-Langkah Awal-

933 27 2
                                    

Arfi sekarang sedang berada di kamarnya. Tidur terlentang dan kedua tangannya ia lipat di belakang kepala. Sekilas kejadian beberapa hari lalu berkelebat di benaknya.

Saat dirinya menolong Anggi dan menggenggam erat tangan halus cewek itu. Rasanya kerja detak jantungnya bekerja menjadi dua kali lipat. Apakah ia mulai menyukai Anggi, cewek berparas manis sahabatnya sendiri?

Ketika hendak memejamkan mata, ponsel Arfi bergetar menandakan ada pesan masuk. Seketika matanya membelalak kaget membaca pesan tersebut. Langsung saja ia buru-buru keluar kamar menemui kedua orang tuanya di ruang tamu.

"Ma, Pa..., Arfi diterima kerja!!" teriaknya girang sembari melompat-lompat.

Alfin yang menyaksikan abangnya seperti itu hanya melongo polos.

"Selamat ya sayang," ucap mamanya tersenyum.

"Selamat ya! Papa dukung apapun yang menjadi keputusan kamu, yang penting positif," timpal papanya.

"Iya, makasih Ma, Pa. Arfi janji bakal ngelakuin yang terbaik." ungkap Arfi tersenyum hangat.

****

Seperti yang direncanakan hari lalu, Arfi beserta keempat sahabatnya untuk berkumpul di Cafe. Dirinya sudah siap dengan pakaiannya, Kaos putih polos, jeans hitam panjang, sneakers putih, dan tak lupa jaket Boomber andalannya.

"Ma, Arfi mau ijin ke Cafe ya, ada acara ngumpul bareng temen-temen SMA,"

Manda menghentikan kegiatan membacanya sejenak. "Iya boleh, pulangnya jangan malam banget tapi."

"Iya mamaku." jawab Arfi.

"Bang, pulang bawa martabak ya." Arfi membalas dengan gumaman.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

****

Bersama motor maticnya Arfi melaju ke Cafe Pojok tempat nongkrongnya. Setelah sampai di parkiran, langsung saja ia melepas helm dan turun dari motor. Ketika akan memasuki Cafe, tiba-tiba tubuhnya bertabrakan dengan seseorang.

BRUKK!

"Aduh! Eh maaf ya mas, saya nggak sengaja," ringisnya meminta maaf.

"Eh iya mba saya juga minta maaf," ucap Arfi merasa bersalah.

Sang gadis mendongak melihat siapa orang yang ditabrak. Bola mata Arfi melebar. Terpaku melihat gadis didepannya. Gadis manis dengan kaos putih pendek, rompi warna navy, rambut yang digerai. Cantik dan manis.

Arfi terkesiap dari lamunannya. "Anggi lo nggak papa kan? Maaf gue nggak sengaja nabrak lo. Jalan gue meleng tadi. Maaf ya,"

"Iya enggak papa kok Fi, gue aja tadi yang buru-buru," jawab Anggi sembari menyelipkan rambutnya ke belakang telinga, ia tersenyum tipis.

Seketika obrolan mereka berhenti, tatkala ada pengunjung yang ingin memasuki Cafe.

"Mas, mba. Kalau pacaran jangan di pintu masuk ya." ucap pengunjung itu.

"Iya maaf mas," ucap keduanya. Arfi dan Anggi tersenyum kikuk dan langsung menyingkir dari depan pintu.

"Ya udah masuk aja yuk, yang lain udah pada di dalam takut nunggu kelamaan." tukas Arfi, dan mengajak Anggi untuk masuk.

Anggi hanya tersenyum tipis dan mengangguk samar. Ia tengah malu saat ini.

Para sahabatnya sudah duduk di dalam Cafe. Untung saja mereka dapat tempat duduk. Mengingat malam ini pengunjung ramai karena malam minggu. Mereka berlima duduk di dekat jendela. Tempat yang strategis.

KOMITMEN [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang