"Darimana kamu dapat cek 10 milyar itu Ran?" tanya Bram-Papa Randi.
Randi melirik papanya sembari tersenyum senang. "Dari rekan kerja papa dong,"
"Oh..jadi kamu pelakunya hah?! Pantesan waktu papa menemui bayu untuk memberikan cek itu, dia bilang baru saja ditipu. Jadi kamu dalang dibalik semua ini hah?!" geram Bram.
"Benar, Randi yang suruh orang buat nipu om Bayu. Biar apa? Biar Randi bisa milikin Anggi, putri om Bayu pa," ujar Randi.
Bram memandang putranya geram. "Apa-apaan kamu ini, masalah bisnis bukan untuk mainan Randi!"
"Randi enggak peduli. Yang penting, anak om Bayu harus jadi milik Randi bagaimanapun caranya." ujar Randi, setelah itu dirinya pergi dari hadapan Bram.
****
Arfi melangkah memasuki cafe. Dirinya sudah ditunggu oleh Bagas dan Melda, tanpa Deka. Karena semenjak kejadian pada malam tahun baru, Deka memilih menjauh dari Arfi dan lainnya. Arfi pun tak tau apa alasan Deka menjauh.
"Wey bro! Muka lo kayak mamang kurang belaian dah, kusut bener." cetus Bagas.
Arfi hanya diam tak menanggapi, ia langsung mengambil duduk.
"Eh, nggak boleh ngatain gitu ah," kata Melda.
"Iyaya maap beb," cengir Bagas. "Kenapa si lo?" tanya Bagas kepada Arfi.
"Kalian masih inget randi kan? Dia udah balik, dan kemarin ketemu sama gue dan anggi di cafe waktu kita lagi makan berdua," jelas Arfi menatap kedua sahabatnya.
"HAH?! SERIUS LO?!" ucap Bagas dan Melda bersamaan.
Arfi mengusap telinga. "Lebay banget sih kalian!"
Keduanya hanya nyengir tanpa dosa.
"Kok bisa sih tuh makhluk astral balik lagi. Padahal kan habitatnya bukan di dunia, alam gaib sana noh," ujar Bagas sebal.
"Terus gimana selanjutnya?" tanya Melda.
Arfi mengembuskan napas kasar. Mengusap wajahnya frustasi. "Dia maksa anggi buat ikut pulang bareng sama dia,"
"Dia berencana untuk ngajak anggi buat tunangan," imbuh Arfi.
"WHAT!!" pekik keduanya kembali.
"Fi, lo jangan sampai kemakan omongannya randi. Gue rasa, dia lagi ngrencanain sesuatu deh. Saran gue, lo harus tetep tenang. Gue jamin anggi pasti bakal menolak keras hal ini," sahut Bagas serius.
"Iya Gas, gue juga berusaha nggak terpengaruh sama omongan randi. Karena gue percaya, anggi bisa jaga hati buat gue,"
"Gue juga bingung. Anggi sedari kemarin ditemuin susah banget. Yang ada waktu gue ke rumahnya malah ketemu randi itu. Gue juga kontak anggi, sama sekali ngga aktif ponselnya." papar Arfi kembali.
"Hubungan lo sama anggi akan baik-baik aja, selama keduanya bisa percaya satu sama lain. Fi, tetep ada di samping anggi ya. Karena gue tau dititik seperti ini adalah posisi tersulit buat anggi," ucap Bagas masih dengan nada seriusnya.
Bagas tak mau untuk bercanda saat ini. Arfi, sahabatnya lagi membutuhkan bantuan darinya. Jadi sebagai sahabat yanga baik, Bagas akan siap sedia medengarkan curhatan dari Arfi.
"Nah disaat seperti ini anggi akan lengah. Gue yakin dengan jelas, disaat-saat seperti ini, dia juga pasti mikirin gimana caranya buat tetap jaga perasaan lo. Jadi gue harap, lo bisa memahami dan bersedia memperlambat langkah Fi. Lo juga harus lebih ngerti posisi anggi saat ini." terang Bagas kembali.
Arfi kembali menghela nafasnya panjang. Pikirannya tengah pusing.
"Fi, lo bisa kan pelan-pelan buat bantu anggi dari masalah ini? Kita bisa bantu lo kok. Lo pasti pernah diceritain anggi kan masalah nyokap bokapnya berantem karena apa? Dan gue rasa, ini ada sangkut pautnya sama randi itu deh. Nggak mungkin tiba-tiba kan dia muncul terus minta tunangan sama anggi." kata Melda serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
KOMITMEN [Completed]
General FictionMasih adakah yang berkomitmen dan memilih bersama tanpa dibebani sebuah status? Sepenggal kisah Arfi dan Anggi. Dimana mereka melakukan perjanjian(keterikatan) yaitu dengan berkomitmen. Apakah ada dari salah satu mereka yang berpikiran untuk menjala...