17. Layaknya Perang Dingin

817 111 9
                                    

Sudah tiga hari lamanya, Ryujin dan Beomgyu tidak berkomunikasi banyak. Mereka seakan berbicara ketika perlu saja. Mereka seperti dingin kepada satu sama lain.

Ryujin juga terus saja terdiam, mengingat semua kejadian yang di alaminya tiga hari lalu. Tepat pada ciuman pertamanya yang jatuh kepada Beomgyu.

Gadis berambut sebahu itu mendesah dengan penuh kegelisahan. Hatinya semakin tak menentu, ia seakan harus memilih seseorang yang dapat menjaga dirinya.

Hyunjin atau Beomgyu? Dua-duanya begitu sempurna bagi Ryujin. Hanya saja, Ryujin tidak bisa membedakan mana yang paling disukainya dan mana yang paling membuat dirinya merasa nyaman.

Ryujin mengacak rambutnya frustasi.

Begitu pula dengan Beomgyu kali ini, semenjak kejadian itu ia jadi duduk bersama Taehyun dengan alasan bosan duduk dengan Ryujin. Padahal ia pasti menolak jika yang lain ingin duduk bersamanya.

Beomgyu merasa dirinya ini begitu lancang. Bagaimana tidak?

Lelaki itu menopang dagunya di meja sambil melamun tak jelas. Ia merasa sedikit bersalah namun ia juga senang bisa jujur di depan Ryujin.

"Hyunjin, aku mau bicara,"

Beomgyu menoleh ke sumber suara tersebut.

"Ada apa?,"

"Aku perlu bicara sebentar, ini tentang kita kedepannya,"

dia adalah Beomgyuku✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang