

“Karena tadi aku pikir aku akan lama, aku sudah menyuruhnya pulang. Aku bisa naik taksi dari depan. Tenang saja..”

“Aku akan menyuruh Sejin hyung untuk mengantarmu. Aku tak percaya supir taksi malam-malam begini.” Seokjin sudah ingin mengambil hp nya.

“Tidak usah. Aku tak ingin merepotkan nya. Lagipula aku yang ingin kesini tadi, masa sekarang aku minta diantar manager mu?”

“Aku tidak terima penolakan.” Kata Seokjin sambil mengetikkan password hp nya.

Irene merebut hp nya. “Kau istirahat saja, tidak perlu memikirkanku. Aku bisa mencari cara pulang sendiri.”

Serendipity (JINRENE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang