Tepatnya sudah 2 minggu ini kedekatan antara Arfi dan Anggi makin rekat. Arfi tak membiarkan Anggi, berdekatan dengan cowok gila itu. Kata para sahabatnya, bagai ditelan bumi cowok itu tak menampakkan batang hidungnya di kampus.
Seperti pagi ini setelah keduanya jogging dengan ketiga sahabatnya, karena ini hari minggu jadi memanfaatkan waktu weekend. Arfi masih betah nangkring di rumah Anggi. Cowok itu enggan beranjak dari rumah gadisnya. Heh??
"Kamu nggak pulang Fi?" tanya Anggi. Keduanya kini tengah berada di teras rumah Anggi.
"Ceritanya ngusir nih?" Arfi balik bertanya.
Anggi pun gelagapan mendengar ucapan Arfi. "Y-ya e-engga, nanti kan takutnya dicariin mama kamu,"
"Enggak kok, tadi udah ijin." jawab Arfi santai.
"Soalnya aku mau ke pasar sama mama, Fi." ucap Anggi yang menatap Arfi.
"Ke pasar ya? Ya udah kamu perginya sama aku aja kalau gitu," kata Arfi enteng.
Anggi mendelik kaget. "Aku kan perginya mau sama mama, Arfi"
"Ya kamu tinggal bilang ke tante Rasti kalau kamu ke pasar bareng aku, gitu." Arfi tersenyum ke arah Anggi.
Anggi menghela nafasnya. "Terserah deh. Kalau gitu aku mau bilang ke mama dulu sama sekalian siap-siap."
"Oke," jawab Arfi mengacungkan ibu jarinya.
Selagi menunggu Anggi, cowok itu menikmati roti bolu dan secangkir teh hangat yang dihidangkan oleh Anggi.
Setelah beberapa lama menunggu, akhirnya Anggi keluar dari dalam rumah dengan menenteng keranjang sayuran.
"Gimana?" tanya Arfi, ketika Anggi sudah di depannya.
"Boleh kok, kita pergi sekarang ya takut kesiangan." balas Anggi
"Siap bu bos!" Keduanya terkekeh berbarengan.
Langsung saja mereka menaiki motor matic milik Arfi dan melaju ke tempat tujuan.
"Emang kamu biasanya ke pasar kalau hari minggu?" tanya Arfi saat diperjalanan.
"Ya kan mumpung di rumah. Kalau lagi bosen aja sama kegiatan di rumah, aku ke pasar. Kadang pergi sama mama, kadang juga sama bi Minah. Aku seneng aja gitu kalau ke pasar," balas Anggi tersenyum dibalik punggung Arfi.
"Kenapa seneng? Cewek jaman sekarang kan udah jarang ada yang mau ke pasar. Kebanyakan milihnya mending ke Mall atau Swalayan," ujar Arfi yang masih sibuk menyetir motornya.
"Ya nggak tahu juga, setiap orang kan beda-beda. Soalnya kalau di pasar harganya bisa ditawar, pokoknya seneng aja gitu." jawab Anggi.
Arfi hanya terkekeh. Gemes sekali dengan gadis dibelakangnya ini.
"Bisa masak?" Arfi kembali bertanya.
"Sedikit-sedikit lagi belajar. Biasanya diajarin sama mama, terus kalau bi Minah lagi masak aku bantuin dan belajar masak sekalian sama bi Minah." sahut Anggi lancar tanpa hambatan.
Arfi tersenyum. "Sip! Anak gadis harus bisa masak, apalagi kamu kan mau jadi calon istri aku besok."
Anggi mencubit pinggang Arfi. "Apaan sih Arfi, yakin banget kalau kita berjodoh?"
"Aku yakin 100%, selama kita sama-sama saling mendoakan tidak ada yang tidak mungkin,"
Anggi mengulum senyumnya.
Akhirnya keduanya sampai di pasar dengan selamat, lantas Arfi memarkirkan sepeda motornya di parkiran.
Menggenggam tangan Anggi dan menariknya lembut menuju ke dalam pasar. Anggi yang diperlakukan seperti itu hanya tersenyum sembari menunduk. Ada desiran hangat dihatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KOMITMEN [Completed]
General FictionMasih adakah yang berkomitmen dan memilih bersama tanpa dibebani sebuah status? Sepenggal kisah Arfi dan Anggi. Dimana mereka melakukan perjanjian(keterikatan) yaitu dengan berkomitmen. Apakah ada dari salah satu mereka yang berpikiran untuk menjala...