-Kenapa?-

328 8 0
                                    

"Mas jawab aku! Kamu kenapa? Bisa-bisanya kamu sampai pukul aku mas?!"

"DIAM!! Kamu nggak bakal pernah tahu apa yang saat ini aku rasain Rasti, aku akan bangkrut. Perusahaan aku terancam bangkrut Rasti."

Anggi yang hendak masuk ke dalam rumahnya, mendengar keributan di dalam. Tangannya yang akan meraih gagang pintu seketika terhenti karena mendengar suara mama dan papanya yang tengah berbicara.

Anggi memilih mengintip di sela pintu dan mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Dan betapa terkejutnya dirinya saat melihat sang mama terduduk di lantai dengan menangis dan seorang pria yang tengah berdiri memandang tajam sang mama. Itu papanya, apa yang terjadi?

"Hiks..Mama? Papa?" lirih Anggi menutup mulutnya yang sudah terisak.

Ia memilih menutup pintu dan berlari meninggalkan rumahnya menuju ke tempat yang lebih tenang. Pilihan Anggi jatuh pada taman komplek dekat rumahnya.

Ia akhirnya menangis tergugu di bangku taman. Ia tak menyangka, akan ada pertengkaran antara Mama dan Papanya. Kenapa? Apa yang terjadi sebenarnya?

"Mama sama Papa kenapa berantem? Sedari kecil Anggi nggak pernah tuh, lihat Mama sama Papa berantem. Ta-tapi se-sekarang ke-kenapa berantem, Hiks." monolog Anggi dengan isakan tertahan.

Anggi mendongak menatap langit. Ia berharap alam juga merasakan apa yang Anggi rasakan saat ini. Beri ia ekspetasi bahwa alam tengah memeluknya saat ini dan menjadikan alam sebagai sandaran ilusinya agar dirinya lebih tenang.

****

Anggi berjalan lesu di koridor kampus, pagi ini Arfi tak menjemputnya. Anggi beralasan ia ada kelas sore. Ia tidak mau Arfi melihat mata sembap nya karena menangis semalaman.

"Pagi Anggi," sapa seseorang di samping Anggi.

Anggi menolehkan kepalanya kearah Deka yang baru saja menyapanya. Anggi balas tersenyum dengan sangat tipis. Deka yang menyadari raut lesu dan mata Anggi yang bengkak seketika menarik bahu Anggi agar menghadapnya.

"Anggi, lo habis nangis ya, mata lo bengkak." kata Deka menginterogasi.

Anggi hanya menggeleng. Lidahnya kelu, mulutnya sedang malas berucap.

Deka menatap wajah Anggi dengan diam dan seksama. Ada apa dengan cewek ini? Kemarin saja masih baik-baik saja padahal.

"Ikut gue sekarang," Deka manarik tangan Anggi. Cewek itu hanya patuh dan tak melawan. Terserah Deka ingin membawanya kemana.

Deka membawa Anggi ke taman kampus. Ia dudukkan gadis itu di bangku, dan disusul dirinya yang duduk di samping Anggi.

"Kita bolos kelas hari ini. Keadaan lo lagi nggak memungkinkan, pastinya juga nanti lo nggak fokus di kelas," ucap Deka menatap Anggi.

"Dan kalau lo lagi ada masalah, lo boleh cerita sama gue. Bahu gue siap buat tempat sandaran lo, dan telinga gue siap buat dengerin apapun curhatan lo," ucap Deka tulus disertai senyuman manis.

"Dan ingat juga, gue ini sahabat lo. Sebagai sahabat, gue siap nampung suka maupun duka lo," tambahnya.

Anggi diam, ia terus menundukkan kepalanya. Matanya sudah memanas ingin menangis. Ia terharu mendengar ucapan Deka, dan di satu sisi ia kembali mengingat kejadian semalam saat Mama dan Papanya kembali bertengkar.

"Dek, gue boleh peluk lo sebentar?" tanya Anggi lirih.

Deka tersenyum, dan membawa Anggi kedekapannya. "Nangis dulu nggak papa. Baru setelah lo udah siap cerita, lo tinggal cerita,"

Hanya sekitar 1 menit mereka berpelukan. Anggi yang mencari ketenangan dan sandaran, dan Deka yang memberikan Anggi kenyamanan.

"Gue belum mau cerita dulu. Biar ini menjadi urusan gue, maaf nggak bisa cerita Dek." Anggi menatap Deka dengan pandangan sendu.

KOMITMEN [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang