Arfi dan Anggi tengah berjalan beriringan di taman. Seperti weekend minggu lalu, mereka habiskan dengan jogging bersama.
Keduanya sesekali menjahili satu sama lain. Arfi yang sering mencubit pipi kanan Anggi secara gemas. Sehingga cewek itu menggeplak tangan Arfi beberapa kali. Dan anggi tak tinggal diam, ia juga berlaku jail kepada Arfi. Yaitu dengan menusuk-nusuk pinggang Arfi dengan jari telunjuknya. Sehingga membuat pekikkan geli dari cowok itu. Balas dendam!
"Kamu lapar nggak?" tanya Arfi kepada Anggi.
Anggi menoleh ke arah Arfi. "Hehe iya lapar," jawabnya jujur dan nyengir.
"Aku tau tempat makan yang enak di mana." ujar Arfi.
"Di mana emang?" tanya Anggi mengernyitkan dahinya.
Arfi tak menjawab, ia hanya menarik tangan Anggi lembut dan membawa gadis itu ke suatu tempat. Anggi hanya mengikuti langkah Arfi dengan sesekali bertanya. Tetapi hanya mendapat jawaban berupa senyum dari Arfi. Huh, Menyebalkan!
Mereka telah sampai di tempat yang Arfi maksud. Anggi memicingkan bola matanya dan menatap Arfi.
"Kok? Ini rumah kamu kan ya?"
Arfi hanya mengangguk dan tersenyum. "Ayo ikut aku,"
"Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam," suara di dalam rumah menjawab salam dari Arfi.
Arfi menghampiri keluarganya yang tengah berada di meja makan, dan posisi tangannya masih menggenggam sebelah tangan Anggi. Cewek itu hanya tersenyum tipis, ketika melihat orang tua Arfi menatap kepadanya.
"Mama masih ingat nggak dia siapa?" tanya Arfi menunjuk Anggi.
Manda memicing melihat gadis di samping putranya. Setelah ingat ia langsung berujar. "Walah..ini kan Anggi, ya ampun."
Papa dan adiknya hanya menatap interaksi mereka. Anggi tersenyum kikuk dan langsung menyalami tangan mama Arfi dan papa Arfi yang tengah sarapan.
"Om, Tante, apa kabar?" tanya Anggi sopan.
"Baik-baik aja kok. Kamu udah lama banget nggak main kesini lagi semenjak lulus SMA deh." jawab mama Arfi.
Anggi tersenyum. "Maaf Tante,"
"Ma, Anggi mau makan di sini. Katanya lapar banget, tadi bilang sama aku waktu kita jogging," ucap Arfi mengganti topik pembicaraan.
Anggi yang mendengar itu hanya mendelik kearah Arfi. Apa maksud cowok ini? Dia memang lapar, tapi jangan ditambah dengan embel-embel banget juga kan.
"Ya sudah makan sama-sama aja ayo, Anggi kamu duduk dulu silahkan," balas Manda, dan langsung menyiapkan piring untuk tamu cantiknya itu.
"Iya Nggi, nggak usah sungkan ya anggap rumah sendiri," timpal papa Arfi.
Anggi hanya tersenyum kaku dan segera ia mengambil nasi dan lauk pauk di dekatnya. Ia sedikit canggung sebenarnya. Makan bersama di tengah-tengah keluarga Arfi seperti ini. Tetapi tidak apa lah, anggap saja ini rezekinya di pagi hari. Hehehe.
"Kamu harus cobain masakan nyokap aku yang nggak kalah enak sama masakan restoran bintang 5," ujar Arfi yang tengah menuangkan sayuran ke piring Anggi.
"Lebay lo bang." celetuk Alfin.
Arfi tak menggubris perkataan adiknya. Memperhatikan Anggi yang mulai menyendok kan nasi kedalam mulutnya.
"Gimana? Enak pakai banget kan," kata Arfi menunggu respon Anggi.
Anggi mengangguk antusias, dan mulai menyendok kan sesuap demi sesuap nasi kedalam mulutnya. Benar-benar enak masakan mama Arfi ini. Bisa dong nanti belajar sama beliau. Hihihi.
KAMU SEDANG MEMBACA
KOMITMEN [Completed]
Ficción GeneralMasih adakah yang berkomitmen dan memilih bersama tanpa dibebani sebuah status? Sepenggal kisah Arfi dan Anggi. Dimana mereka melakukan perjanjian(keterikatan) yaitu dengan berkomitmen. Apakah ada dari salah satu mereka yang berpikiran untuk menjala...