37. Tentang Rasa

13.5K 682 40
                                    

Ini bener cerita Aiden tapi ganti judul heheh
Aku mau ganti judul aja, karena beberapa chapter ada yang gak nampilin Aiden sama sekali.
Tapi covernya menyusul yaa~

Semoga tetep suka yaa

______________________________

Tentang Rasa

Akhirnya, Kaila dan Fely diantar Ajil pulang menggunakan mobil Aiden. Fely duduk di samping kursi kemudi dan Kaila duduk di belakang.

Kaila bisa tersenyum lega, akhirnya pangeran halu-nya melewati masa kritis. Eh apa katanya tadi? Pangeran halu-nya? Jadi Kaila sudah mengakui Raffa sebagai orang terkasih?

Dan juga Kaila baru sadar bahwa selama ini Fely menyukai Ajil, pantas saja selama ini Fely selalu bersemangat ikut dengan Kaila jika Kaila ingin menemui Ajil atau segala hal yang bersangkutan dengan Ajil.

Kaila tersenyum miring menatap Fely. "Fel lo kenapa diem mulu?" Tanya Kaila, ah ini bukan pertanyaan namun lebih terdengar ejekan.

Fely menyumpahi Kaila yang saat ini bahagia menggodanya. "A-apanya yang kenapa?"

Belum sempat Fely menjawab, Ajil ikut membuka suara, "rumah lo dimana?" Tanya Ajil kelewat tenang membuat bulu kuduk Fely merinding.

"Lha bukannya kakak tau rumah Kay dimana?" Ujar Kay tak tau malu.

"Bukan lo Kaila, tapi Fely," jawab Ajil melirik Fely sekilas, membuat Fely sedikit bertambah salah tingkah.

"Eh aku?" Kata Fely sedikit gugup. Padahal Ajil menanyakan alamat rumahnya bukan perasaannya, kenapa harus gugup sih?

"Iya. Gue kan gak tau rumah lo dimana," jawab Ajil santai.

"Eh iya ya,"

"Atau lo mau nginep di rumah gue," tanya Ajil lagi karena tidak mendapat jawaban dari Fely.

Fely membelalakkan matanya, membuat Ajil tertawa geli, gemas melihat ekspresi gadis itu.

"Bercanda," katanya meredakan tawa, "gue masih mau hidup, gak mau mati muda karena dibacok bokap bawa anak gadis orang ke rumah," lanjut Ajil.

Fely tertegun menatap Ajil pasalnya baru kali ini dia mendengar kalimat pajang yang keluar dari mulut Ajil, suara cowok itu membuatnya ketagihan untuk terus mendengar.

"Ngapain ngeliatin gue gitu?" Tanya Ajil menahan tawa, sudah ia duga Fely pasti akan salah tingkah karena pertanyaannya.

Sebenarnya Ajil sudah tau lama bahwa Fely menyukainya. Ajil ini termasuk tipe-tipe cowok peka. Sikap Fely yang perhatian, suka curi-curi pandang dan tertangkap basah oleh Ajil sering terjadi dan Ajil paham semua itu. Namun, Ajil tidak mau terlalu PD untuk mengatakan bahwa Fely memang benar menyukainya tapi kejadian hari ini sudah sangat meyakinkan bahwa memang benar menyukainya.

Kaila tertawa terbahak-bahak membuat wajah Fely makin memerah menahan malu.

Namun tak lama Kaila mengerutkan keningnya, "Kenapa berenti?" Tanya Kaila pada Ajil.

"Lo gak mau turun?" Tanya Ajil menghadap Kaila.

Kaila melihat sekitar, ternyata mereka sudah ada di depan rumah Kaila. "Eh? Udah sampe?" Tanyanya sedikit tidak penting.

"Iya kalo rumah lo belom pindah," jawab Ajil santai.

Kaila tersenyum lebar, "terimakasih kak Ajil," katanya lalu dibalas anggukan singkat oleh Ajil.

"Hati-hati ya berdua, jangan macem-macem! Allah maha melihat apa yang kalian kerjakan," ujar Kaila sebelum turun dari mobil.

"Lo kira gue mau ngapain?" Sinis Ajil.

"Ya kali aja kan," ujar Kaila cengengesan.

Ajil mendengus, "hari semakin malam," sindirnya menirukan gaya membaca dongeng.

"Selamat berduan Fel!" Ujar Kaila mencolek dagu Fely sebelum benar-benar turun dari mobil.

"Gak Kaila, gak pacarnya, gesrek semua!" Gumam Ajil dan kembali menyalakan mesin mobilnya.

Ajil melirik Fely sekilas. "Lo beneran gak laper?" Tanyanya. Fely hanya menggeleng pelan.

Tadi dia sempat menawari Kaila dan Fely makan, tapi keduanya menolak dengan alasan ingin langsung pulang saja. Tapi sekarang ia benar-benar yakin bahwa Fely menahan rasa lapar namun malu untuk mengatakannya.

"Gue laper, kita makan dulu ya?"

"Oke, iya kak Ajil."

*
Kini Fely dan Ajil sudah sampai dan sudah duduk di tempat makan favorit anak Fire. Pecel lele.
"Lo mau pesen apa?" Tanya Ajil, Fely diam berpikir sejenak pasalnya dia belum pernah makan di tempat seperti ini.

"Gak ada seblak," ujar Ajil merasa tak ditanggapi Fely.

"Eh?"

Ajil terkekeh melihat ekspresi menggemaskan Fely, "bercanda."

"Samain aja sama kakak," kata Fely menahan malu.

Ajil mengangguk, "udah gue duga sih, tunggu di sini ya!" Katanya sambil tersenyum.

Sumpah demi apapun hari ini Fely merasa bahagia sekaligus canggung. Baru kali ini dia melihat senyum sebanyak ini dari Ajil. Ajil yang di sekolah ramah namun terkenal dingin dan cuek dengan cewek-cewek, bahkan untuk senyum pada kaum hawa pun berat kali ini sikapnya itu jauh berbeda dari biasanya.

Ajil kembali datang ke meja mereka, membuat Fely segera membenahi posisi duduknya, "Fel, gak usah tegang gitu deket gue." Ujar Ajil seramah mungkin.

"Eh, ng-nggak gitu kak," kata Fely gugup.

Ajil mendengus pelan, "kenapa pake gugup sih?" Tanyanya menatap Fely membuat Fely menundukkan kepala karena canggung.

"Maaf kak," hanya itu kata yang bisa Fely ucapkan.

"Lo salah apa?" Tanya Ajil masih menatap Fely, sontak Fely kembali mengangkat kepalanya.

"Salah?" Tanya Fely.

Ajil menarik nafas pelan, "ngapain minta maaf? Emang lo salah apa?" Tanyanya dengan senyuman.

Ajil menatap Fely dalam-dalam, "Lo beneran suka sama gue?"

🍡🍡🍡🍡🍡
Kira-kira Fely bakal jawab apa?

Kalo kalian jadi Fely mau jujur atau jual mahal dulu?

Iya maaf, gak ada Aiden sama Raffa di chapter ini.

Btw suka cerita sama judul barunya?

Posesif (Ex)Berandal [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang