-Kegelisahan Arfi-

578 14 0
                                    

Sejak tadi pagi Arfi masih berada di kamarnya. Menatap sebuah pigura Foto yang saat ini berada di genggamanya. Di foto tersebut ada Bagas, Melda, Deka, Anggi, dan juga dirinya. Kelimanya tersenyum bahagia menghadap kamera.

Anggi, lo berhasil buat gue menyadari kalo gue suka sama lo. Mulai detik ini-batin Arfi.

"Bang, lo kagak mau sarapan?!"

Suara gedoran pintu membuat pandangan Arfi yang semula fokus ke pigura foto, kini berganti menatap pintu kamarnya. Arfi jamin, itu pasti ulah adiknya yang menyebalkan.

Arfi membuka pintu kamarnya. "Kalau ketuk pintu itu yang sopan bisa nggak?"

"Siapa suruh hibernasi terus di kamar," ucap Alfin sebal.

"Kalian kenapa sih, pagi-pagi udah ribut. Coba deh mama pengin lihat kalian akur buat sehari aja tanpa berantem," Sang mama yang sedang asik berkutat menata makanan di atas meja tiba-tiba mengomel. Membuat kakak-beradik itu menundukkan kepalanya.

"Maaf ma, lagian tadi niat Alfin baik kan bangunin Bang Arfi. Eh Bang Arfinya malah balik marah-marah ke aku," jawab Alfin dengan nada lirih.

Arfi mendepak betis adiknya. Malah kenapa dia yang disalahkan?

"Lah siapa suruh gedor pintu kayak ngajak perang dunia." balas Arfi tak mau kalah.

"Ya kan takutnya Bang Arfi masih molor."

"Lo-nya aja yang nggak tau sopan santun,"

Keduanya kembali beradu mulut. Saling menatap, dengan pandangan permusuhan.

"Tuh kan, tuh kan...baru juga diomongin, udah ribut lagi. Mama capek tahu, lihat kalian berantem terus," sahut Manda yang kini sudah duduk di sebelah suaminya. Sang papa hanya diam tak memberi komentar.

"Maaf ma," balas keduanya serempak.

"Ya sudah, lebih baik kalian sarapan. Takut nanti telat," sanggah sang papa yang kali ini bersuara.

"Oke pa," balas Alfin. Sedangkan Arfi hanya diam dan mulai menyendok kan nasi ke dalam piringnya.

Keluarga kecil itu akhirnya larut dalam sarapan pagi bersama.

"Fi, gimana di tempat kerja? Betah kan? Lancar-lancar aja kan?" tanya sang papa di tengah-tengah sarapan mereka.

"Lancar pa. Malah katanya tahun depan mau naik gaji," jawab Arfi tersenyum.

Alfin menggebrak meja makan pelan. "Bang bisa beli PS baru dong ya," ucapnya berbinar.

"Enggak! Apaan lo," kata Arfi sembari menoyor pipi Adiknya. Alfin hanya merengut kesal campur sebal.

"Sudah eh, malah berantem lagi. Cepetan abisin makanan kalian, nanti telat loh." lerai mamanya yang kembali jengah akan tingkah kedua putranya.

"Iya ma." jawab mereka kompak, dan kembali melanjutkan sesi sarapannya.

****

Arfi mengendarai motornya ke tempat kerja. Lumayan untuk pagi hari ini, lalu lintas tak begitu padat. Jadi hanya butuh beberapa menit saja hingga motor matic yang dikendarai Arfi sampai di parkiran.

Dengan ogah-ogahan Arfi melepas helmnya ketika sudah sampai parkiran Supermarket. Entah kenapa dengan dirinya, hari ini begitu malas untuk melakukan aktifitas apapun. Sampai tepukan di bahunya mengagetkan Arfi.

"Heyo, pagi-pagi udah ngelamun lo. Kesambet penunggu supermarket baru tau rasa," seloroh Adit.

Arfi mengelus dadanya. "Bikin kaget aja lo,"

KOMITMEN [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang