30. Kenapa?

13.3K 714 10
                                    

"Fel, gue duluan ya, kak Ajil udah di depan," kata Kaila menunjuk gerbang sekolahnya dengan dagu. Fely hanya mengangguk, mengiyakan.

"Gak apa-apa ya, lo pulang sendiri naik ojol," lanjut Kaila sedikit tidak enak hati.

Fely tersenyum. "Iyaa, santuy," katanya.

Baru saja Kaila melangkahkan satu kakinya berpindah posisi, kini ia menatap Fely kembali, "kalo lo laper stok indomie di lemari makan masih banyak,"

"Atau gak lo go-food aja," lanjutnya, mengingat sahabatnya itu masih menginap dirumahnya.

Sepertinya memang bakal ada yang berpindah KK dan anggota keluarga Kaila akan bertambah satu lagi.

Kini Fely sudah sangat geram dengan tingkah sahabatnya itu, "bawel dah lu, kasian kak Ajil udah nunggu lama," Fely mendorong pelan tubuh Kaila agar gadis itu segera pergi.

"Hati-hati ya!" Ucap Kaila sebelum meninggalkan Fely.

"Lo juga!"

*
Kaila menghampiri Ajil yang berpenampilan memakai kaos oblong berwarna hitam, jeans hitam, sepatu putih, dan topi hitam dan saat ini tengah mengotak-atik ponselnya diatas ninja merah kesayangannya. Sungguh tampan dan sangat keren membuat banyak gadis menatapnya penuh minat.

Kaila sudah berada disamping Ajil yang tidak menyadari kehadirannya membuat Kaila sedikit bingung, bagaimana caranya menyapa Ajil. Kaila tidak terlalu akrab dengan lelaki ini.

"Hai kak," sapa Kaila canggung.

"Hei!" Balasnya tersadar dari dunianya.

"Ada apa kak?" Tanya Kaila. Ajil mengerti arah pembicaraan Kaila.

Ajil menggeleng pelan, "nanti aja ceritanya. Naik dulu gih," ucapnya tersenyum. Kaila bergeming.

"Gue gak enak diliat anak-anak, udah bolos hari ini masih berani dateng ke sekolah buat jemput lo," lanjutnya sedikit terkekeh.

Kaila mengangguk mengerti, segera naik dan duduk di motor Ajil. Setelah itu, Ajil menyalakan mesin motornya dan melaju dengan kecepatan sedang.

"Kita mau kemana kak?"

"Ngikut aja," jawabnya singkat.

Kaila mengerutkan alisnya. Tumben sekali, pikirnya.

"Tenang aja gue gak berani nyulik lo, bakal habis di tangan Raffa atau Aiden," kekeh Ajil melihat ekspresi bingung Kaila.

Kaila tersenyum kikuk, "apaan sih kak," balasnya salah tingkah.

Tak ada lagi percakapan diantara keduanya hingga mereka berdua sampai ditempat tujuan. Rumah sakit.

Siapa yang sakit?, Tanya batin Kaila.

"Siapa yang sakit kak?" Kaila meloloskan suara hatinya.

Ajil menghela nafas pelan, "masuk dulu yuk, setelah pulang dari sini gue ceritain semuanya," ucap Ajil tersenyum tipis. Kaila hanya menjawab dengan anggukan kepala.

Kaila membuntuti Ajil, hingga mereka sampai ke sebuah kamar.

Ketika pintu dibuka, banyak lelaki di dalam sana.

Ini kah Fire?, Tanyanya dalam hati.

Kaila juga melihat Aiden disana. Bukan. Bukan Aiden yang dirawat, Kaila hanya menatap sekejap manik mata lelaki itu yang duduk di samping brankar. Selanjutnya Kaila menatap seseorang berwajah pucat dan terbaring lemah dengan mata terpejam.

"Kak Raffa?" Gumam Kaila pelan, otaknya bertanya-tanya kenapa Raffa sampai dirawat. Lalu Kaila menatap Ajil dengan tatapan bertanya.

Ajil kembali menghela nafas pelan, "luka tusuk, sekarang koma," ucapnya dengan tatapan sendu.

Kaila berjalan mendekat ke arah Raffa dengan mata berkaca-kaca. Kemudian duduk di samping lelaki itu. Tanpa disadari, air matanya lolos begitu saja.

Semua anggota Fire termasuk Ajil keluar dari ruangan, hanya menyisakan Kaila dan Aiden.

"Kenapa?" Tanya Kaila pelan, ntah kepada siapa. Aiden pun tidak berniat untuk menjawab.

Kaila diam beberapa saat, menatap wajah pucat lelaki itu yang tengah terbaring dengan mata terpejam. Lelaki yang selama ini ia sebut pangeran halu.

"Bego! Kok bisa kena tusuk sih?!" Kaila menatap Raffa dengan tatapan sendu.

Kaila menarik nafas panjang, dadanya sesak. Ntahlah, Kaila juga tidak mengerti mengapa ia sesedih ini.

"Lo harus bangun! Gue emang sebel sama lo yang gangguin gue terus tapi gue juga gak mau lo kayak gini, bego!" Gumamnya sesenggukan.

Aiden menatap Kaila, sedih dan juga marah pada dirinya sendiri. Mengapa ia tak bisa melindungi Raffa malam itu.

"Kalo lo mau balik marah sama gue karena gue gak mau berangkat sekolah sama lo jangan gini caranya. Tiba-tiba ngilang pas ketemu lo-nya kek gini! Bego! Gak lucu!" Bentak Kaila mengguncang lengan Raffa yang tidak merespon apapun.

Aiden berdiri dari kursinya dan berjalan mendekati Kaila. Mengelus lembut surai gadis itu.

"Raffa pasti bangun Kay," jawab Aiden pelan, "dia juga sayang sama lo, dia bakal bangun demi lo," lanjutnya menatap Kaila. Kaila hanya diam, membalas tatapan Aiden dengan tatapan sendu.

Untuk saat ini Aiden harus mengalahkan egonya dahulu. Raffa yang butuh Kaila saat ini, bukan dirinya. Begitu pikir Aiden.

"Jangan sedih, nanti Raffa ikut sedih," ucap Aiden, menangkup wajah Kaila dengan kedua tangannya dan menghapus air mata gadis itu dengan kedua ibu jarinya.

Ntahlah, Kaila merasa sangat sedih melihat Raffa terbaring lemah seperti ini. Kaila juga merasa bersalah jika terjadi sesuatu terhadap Raffa.

Kenapa dia tidak tau apapun tentang Raffa?
Kenapa tak mencoba mencari tau?
Kenapa Kaila tidak bersikap manis padanya?
Kenapa Kaila egois?

Jika terjadi hal yang tidak diinginkan pada Raffa, maka Kaila pasti sangat merasa bersalah karena belum sempat membuat Raffa bahagia karenanya.

Walaupun hatinya pada Aiden, namun Raffa lah yang menolongnya saat diganggu oleh Vano. Raffa yang pemaksa tapi juga melindungi. Raffa yang sudah Kaila anggap seperti kakaknya sendiri.

Tangis Kaila bertambah deras. Aiden langsung membawa wajah cantik itu ke dadanya, memeluk wajah sedih itu, mengelus pelan surainya.

"Sstt jangan nangis terus," ucap Aiden pelan, lelaki itu pun sekuat tenaga menahan isaknya.

Sesungguhnya Aiden sangat sedih melihat Raffa seperti ini, ditambah Kaila yang menangis tersedu-sedu seperti ini, membuat air matanya lolos begitu saja. Dengan cepat Aiden menghapus air matanya sendiri.

"Berantem ya?" Tanya Kaila sendu menatap Aiden.

Aiden hanya diam. Takut serba salah dengan apa yang akan dijawabnya.

Kaila menghela nafas pelan tak mendapati jawaban apapun dari Aiden.

Kaila menatap Raffa, "Aku mau di sini jagain kak Raffa," ucap Kaila pelan menatap Aiden, Aiden hanya mengangguk.

"Aku nginap ya di sini?" Pinta Kaila.

Aiden menggeleng, "lo harus pulang, keluarga lo bakal khawatir sama lo."

Mendengar ucapan Aiden, Kaila baru teringat ayah-bundanya akan pulang ke rumah malam ini.

"Gue bakal nginep di sini jagain Raffa," ucap Aiden final. "Lo pulang nanti diantar Ajil aja ya?" Lanjutnya



🍡🍡🍡🍡🍡
Vote dan komennya kakak:"

Posesif (Ex)Berandal [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang