34. Jangan Pergi!

14.7K 763 46
                                    

Hallo princess balik lagi, update new chapter😚
Selamat membaca 💙

Jangan lupa vote komen HAHAH

___________________________

34. Jangan Pergi!

Karena gue sahabatnya, gue gak mau buat perjalanan dia berat

🌺🌺🌺

Kaila duduk di antara Fely dan Ajil. Terasa sangat hening. Ajil diam dalam lamunannya, Kaila pun begitu sedangkan Fely ada perasaan lain dalam dirinya, ia merasa sedih, canggung, sekaligus bingung. Dari tadi Fely hanya bisa menenangkan Kaila yang sesekali mengeluarkan air matanya.

Tak lama terdengar suara langkah kaki seseorang, serempak mereka bertiga mengangkat kepala.

"Kak Aiden," lirih Kaila langsung berdiri menghampiri dan memeluk Aiden dengan air mata berlinang.

"Kak Raffa—" kata Kaila sesenggukan dan langsung di potong oleh Aiden, "Ssstttttt.. Raffa gak bakal kenapa-kenapa," bisik Aiden lembut seraya mengelus rambut Kaila, "Raffa gak lemah," ucapnya berusaha tenang.

Padahal semua orang juga tau Aiden terpukul saat ini. Mata Aiden tak kalah merah. Dia habis mengadu pada sang pencipta tentang apa yang terjadi dan meminta Raffa segera disembuhkan.

Aiden kembali membisikkan kata-kata penenang pada Kaila, "tugas kita sekarang cuma bisa berdoa biar Raffa cepet baikan dan segera pulih," katanya masih menenggelamkan wajah Kaila pada dada bidangnya.

Kaila mengangkat wajahnya menatap Aiden, "iya kak, kak Ai—" belum sempat Kaila menyelesaikan kalimatnya. Suara dibukanya pintu ruangan, membuat semua orang termasuk Aiden dan Kaila menatap arah tersebut penuh harap.

"Permisi maaf menganggu waktunya," kata sang dokter yang baru saja keluar dari ruangan.

Aiden melepaskan pelukannya pada Kaila, "gimana dok keadaan saudara saya?" Tanya Aiden penuh harapan sekaligus cemas. Kaila melirik Aiden penuh tanya, "sahabat yang sudah dianggap saudara sendiri mungkin," pikir Kaila dalam hati

Dokter tersebut menghela nafas pelan, "kami sudah berusaha semaksimal mungkin tapi—"

"Jangan bercanda dok!" Bentak Aiden, dia sudah menduga apa yang akan dikatakan oleh si dokter.

"Tuhan berkehendak lain," lanjut dokter itu penuh penyesalan dan kesedihan dimatanya.

"RAFFA!!" Teriak Aiden memasuki ruangan di mana Raffa berada, tidak memperdulikan etikanya seburuk apa saat ini.

"Kak Raffa bangun kak," lirih Kaila mengusap wajah Raffa penuh harap.

Kaila mendengus tidak mendapat jawaban dari orang dihadapannya ini, "Kak! Kakak belom sempet beliin Kay mie ayam mang Asep di sebrang sekolah!" Bentak Kaila seraya menepuk bahu Raffa pelan.

Air mata Kaila kembali bercucuran dengan sangat deras, "Kak tidurnya jangan lama-lama! Kakak bilang mau jagain aku dari manusia sebangsa iblis," kata Kaila sesenggukan.

Lagi-lagi Kaila kesal tidak mendapatkan jawaban dari orang di hadapannya ini, "Kak bangun dulu! Lo banyak dosa sama gue! Minta maaf dulu ke gue!!" Teriak Kaila memukul pelan dada orang yang saat ini terbujur kaku.

Kaila memeluk Raffa, "Gue juga minta maaf karena gak menghargai perjuangan lo! Gue sering buat lo marah dan kecewa!" Bisik Kaila lirih, tepat di telinga Raffa.

"Lo denger 'kan?! Jangan pura-pura budek nanti indera pendengaran lo di cabut beneran oleh Allah!" Kesal Kaila menatap tajam ke arah Raffa.

Kaila menoleh ke arah Fely yang tepat berada di belakangnya, "Fell!! Kak Raffa budek nih! Gak mau bangun!" Adu Kaila dengan air mata yang mengalir deras.

Fely memeluk Kaila dengan rasa ibah, "Udah ya Kay. Ikhlasin kak Raffa, dia sayang sama lo, dia gak mau lo nangis kayak gini," katanya menenangkan Kaila tapi malah membuat Kaila makin tersedu menyesali sikapnya selama ini.

Aiden yang sejak tadi hanya diam memperhatikan Kaila kini mendekat ke arah Raffa, lelaki yang kini terbujur kaku dengan mata terpejam.

"Bangun bego! Lo bilang lo mau bersaing sama gue buat dapetin Kaila! Dapetin semua apa yang gue punya! Termasuk dapetin Papa lo lagi! Jangan nyerah dulu dong goblok!" Bentak Aiden menatap sinis ke arah Raffa.

"Kak—" panggil Kaila pada Aiden. Ucapan Aiden benar-benar kasar dan kesetanan.

"Diem Kay! Nih bocah pasti lagi nge-prank," sentak Aiden membuat Kaila langsung terdiam.

Ajil menepuk pundak Aiden membuat si empunya menoleh, "Aiden ikhlasin Raffa Den! Biarin dia tenang dan bahagia di sana," ucap Ajil berusaha tegar.

Aiden tersenyum sinis menatap Ajil, "Lo sahabatnya bukan sih? Mudah banget bilang ikhlas!"

Ajil menghela nafas pelan, berusaha sabar, "Karena gue sahabatnya, gue gak mau buat perjalanan dia berat karena kita belum ikhlasin dia."


🍡🍡🍡🍡🍡
Gimana ada yang seneng Raffa udah gak ada?

Aku kok malah sedih😌

Vote dan komen ya ❣️

Posesif (Ex)Berandal [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang