17. Salah Sendiri!

25.8K 1.4K 68
                                    

Oke maafkan aku, baru sadar kalo yang tadi chapter paling pendek dari biasanya hehe

Oke kita mulai lagi!
Selamat membaca❣️

_________________________

17. Salah Sendiri!

Tak sulit membuatku bersedih, cukup kau diam seribu bahasa membuat kita seperti tak saling kenal. Itu lebih dari cukup.

🌺🌺🌺

Fely sudah jengah, melihat Kaila seperti orang gila memikirkan ucapan Aiden waktu itu. Murahan.

Ntah beneran cinta, bodoh, bucin, atau obsesi hingga Kaila selalu saja memikirkan Aiden walaupun cowok sok tampan yang beneran tampan itu menghina dan melukai hatinya.

Fely tengah menunggu seseorang yang sudah dikirimkannya pesan singkat dan akan menemuinya di taman sore ini.

Sudah setengah jam Fely duduk sendiri, belum muncul tanda-tanda kehadiran manusia kulkas itu.

"Ngapain nyuruh gue kesini?" Tanya orang yang baru saja datang dengan dingin.

"Lama banget sih, gak menghargai waktu!" Ketus Fely dengan penekanan diakhir kalimatnya.

"Cepetan gue sibuk! Waktu gue gak banyak," jawabnya datar.

"Kenapa lo jauhin Kaila dan menghina dia dengan mulut busuk lo itu?" Ucap Fely to the point dengan sedikit mengatur emosinya.

"Bukan urusan lo," jawab Aiden berbalik badan hendak meninggalkan Fely.

"Lo gak tau, ucapan lo yang bilang Kaila murahan sangat berdampak sama psikis dia? Kaila nangisin lo kayak orang gila, kadang ngelamun hampir kesambet setan. Mending setan ganteng, kalo setan burik?" Kesal Fely terkesan lebay karena sedikit kesulitan mengontrol emosinya jika bersangkutan dengan orang yang dia sayang.

"Emang faktanya gitu kan?" Aiden menatap Fely jengah.

"Gitu gimana anjir? Murahan maksud lo?" Ingin sekali Fely mencabik-cabik wajah tampan di hadapannya ini.

"Bukannya kemaren lo ya yang ngejer dia? Sampai dia dilabrak oleh si jalang Annabelle itu, fans lo yang gak ada otaknya," Fely tersenyum sinis— "yang ngira kalo Kay yang ngedeketin lo? Jijik banget gue!" Bodo amat dengan janjinya pada Kaila yang tak akan memberitahu Aiden soal ini.

"Annabelle?" Tanya Aiden, menatap Fely bingung.

"Bella dua belas IPA satu! Si manis jembatan layang!"

"Arabelle Chalondra maksud lo?" Tanya Aiden meyakinkan.

"Ya siapa lagi! Manusia sok baik, lebih jahat dari iblis."

"Gak mungkin!"

"Bener kata Kay, ini yang buat dia males ngasih tau lo! Lo gak bakal percaya soal ini!" Fely tertawa miris, sedangkan manusia di hadapannya masih diam tak percaya.

"Gue kira kemarin lo beneran sayang sama Kay, tapi kayaknya gak deh. Bahkan hal sepele gini aja lo gak peka. Dingin boleh, tapi jangan jadi es batu!" Nafas Fely mulai naik turun. Sial!

"Lo gak lagi bercanda 'kan?"

"Buat apa gue bercanda tentang ini? Gak ada untungnya buat gue! Buat gue darah tinggi, iya!" Fakta, saat ini Fely ingin segera makan timun.

"Bukannya Kay jauhin gue karena lagi deket sama Raffa?" Tanya Aiden ragu namun tetap dengan wajah datarnya.

Oh paham nih gue! ucap Fely dalam hati

"Makanya kalo ada apa-apa cari tau! Jangan narik kesimpulan sendiri! Jangan begolah! Ganteng-ganteng kok goblok!" Fely tak peduli lagi yang dihadapinya saat ini adalah Aiden kakak tingkatnya yang sangat disegani.

Hilang sudah respect nya pada Aiden sejak kata 'murahan' itu muncul.

"Soal dia ketemu Raffa?"

"Lo liat sendiri atau tau dari orang nih?" Tanya Fely tersenyum sinis.
"Tau dari orang kan pasti?" Fely menarik nafas dalam-dalam.

"Tolonglah, lo cakep tapi ngeselin! Gini ya kakak mantan ketua OSIS ku yang terhormat, jadi Kaila itu gak sengaja ketemu kak Raffa waktu lagi lari pagi," Fely berhenti, menatap Aiden yang kini tengah menatapnya dengan tatapan bertanya apa cerita selanjutnya.

"Kenapa? Bukannya lo gak peduli?" Fely tertawa, menertawakan manusia kulkas di depannya.

"Cepet lanjutin," geram Aiden.

"Males ah gue!" Fely sengaja membuat Aiden geram.

Aiden harus merasakan pusingnya jadi dia menghadapi Kaila yang seperti orang gila.

"Fel," Aiden melembutkan suaranya.

"Apa?" Tanya Fely dengan nada sombongnya.

"Ceritain semua," Aiden menatap Fely— "tolong."

"Ceritain tentang si cewek murahan?" Fely masih setia dengan senyum sinis-nya.

"Sorry," Aiden sudah kehabisan kata menghadapi Fely yang sangat emosi.

"Minta maaf sama orangnya bukan sama gue!" Ketus Fely.

"Fel, jelasin semua ke gue,"

"Gak ada yang perlu gue jelasin. Intinya kak Raffa dan Kaila itu cuma gak sengaja ketemu, yang selebihnya itu ngalur aja. Gue yakin gak ada yang direncanain," Fely menarik nafas, memikirkan apalagi ya harus diungkapkan olehnya—"dan oh ya! Kalo lo bener-bener sayang sama dia, jaga mulut lo dan hati Kay! Kalo lo gak bisa jaga, gue yakin banyak yang mau jaga hati Kay."

Fely berlalu meninggalkan Aiden yang kini menatap kepergiannya.


*


Hari ini Kaila terlihat sedikit lebih berseri dari biasanya. Ntah karena apa. Fely lebih senang melihatnya seperti ini daripada yang biasanya selalu melamun.

"Kantin jangan nih?" Tanya Fely pada Kaila.

"Kantin dong, putri cantik lagi laper," ucap Kaila sambil tertawa mengingat tentang apa yang Raffa ucapkan waktu itu padanya.

Baru saja Kaila dan Fely hendak berdiri dari kursinya. Kaila dikejutkan dengan kehadiran seseorang.
"Kay,"

Kaila hanya menaikkan sebelah alisnya. Mengisyaratkan bertanya 'kenapa?'

"Bisa ngomong berdua?"

"Bisa sih, tapi gue sibuk," jawaban datar dari Kaila membuat Aiden terpaku.

🍡🍡🍡🍡🍡
Nah ini lanjutnya heheh

Tapi btw

Seriusan nih gak ada yang komen?
Gak suka cerita ini ya?:(

Menurut kalian lanjut atau berenti nih?

.

Posesif (Ex)Berandal [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang