Maaf kalo ada yang typo. Aku gak baca ulang soalnya:"
Happy reading and enjoy😽
___________________________________
38. Rasa Yang (tak) Terbalas
Menyukai seseorang bukan hal yang memalukan
🌺🌺🌺
"Lo beneran suka sama gue?"
Fely membelalakkan matanya, kaget dengan pertanyaan tiba-tiba yang keluar dari mulut Ajil.
Jika Fely menjawab "tidak" berarti Fely merupakan seorang pembohong besar, lalu bagaimana kalau Ajil juga memiliki rasa yang sama kepadanya, apakah Ajil akan pergi kalau Fely menjawab tidak?
Jika Fely menjawab "iya" dimana harga dirinya sebagai seorang wanita? Sepecicilannya Fely dia juga masih punya gengsi. Oke kalau Ajil memiliki rasa yang sama mungkin jawaban "iya" dari Fely akan terasa aman atau mungkin menyenangkan tapi jika tidak? Aduh betapa malunya dan malah mungkin Ajil akan menjauh. Pertanyaan simpel namun jawabannya yang sulit
"Hei!" Sapa Ajil memecah lamunan Fely.
"Eh iya. M-maksudnya kenapa kak?" Jawab Fely gugup, dia ingin mengutuk mulutnya sendiri yang hampir salah bicara.
Ajil mencoba tersenyum menenangkan. "Pertanyaan gue ta-"
"Permisi," potong mas Eko yang kini membawa hidangan. Ajil dan Fely tersenyum padanya.
Setelah menaruh hidangan tersebut, mas Eko tersenyum. "Silahkan dinikmati dengan senang hati, jangan canggung canggungan apalagi jika ingin menjalin kasih," kata mas Eko yang membuat Fely mati kutu. Kenapa menyebalkan sekali orang yang tak dikenalnya ini.
Ajil melirik Fely yang wajahnya makin memerah. Sungguh Ajil gemas melihat ekspresi gadis itu, ingin sekali Ajil terbahak namun dia takut Fely salah paham.
"Terimakasih mas," ucap Ajil tersenyum
"Iyo-iyo mas Ajil. Saya ke belakang dulu," ujar mas Eko undur diri. Tak perlu heran kenapa mas Eko mengetahui nama Ajil, bahkan mas Eko juga hapal seluruh nama anggota Fire beserta kedudukannya, saking seringnya tempat ini dijadikan tongkrongan cowok-cowok ganteng itu.
Fely memandangi hidangan dihadapannya. Fely bingung, harus bagaimana didepan Ajil termasuk cara makannya. Takut salah.
"Makan dulu Fel, rileks aja. Pertanyaan gue gak perlu dijawab sekarang," kata Ajil.
Sial! Fely lapar namun nafsu makannya hilang karena teringat pertanyaan Ajil tadi.
Ajil kembali menatap Fely yang hanya memainkan sendok ditangannya.
"Lo gak nafsu makan gara-gara tempatnya atau gara-gara pertanyaan gue tadi?" Tanya Ajil."Siapa bilang Fely gak nafsu makan," sanggah Fely cepat dan langsung menyuap nasi ke mulutnya.
Ajil terkekeh melihat tingkah Fely. "Ya udah kalo gitu makan, nanti nasinya nangis."
"Kayak emak-emak aja," sindir Fely.
"Fel lo setuju gak kalo larangan-larangan orang tua zaman dulu itu sangat mendidik?" Tanya Ajil setelah menelan makanan di mulutnya.
"Setuju banget, orang tua kan pengalamannya lebih banyak dari kita, jadi sudah pasti mendidik." Jawab Fely yang akhirnya berselera makan setelah mencicipi suapan pertama tadi.
"Termasuk kalimat barusan? 'Kalo kita gak habisin nasi nanti nasinya nangis'. Lo setuju?" Tanyanya lagi.
"Fifty fifty," jawab Fely, rasa canggungnya sedikit menghilang. Nyaman, mungkin begitu yang ia rasakan saat bersama Ajil. "Mendidik tapi gak masuk akal, masa nasi nangis?" Katanya mengulum tawa.
Ajil mengangguk kepalanya, paham. "Di setiap bulir nasi itu ada berkah di dalamnya Fel," katanya menatap Fely.
"Bayangin kalo lo makan tapi gak habis, terus di buang. Berkah-berkah itu bakal terbuang juga sedangkan di luar sana banyak orang yang butuh makan. Mungkin mereka bakal nangis kalo sampe tau ada makanan yang terbuang gitu aja disaat perut mereka lapar," kalimat barusan membuat Fely ikut menatap Ajil.
Hal itu membuat Fely malu, selama ini dia selalu boros soal apapun. Makanan ingin yang mahal dan jika tak habis di buang.
Duh rasa kagum Fely kepada Ajil semakin jadi. Kenapa cowok ini sangat mempesona?! Batin Fely
"Kalimat gue kelewat bijak ya?" Kekeh Ajil mendapati Fely yang menatapnya kagum.
"Makan lagi gih," ujar Ajil lalu mencedok nasi dipiringnya. Namun, Fely masih diam menatapnya.
Ajil sadar, Fely masih ditatapnya. "Jangan liatin gue ntar lo jadi suka," kata Ajil kembali menatap Fely, sedangkan Fely langsung menundukkan kepalanya malu, "atau.... tambah suka?" Goda Ajil, membuat Fely membelalakkan matanya dengan posisi masih menunduk.
Ajil kembali terkekeh melihatnya. Menurut Ajil, Fely sungguh menggemaskan malam ini.
"Bercanda," kekehnya, "lanjutin makan, habis makan kita langsung pulang," lanjutnya, Fely hanya mengangguk menghabiskan makanannya.
*
Ajil melanjutkan perjalanan mereka mengantar Fely pulang."Fel," panggil Ajil ditengah suasana canggung dan hening.
Fely hanya menatap Ajil, menunggu kelanjutan kalimat yang akan Ajil lontarkan.
"Pertanyaan gue tadi, gak perlu lo jawab," kata Ajil tenang.
Fely mulai menerka-nerka, apa Ajil tak mengharapkan jawaban iya darinya?
Ajil menatap Fely sekilas, "jangan salah paham, bukan gue gak mau denger. Dari sikap lo, gue udah paham."
Ah pernyataan itu membuat Fely malu dan mungkin akan bertambah canggung.
"Gak perlu malu apalagi canggung. Menyukai seseorang bukan hal yang memalukan," kata Ajil, menebak isi kepala Fely.
Menurut Fely, suasana saat ini makin mencekam. Fely tidak tau harus membalas jawaban apa kepada Ajil.
"Tapi maaf," kata Ajil menjeda kalimatnya, menatap Fely sekilas.
"Gue gak tau sama perasaan gue. Dunia gue keras, banyak musuh dan gue gak seberani Aiden dan Raffa melibatkan orang spesial mereka di dunia berandal ini," lanjutnya. Fely hanya setia mendengarkan.
"Tapi ini bukan berarti gue gak berani berjuang melindungi orang yang spesial bagi gue. Gue cuma takut, gue gagal dan akhirnya kehilangan," Ajil menatap Fely, "lo paham kan? Tanyanya.
Fely mengangguk, "apa setelah kakak tau perasaan Fely ke kakak, kakak bakal jauhi Fely?"
Akhirnya pertanyaan bodoh yang selalu terngiang itu keluar juga.
"Jauhi? Kenapa? Gara-gara lo suka sama gue?" Tanya Ajil mengerutkan keningnya.
Fely mengangguk, "Ih bocah banget dah! Fel disukai dan dibenci itu biasa, kita gak bisa ngelarang orang lain buat punya rasa dua itu ke diri kita," ucapnya tersenyum namun matanya terfokus pada jalan.
Fely tersenyum senang, akhirnya ia tidak perlu cemas lagi jika Ajil ingin menjauhinya.
"Dan lo gak perlu khawatir soal rasa yang tak terbalas, gue bakal coba hadirin rasa buat lo, rasa yang sama dari lo buat gue. Dan tentunya gue harus banyak belajar buat melindungi orang-orang yang gue sayang," ucapnya panjang lebar, penuh keyakinan.
"Gue serius. Lo percaya kan?" Tanya Ajil menatap Fely menunggu jawaban. Fely menggeleng, jujur dia sedikit tidak percaya namun perasaannya senang.
Ajil tersenyum. "Gue bakal buktiin. Tapi lo bantu gue ya?"
🍡🍡🍡🍡🍡
Bantuin jangan?Setuju gak Fely sama Ajil? Hohoho
Menurut kalian Ajil tipe cowok seperti apa sih?Jangan lupa vote dan komen yaaa❣️
KAMU SEDANG MEMBACA
Posesif (Ex)Berandal [ COMPLETED ]
Teen Fiction[CERITA MASIH LENGKAP] Dipublikasi sejak 1 Juni 2019 🍡🍡 "kamu milikku! sekarang, detik ini, nanti, besok, dan seterusnya kamu tetap milikku!" Kisah cinta si siswi kelas 10 bernama Kaila yang baru saja selesai menjalankan MOS dengan kakak ketua OSI...