-Selesai?-

295 10 2
                                    

"Anggi!" panggil Melda yang melihat Anggi baru saja keluar dari supermarket.

Anggi menolehkan kepalanya. "Melda,"

Keduanya berpelukan hangat.

"Gue kangen banget sama lo," ujar Melda.

"Iya, gue juga kangen sama lo Mel." jawab Anggi disela pelukan mereka.

Melda melepaskan pelukannya. "Duduk yuk, gue mau cerita banyak sama lo."

Anggi mengangguk dan tersenyum. Mengikuti langkah Melda yang menuntun sebelah tangannya menuju bangku sekitaran supermarket.

"Nggi, arfi nanyain keadaan lo. Kalian berdua nggak mau coba ketemu gitu?" tanya Melda.

Anggi menunduk. "Gue takut Mel, arfi bakal ngejauh dari gue, setelah dia tahu gue dipaksa tunangan sama randi. Lo masih ingat randi kan, Mel?"

"Iya gue masih ingat. Anggi, gue hanya minta kalian ketemu dan bicarain baik-baik. Gue tahu, lo pasti bakal nolak sama pertunangan ini kan?" tanya Melda kembali.

"Tapi Mel..." ujar Anggi menggantung.

"Lo pasti tahu kan, lo ngejalanin komitmen bareng arfi untuk apa. Gue kasih tahu sama lo, lo ada arfi yang siap buat mendengarkan segala keluh kesah lo. Sandaran di saat lo butuh seseorang. Menguatkan lo saat lo udah mau nyerah sama masalah ini. Lo juga punya gue, bagas, deka yang siap buat ngebantu lo," jeda Melda sejenak.

"Tapi lo berusaha seolah menghindar dari kita, seakan-akan lo nggak punya siapa-siapa yang siap buat bantu lo keluar dari masalah ini. Lo seolah mampu nyelesain masalah lo sendiri. Padahal enggak kan? Anggi..arfi khawatir banget sama lo. Dia pengin ketemu lo." sambung Melda kembali.

Anggi terisak pelan selanjutnya ia kembali memeluk Melda. "Mel, kalau gue nggak nurutin kemauan papa untuk tunangan sama randi, keluarga gue diancem sama randi kalau kita semua akan jadi gelandangan,"

Melda tertegun. Kemudian melepaskan pelukan itu. "Nggi, gue janji bakal bantu lo. Gue sama yang lain bakal ngebantu lo dari masalah ini. Jadi sekarang lo cerita gimana randi bisa maksa lo untuk tunangan sama dia."

Melda kali ini benar-benar geram terhadap randi. Dia itu laki-laki atau banci sih?

Kemudian Anggi menjelaskan secara detail masalah mengapa ia dipaksa bertunangan dari randi. Melda diam menyimak.

"Oke gue paham. Sekarang, lo tenang aja. Dan gue ingetin sama lo, apapun yang diperintah randi lo turutin aja. Gue sama yang lain bakal cari cara buat ngebebasin lo dari randi itu. Lo yang sabar Nggi." kata Melda menenangkan.

Anggi mengangguk dan tersenyum lebar. "Makasih Melda. Apapun rencana kalian, gue bakal ikutin. Yang penting gue bisa bebas dari randi gila itu,"

"Hahaha..yaudah ketawa dong sekarang. Dari tadi manyun mulu deh. Jelek amat dah," sahut Melda meledek.

"Kan gue abis nangis. Hahaha lo gimana sih," kata Anggi terkekeh kecil.

Keduanya akhirnya larut dalam tawa.

****

Penampilan Arfi kacau. Ia akhir-akhir ini tak dapat berpikir jernih. Arfi sangat mengkhawatirkan keadaan Anggi.

"ARGGHH!! Anggi!!" pekik Arfi frustasi.

Deringan ponselnya menghentikan lamunannya.

"..."

"Oke, gue ke sana sekarang," ucap Arfi membalas orang diseberang telepon.

Lantas cowok itu menyambar jaket andalannya dan mengambil kunci motor di atas ranjang.

KOMITMEN [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang