-Bakso Mercon-

360 10 0
                                    

"Sorry gue telat," ucap Arfi dan bersalaman kepada 2 sahabatnya.

"Santai, kita juga baru dateng." balas Deka menerima uluran tangan Arfi.

Arfi, Deka serta Bagas tengah berada di cafe bintang. Nongkrong ganteng membuang kegabutan. Sebenarnya ini yang merencanakan Deka. Entah ada maksud apa, cowok itu tumbenan mengajak untuk bertemu.

"Duh auranya beda ya kalau udah jadian sama doi," tukas Bagas meledek.

Deka tersenyum. Arfi menaikan sebelah alisnya ke arah Bagas. Apa maksud Bagas ini?

"Siapa yang jadian?" tanya Arfi.

Bagas berdecak, "Ya lo sama anggi lah, pakai nanya lagi,"

"Kata siapa kita jadian? Gue sama anggi ya sahabatan," balas Arfi menatap Bagas.

"Ah masa sih, enggak percaya gue. Kedekatan kalian udah kayak orang pacaran," tukas Deka.

Arfi mengembuskan napas jengah. "Apa mesti kalau deket itu jadian? Lagian kayak kalian nggak tahu aja, gue sama anggi udah sahabatan kan 3 tahun lebih. Kayak gue sahabatan sama kalian."

Bagas dan Deka hanya manggut-manggut.

"Iya juga ya, berarti lo kagak jadian sama anggi?" selidik Bagas.

Arfi hanya menggeleng. "Kagak!"

"Oke oke tapi apapun itu lo harus tetep jaga anggi. Oh iya Fi, gue mau nanya nih alasan kenapa lo nggak kuliah dan milih kerja. Gue masih penasaran," ucap Bagas.

"Ya karena gue mau membantu keuangan keluarga aja. Apalagi gue anak sulung, pastinya harapan mama sama papa bergantung sama gue. Terus juga gue laki-laki kan, yang nantinya bakal jadi kepala keluarga. Makanya gue mau belajar dari sekarang," papar Arfi to the point.

"Oh jadi itu alasan lo, tapi lo kepikiran kuliah nggak?" Deka yang ganti bertanya.

"Ya kepikiran. Tapi yang sekarang lebih dominan ke bekerja aja." jelas Arfi lagi.

Kedua sahabatnya kembali menganggukkan kepalanya.

"Apapun itu, lo harus tetep semangat Fi." Deka berucap sembari menepuk bahu kanan Arfi.

"Makasih atas support kalian." sahut Arfi tersenyum.

****

Anggi menggeliat dibalik selimutnya. Melirik jam dinding kamarnya. Tangannya sibuk mengucek mata yang masih sayu. Ia masih mengantuk.

Tring!

Ponsel dibawah bantalnya berdering. Langsung saja Anggi mengecek siapa yang mengiriminya pesan.

From : Arfian
Aku nggak bisa jemput kamu hari ini. Aku disuruh nganter barang ke rumah customer. Maaf ya:(

Tapi aku udah suruh Deka buat jemput kamu kok. Kamu berangkat sama Deka ya, hati-hati. See you :)

To : Arfian
Iya Fi, nggak papa. Kamu hati-hati ya. SEMANGAT!! see you too :)

Itu pesan dari Arfi yang memberitahu tak bisa menjemputnya pagi ini. Anggi jadi males kuliah kalo bukan Arfi yang mengantar. Rasanya berbeda saja. Dengan langkah gontai ia segera memasuki kamar mandi untuk siap-siap.

"Nggi, ada deka di bawah. Katanya mau jemput kamu," kata Rasti yang berada di ambang pintu kamar putrinya.

"Oh iya ma, tunggu bentar. Ini Anggi sudah siap kok." jawab Anggi.

"Ya udah jangan lama." Sang mama pergi dari kamar putrinya. Anggi langsung mengambil buku dan tas yang biasa ia bawa ke kampus.

Setelah turun dari kamarnya menuju ruang tamu, Anggi melihat Deka yang tengah membaca koran.

KOMITMEN [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang