15. Murahan

26.3K 1.3K 26
                                    

Mungkin hatimu terlalu sakit, sehingga menerima kata maaf ku saja sulit.

🌺🌺🌺

Baru saja keluar dari kelas, panas terik matahari sudah menyambut Kaila dan Fely membuat keduanya harus menyeka keringat berkali-kali.

"Panas banget Fel," ucap Kaila pada Fely di sampingnya.

"Gak lo kasih tau gue juga udah tau kali Kay," gemas Fely. Kaila selalu saja memberitahunya hal tidak penting.

"Ya gue kan cuma ngabarin aja, takut fungsi kulit lo rusak," cengir Kaila membela diri.

"Fel, itu kenapa ya rame bener?" Kaila menunjuk ke arah gerbang sekolah di mana semua siswa-siswi SMA Cendana berkumpul.

"Ada pertunjukan topeng monyet kali," jawab Fely asal.

"Serius Fel? Masa pertunjukan di sekolah?" Kaila memang tipe orang yang mudah percaya pada orang lain. Antara polos dan bodoh memang beda tipis.

"Ternyata gue temenan sama lo gak jadi pinter, tambah bego iya."

Sebenarnya banyak yang ingin berteman dengan Kaila karena ia merupakan juara olimpiade matematika di SD dan SMP. Namun, karena sifat Kaila yang seperti anak kecil banyak juga yang tidak menyukainya kecuali Fely yang mampu menerima Kaila apa adanya karena sifat mereka yang hampir sama.

"Ayo Fel kita ke sana siapa tau beneran ada topeng monyet," desak Kaila.

"Mana ada lagi Kay topeng monyet zaman sekarang, sudah dilarang woi!" jelas Fely pada Kaila tapi Kaila terus saja memaksa. Mau tidak mau Fely menuruti permintaan Kaila.

Kaila sedikit kecewa yang ditemui bukan pertunjukan topeng monyet melainkan sekumpulan orang yang sedang baku hantam. Kaila tertegun melihat siapa pelaku tindakan baku hantam itu.

"Kak Raffa? Kak Aiden?" Ucap Kaila tidak percaya lalu menatap Fely.

"Itu anak sekolah mana?" Tanya Fely yang ikut tertegun melihat kejadian di hadapannya.

"Anak Cyber, salah satunya yang ganggu gue kemarin," jawab Kaila berdiri kaku, Kaila sangat shock melihat kejadian di hadapannya.

*
Terlihat Raffa dan Aiden saling memunggungi dan saling membantu ah lebih tepatnya bekerja sama menyerang lawan yang sama.

"Lo mancing mereka kesini huh?!" Kesal Aiden yang masih terfokus melihat situasi.

"Enggaklah gila!" Ketus Raffa.

"Mungkin mereka dendam sama gue karena masalah kemarin," Raffa mencoba mengingat 'kesalahan apalagi' yang ia perbuat.

"Sebelumnya lo ada masalah apa sih njing sama mereka?!" Ketus Aiden, kali ini emosinya benar-benar di atas ubun-ubun.

"Banyak tanya banget lo njing! Ikhlas gak sih lo bantuin gue?!" Kesal Raffa konsentrasinya hampir buyar karena Aiden.

*
"Tapi Kak Aiden kenapa ikutan?" Tanya Kaila pada Fely. Fely hanya menggelengkan kepalanya.

"Nolongin Raffa mungkin," jawab Aksa yang ntah sejak kapan tepat di belakang Fely dan Kaila.

"Lo gak nolongin dia kak?" Tanya Fely menatap Aksa serius.

"Nolongin? Ikutan berantem maksud lo?" Aksa tersenyum sengit.
"Bisa perang gue sama Aiden. Aiden gak bakal suka dibantu soal berantem," lanjutnya.

"Apa ada hubungannya mereka berantem sama aku diganggu kemarin?" Tanya Kaila menatap Aksa menunggu jawabannya.

"RAFFA AWASSS!!!" terdengar teriakan salah satu teman Raffa dari kejauhan.

BRAKK!!

Semua mata tertuju pada Raffa yang sedang tergeletak pingsan. Pukulan dengan besi telak mengenai kepala Raffa membuatnya tersungkur ke lantai.

Semua teman-teman Raffa membantu Raffa membawanya ke tempat yang lebih aman sedangkan Aiden segera mengejar orang yang memukul Raffa, namun orang itu sudah terlebih dahulu menghilang beserta rombongannya. Mereka pergi bukan karena takut pada Aiden, mereka pergi karena mendengar sirine mobil polisi.

"Sial!" Desis Aiden.

"Kak? Kakak gak apa-apa?" Tanya Kaila —cemas— kini sudah di samping Aiden. Fely, Aksa dan Raka sudah bersusah payah menahan Kaila namun Kaila terlalu sulit untuk dikekang.

Kaila melupakan rencananya untuk menjauhi Aiden, rasa cemasnya lebih kuat daripada rencana konyolnya satu itu.

Aiden tersenyum sengit, "apa peduli lo?" Jawabnya singkat.

Kaila tertegun mendengar jawaban Aiden —bukan hanya Kaila. Fely, Aksa dan Raka juga ikut terkejut mendengar pertanyaan Aiden— ia hanya bisa menelan salivanya susah payah.

"M-maksud kakak?" Tanya Kaila gugup dan heran.

"Gak usah sok perhatian sama gue, gue tau kok mainan lo banyak, maaf gue gak bisa jadi salah satunya," Aiden tersenyum sinis.

"Jujur aku gak ngerti maksud kakak," Kaila sangat bingung, apa yang sedang dibicarakan Aiden?

"Murahan," desisnya pelan namun masih dapat terdengar oleh kaila

Satu kata yang sangat menohok di hati Kaila "murahan" apa maksud Aiden mengatakan itu padanya? Apa salah Kaila?

"Sumpah aku gak ngerti maksud kakak, maaf sudah ganggu kakak," ucap Kaila lalu pergi, Kaila sudah tidak ingin berbicara lagi pada Aiden, takut hatinya akan bertambah sakit jika pembicaraan itu dilanjutkan.

Aksa menyuruh Fely mengejar Kaila. Tanpa disuruh Aksa pun sebenarnya Fely sudah mengerti.

"Lo kenapa sih bisa ngomong kek gitu sama Kay? Sakit? Atau mulai gila gara-gara kepala lo kena pukul?" Tanya Aksa ikut emosi.

"Mungkin," jawab Aiden acuh tak acuh.

"Gila ya lo, mungkin Kay emang salah udah buat lo kesel karena ngejauhin lo tapi gak gini caranya bro!" Aksa semakin gemas melihat tingkah Aiden seolah-olah tidak melakukan hal yang salah.

Raka tidak tau harus pro kepada siapa. Ingin rasanya Raka pura-pura meninggal saat ini.

"Kalo lo gak tau masalahnya mending diem," Aiden tersenyum sengit, meninggalkan Aksa dan Raka.

"Anjing!" Umpat Aksa menendang angin


🍡🍡🍡🍡🍡
Maaf ya part ini bawa bawa si guguk. Sesekali lah kita pake bahasa kasar jangan terlalu polos kayak Kay hehe

Gimana nih suka gak sama part ini?

Posesif (Ex)Berandal [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang