Anggi memandang dirinya di depan cermin. Kedua matanya bengkak karena terlalu lama menangis. Sekarang ia berniat akan pergi ke rumah Omanya bertemu sang mama.
Setelah lama bersiap, Anggi bergegas keluar kamar dan turun ke lantai bawah. Untung hari ini papanya pergi entah kemana, Anggi tak perduli.
"Bi, Anggi pamit ke rumah oma ya. Nanti kalo papa tanya bilang aja pergi sama melda gitu," ucap Anggi kepada Bi Minah.
"Siap Non, bibi ngerti. Non Anggi yang sabar aja ya," balas Bi Minah.
Anggi tersenyum dan mengangguk. "Yaudah bi, Anggi pergi ya. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam."
Anggi buru-buru mencegat taksi karena sekilas ia melihat Arfi. Mungkin cowok itu berniat menemui dirinya di rumah. Anggi belum mau menemui Arfi, apalagi sekarang papanya hendak mentunangkan dirinya dengan Randi.
"Anggi! Tunggu Anggi!" teriak Arfi memanggil Anggi yang sudah menaiki taksi.
Arfi kembali gagal untuk menemui Anggi. Padahal ia ingin mengetahui keadaan Anggi untuk sekarang. Tetapi seolah Anggi berusaha menghindar darinya.
****
Arfi duduk melamun di Cafe, mengaduk-ngaduk minumannya tak minat untuk meminumnya. Hingga tepukan di bahunya membuat dirinya terkejut.
"Deka.." Arfi memandang Deka heran. Pasalnya cowok itu seperti menghindar darinya.
"Kenapa sih lo? Lihat gue kayak lihat apaan aja. Sampai syok gitu mukanya. Haha" Deka tertawa.
Arfi menoyor kepala Deka. "Yeee, gue kaget aja liuat lo. Soalnya lo itu kan kayak seolah ngehindarin gue sama yang lain, semenjak kejadian malam tahun baru itu."
"Gue sengaja sebenernya Fi," kata Deka. "Soalnya gue mau berusaha ngilangin perasaan gue sama anggi. Ya nyatanya nggak bisa."
"Sorry Dek. Gue seharusnya cerita sama kalian pasal hubungan gue sama anggi." ujar Arfi.
"Seharusnya gue yang bilang maaf ke lo. Soalnya sampai saat ini gue masih belum bisa ngilangin perasaan gue sama anggi," papar Deka menatap Arfi.
"Udahlah nggak usah dipikir. Gue nggak masalah kok," jawab Arfi yang terkekeh.
Deka menganggukkan kepalanya saja.
"Hubungan lo sama anggi baik-baik aja kan?" tanya Deka.
Arfi hanya mengedikkan bahunya saja. "Kalau dibilang baik-baik aja, gue rasa enggak deh. Hubungan gue sama anggi lagi renggang akhir-akhir ini,"
"Kenapa bisa gitu? Kalian ada masalah?"
"Masih inget randi nggak lo? Dia udah kembali di kehidupan anggi. Dia mau ngajak anggi buat tunangan." kata Arfi.
"Lo nyerah gitu aja hah? Lo nggoa mau gitu buat nemuin anggi minta penjelasan. Daripada di sini lo ngelamun nggak jelas." ujar Deka.
"Gue ada niatan tadi buat nemuin anggi. Tapi keburu dia naik taksi nggak tau pergi kemana. Seolah akhir-akhir ini, dia kayak menghindar dari gue Dek," kata Arfi tanpa menatap Deka.
Deka berdecak sembari menggelengkan kepalanya. "Seharusnya lo berusaha dong, kejar taksinya kek apa kek."
"Gue tahu randi udah kembali. Dia kemungkinan memang ada rencana buat merebut anggi dari lo. Kemarin gue nggak sengaja denger percakapan dia sama orang di Cafe. Dan yang gue bingung di sini, orang itu dibayar sama randi. Entah apa yang orang itu lakuin, yang jelas nama anggi dibawa-bawa dalam percakapan mereka." jelas Deka.
"Jadi lo udah tahu randi kembali?" tanya Arfi. Deka hanya mengangguk.
"Eh tapi tunggu, ada yang janggal dari perkataan lo tadi. Randi bayar orang buat apaan tuh? Jangan-jangan.." kata Arfi menggantung. Sambil otaknya berpikir mengulang memori yang sempat ia simpan.
KAMU SEDANG MEMBACA
KOMITMEN [Completed]
General FictionMasih adakah yang berkomitmen dan memilih bersama tanpa dibebani sebuah status? Sepenggal kisah Arfi dan Anggi. Dimana mereka melakukan perjanjian(keterikatan) yaitu dengan berkomitmen. Apakah ada dari salah satu mereka yang berpikiran untuk menjala...